"Dua agen terdeteksi. Salah satunya seorang gadis dengan rambut hitam sepinggang yang dikuncir kuda dan celana jeans hitamnya. Memakai kendaraan sepeda gunung." Ucap pria yang mungkin berumur tiga puluh lima ke atas. Lalu menutup kaca mobil dan meninggalkan tempat."Dua agen terdeteksi. Salah satunya seorang gadis dengan rambut hitam sepinggang yang dikuncir kuda dan celana jeans hitamnya. Memakai kendaraan sepeda gunung." Ucap pria yang mungkin berumur tiga puluh lima ke atas. Lalu menutup kaca mobil dan meninggalkan tempat.
.
.
.
South Jakarta, 2:15 PM
Siang itu, salah satu jalan yang berada di Jakarta Selatan itu tampak ramai. Banyak kedai dan cafe yang penuh dengan pelanggan millenial memenuhi tempat yang instagram-able dan kekinian.
Tampak seorang pemuda bersurai dark gray dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya, ia masih menggunakan seragam sekolahnya lengkap dengan tas yang melekat pada punggung kokohnya turun dari motor matic-nya. Seharusnya sih ia sudah pulang, tapi ibunya meminta untuk membelikan kue ke toko langganannya.
Hari ini adalah hari pertama ia memasuki ajaran tahun baru di sekolahnya, seharusnya ia pulang lebih awal agar bisa berberes barang untuk pindahnya ia ke asrama sekolah. Namun apa boleh buat, ya sudah tak apa lah ya. Nanti saja berberesnya toh masih punya banyak waktu.
Ia pun memasuki bangunan ruko yang bernuansa kota London, sangat indah dipandang. Ia masuk melalui pintu kaca, membunyikan Suara lonceng yang tersembunyi di atasnya. Harum khas roti yang baru di panggang memenuhi Indra penciuman pemuda itu.
Pegawai yang seumuran dengan pemuda itu hendak menyapanya, tetapi niatnya teurung dan menatap agak terkejut. Sembari memperhatikan seragam yang dikenakan pemuda itu, serasa tak asing baginya.
'lah? Albert? John Albert kan itu?' batin pegawai itu, tapi kemudian ia menormalkan ekspresinya dan tetap menjalankan tugasnya sebagai salah satu karyawan di situ.
"Selamat siang, ingin pesan apa?" Ucap pegawai muda itu dengan ramah.
Pemuda yang diketahui bernama Albert itu tampak heran karena merasa familiar dengan suara pegawai itu, ia lalu menengok ke arah suara dan terkejut sama seperti hal yang dilakukan oleh pegawai muda itu sebelumnya.
"Wah, Maximus ya? Anak kelas XI-A IPS kan?" Tanya Albert yang membuat pegawai bernama Maximus terkekeh. "Lo jadi karyawan disini? Kok gua gak pernah liat lo sih?" Tanya Albert lagi dengan heran.
"Iya gua Max, anak Falcon juga. Enggak juga kok, gua bantuin mama gua yang lagi kekurangan karyawan disini pada izin. lo si ranking satu dari Kelas XI-B IPA kan? John Albert ya?" Tanya Maximus dengan terkekeh lagi.
"Ya gitulah hehehe, ngomong-ngomong lu sudah pindah ke kelas XI-B IPS kan? Wah, pemilik toko ini dong?" Pertanyaan Albert itu membuat Maximus mengangguk mantap lalu terkekeh lagi. Ya, dikarenakan tahun ajaran baru. Anak murid mulai di pindahkan ke kelas lainnya secara bertukar. Termasuk Maximus.
"Betul Bert. Enggak lah, ini kan punya orang tua, gua aja KTP masih proses bulan depan hehehe. Btw lu mau pesan kue apa? Mama lo langganan kan disini?" Tanya Maximus balik ke tujuan yang ingin dilakukan Albert.
"Oh iya, gua pesan 10 paket macarone, 1 paket cheese cake, dan 7 kue kering. Seperti biasa dibungkus." Ujar Albert sembari mengambil ponsel yang ada di saku celananya, Maximus mengangguk lalu menjumlahkan total harga pesanan Albert, "totalnya Rp 634.000. Ada tambahan?". "Enggak Max" ujar Albert lalu mengambil dompet dan menyerahkan kartu debit milik ibunya yang tadi pagi sempat dititipkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SECRET SCHOOL | [Revisi.]
Science Fiction𝟤 • ᴀᴡᴀʟ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ʀᴀʜᴀꜱɪᴀ 𝟤 ° XCI-41 𝟤 • ʙᴀɢɪᴀɴ ᴅᴀʀɪ ᴀᴡᴀʟ 𝟤 ° ᴀᴋʜɪʀ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ᴀᴡᴀʟ 12 anak SMA yang sengaja dipertemukan dalam suatu misi dari sekolah mereka dan bergabung dalam misi kerja sama antara cabang CIA dan perusahaan senjata & tam...