4. Kok Baik?

520 27 4
                                    

Haeee haeee, minna-san! Aq kembali lagi! ^^
Zelamat membaca! 💙

__________

FLASHBACK ON

"Bun, Shad berangkat dulu, ya" sahut Shadiq setelah menyantap sarapan pagi yang telah disiapkan sang bunda.

"Iya, hati-hati di jalan, nak"

Jawab bunda yang tengah membaca buku di ruang keluarga. Kemudian Shadiq meraih tangan bunda dan mengecupnya, ucapan salam dilontarkan dari bibirnya dan dibalas bunda.

Dengan langkah yang begitu berwibawa, ia berjalan ke motor yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri.

FLASHBACK OFF

Sementara di tempat lain, salah satu jalan raya di pusat kota metropolitan ini, sepasang siswi SMA sedang bernasib buruk. Motornya ditilang karena tak memiliki kelengkapan surat syarat berkendara. Dini, gadis itu masih setia adu mulut dengan sesosok polisi paruh baya yang begitu tegas kepada mereka berdua. Di pos itu hanya ada Dini, Wulan–sahabatnya, dan polisi paruh baya dengan kumis tebal yang mendukung sosok garangnya.

"Nah dek, bisa diperlihatkan simnya?!"

Tanya polisi tersebut dengan nada yang begitu tegas. Tak ada senyum yang menghiasi wajah kerasnya.

Dini hanya menggelengkan kepala. Sementara Wulan duduk diam dengan kepala yang tertunduk. Tangannya asyik meremas ujung jilbab putihnya.

Mendapat jawaban gelengan kepala, sang polisi itu balik menggeleng-gelengkan kepala dengan berdecih pelan.

"STNK-nya ada?"

Lanjut si polisi bertanya.

"Sebentar ya pak, saya ambil dulu di jok" segera Dini berlari kearah motornya dan langsung mengambil apa yang diminta polisi tersebut.

Seketika Dini beristighfar setelah melihat jok motornya yang kosong melompong. Dini baru ingat semalam sang mama meletakkan STNK itu di dalam dompet papanya. Dini berjalan dengan langkah gontai ke pos itu dengan wajah sendu karena tak berhasil membawa apa yang diminta.

"maaf pak, STNK nya kebawa papa saya"

Sang polisi seketika mengernyit.

"SIM tidak ada! STNK tidak ada! Spion kanan rusak! Itu plat motornya juga belum dipasang! Masih dibawah umur sudah berani bawa motor ya! Kayaknya kamu main-main sama saya sebagai polisi hah!?"

Ucap si polisi dengan nada tinggi. Seketika Dini mengerutkan dahi mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan pada dirinya. Ingin rasanya ia membalas namun lidahnya terasa kelu seketika.

"Kamu tinggal dimana?!" tanya pria berseragam itu lagi.

"di deket asrama polisi di Thamrin pak" jawabnya singkat.

"Ya dekat asramanya dimana!? Kalo ngomong tuh yang jelas! Bapak kamu kerjanya apa?"

Dini diam sebentar, lalu kembali menjawab "iya di jalan Thamrin itu pak, sebelah gang asrama polisi itu. Papa saya kerja di salah satu perusahaan bisnis di depan Mall Bulan."

"heheh, ada-ada saja kelakuan kamu!" jawab si polisi sarkas sambil menggelengkan kepala, kemudian mengeluarkan surat tilang. Sementara tubuh Wulan gemetar lantaran takut dan keringat dingin mengucur di wajahnya. Dini yang memperhatikan menepuk lembut pundak wulan, mengisyiratkan kalimat 'tenang saja, insyaa Allah semuanya akan baik-baik saja'.

Padahal kondisinya sendiri tak bisa dikatakan baik– air mukanya pucat dan sekujur tubuhnya mendadak dingin bagai tak dialiri darah. untung saja denyut jantungnya masih dapat ia rasa.

siap pak! 『ONGOING』 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang