7. Menyesal

397 15 0
                                    

Assalamu'alaikum, cerita hayati ini masih bwanyak banget kurangnya, maafkeun ya teman! Yuk lanjut....

__________

"Pak, bu, Din, Shadiq pamit dulu ya, bunda udah nungguin juga di rumah"

Pamit Shadiq pada semua orang yang ada di ruangan tersebut. Dini yang merasa namanya disebut langsung menoleh ke sumber suara yang tengah berdiri di antara kedua orangtuanya. Padahal ia tengah asyik memainkan smartphone kesayangannya.

Ternyata bukan Dini yang dimaksud, melainkan Dina. Seketika pipinya memerah karena malu. Shadiq juga ternyata tak sengaja melihat sekilas ke arah Dini yang mukanya memerah.

'bisa-bisanya ya dia bikin aku malu! Kalo ngomong tuh yang jelas kali om! Disini ada 2 din, Dina atau Dini!'

Gerutu Dini dalam hati. Timbul banyak pertanyaan dalam benaknya. Untuk apa polisi galak tersebut menjenguknya. Toh mereka bertemu karena insiden tilang 2 hari yang lalu.

Sok peduli juga dengan dia, padahal mulut tajam Shadiq sudah menggores perasaannya. Tapi Dini tak memikirkan salah apa yang ia lakukan balik pada polisi itu.

'Nah! Kamu tau kan malunya gimana pas ngerasa terpanggil! HAHAHA'

Batin Shadiq yang tiba-tiba bertingkah seperti bocah yang mengalahkan lawannya main kelereng.

Shadiq segera berlalu dari ruangan itu setelah bersalaman dengan Pak Radit, papa Dini.

Cukup sudah, banyak sekali pikiran bergelayut dalam benak Dini. Ia ingin menanyai maksud Shadiq datang kesini 2 kali dalam sehari ini. Lalu bagaimana nasib motor barunya?

Ia segera turun dari kasur pasien dan mendorong tiang tempat infusnya bertengger.

"Pa, ma, Dini keluar bentar ya!"

"Mau ngapain? Udah malem lho Din"

Ucap papa saat sedang asyik menonton siaran berita di tv.

"Mau mama temenin Din?"

Berbeda dengan papa, mama Dini sepertinya mengizinkan anak gadisnya keluar. Maklum sudah 2 hari ini Dini terus mengurung diri di kamar inap.

"Engga usah ma. Pa ... Dini gak keluar rumah sakit kok. Cuma mau ..."

Dini berucap manja pada sang papa. Seketika papa menyela ucapannya

"Mau dipamitin Shadiq juga?"

"Pfft ... Papa apaan sih, hahahah"

Sahut mama. Seketika tawa papa dan mama Dini pecah di ruangan ini. Membuat pipi Dini untuk kesekian kalinya semerah tomat karena malu.

"Ih papa kok gitu?! Siapa juga yang mau dipamitin om-om?!"

"Astaghfirullah, anak gadis, gak baik ngomong kaya gitu! Polisi kaya gitu masa dibilang om-om? Ada-ada aja. Yaudeh deh sana, keburu pulang Shadiq nya"

Merasa malas untuk kembali menyahut ucapan sang mama, Dini berlalu meninggalkan mereka dengan ucapan salam dan dibalas oleh kedua orangtua dan adiknya yang masih diiringi tawa.

Dini mengejar Shadiq yang keberadaannya tak lagi terlihat. Sepertinya Shadiq sudah ke lantai bawah. Dengan sigap Dini melewati lorong yang cukup ramai dengan sedikit berlari menuju lift khusus pasien.

Setibanya di lantai bawah, Dini akhirnya mendapati Shadiq dengan perawat tadi pagi yang kebetulan bibinya polisi tersebut. Dini masih diam di tempatnya sambil mengatur nafas yang masih memburu. Saat Dini melangkahkan kakinya menuju tempat polisi dan perawat itu berdiri, ternyata sang perawat segera berjalan menuju lorong yang lain ketika ucapannya dengan Shadiq berakhir.

siap pak! 『ONGOING』 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang