39

7 1 0
                                    

Kata satire terlontar dikepala si pemabuk yang sedang kantuk, ia berucap getir kala mengingat janji bajingan yang selama ini ia percaya. Minuman haram yang telah ia tenggak berkali kali tak mampu menghilangkan ingatan tentang si bajingan itu. Satire yang telah ia lontarkan berkali kali seraya meludah di muka bajingan itu pun tak dihiraukan. Lain hal dengan si pecandu yang memaksa menenangkan sedang dia sendiri sempoyongan memegang kepala seraya mengumpat ini dan itu yang terlintas dikepalanya. Pada ujungnya keheningan menimpa mereka berdua seraya bernaung menari nari dengan pikiran dimana letak kesalahan mereka berada. Menyusuri jalan ibu kota ditengah malam seraya menerjang hawa dingin yang menusuk hingga ketulang dan sampailah mereka dimana tempat orang orang berdosa  didalam heningnya malam. Sekarang mereka mengerti bahwa apapun itu hanya bersujud di pucuk disebuah sajadah lah yang harus mereka lakukan.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang