"Alhamdulillah selesai juga kegiatannya. Oiya, Din! Jangan lupa foto-foto tadi share ke grup ya!"
Ucap Ridwan pada Dini. Terlihat gadis yang disebut namanya tengah merapikan kotak-kotak bekas yang berisi berbagai keperluan sekolah untuk adik-adik yayasan. Dini menoleh sebentar, Ia membalas dengan anggukan dan senyuman tipis, kemudian kembali menyelesaikan tugasnya.
Para murid kelas 3 ini telah selesai melaksanakan kegiatan bakti sosial di salah satu panti asuhan. Mengingat mereka adalah murid tahun akhir, rasanya ada nikmat yang patut disyukuri dengan melakukan aksi kedermawanan pada orang sekitar, dan inilah salah satu bentuknya.
Sang ketua Forum Ar-rijal, siapa lagi kalau bukan pemuda yang memiliki pesona khas ikhwan idaman para siswi disana–Yusuf. Ia yang kelihatannya ikut bantu beres-beres, rupanya selalu memperhatikan tingkah seorang Dini. Ia merasa gadis tersebut terlihat berbeda hari ini, wajah pucat pasi dengan tampang lesu, terlihat seperti bukan Dini yang biasanya.
Dini hampir selesai memilah kotak-kotak tersebut, namun sontak saja merasa gamang, kakinya serasa tak mampu menopang tubuhnya lebih lama lagi. Pandangannya berkunang-kunang, seperti kejadian di pos polisi kala itu. Ah lupakanlah pos polisi. Ia bersyukur tak lagi melihat om polisi galak itu beberapa waktu belakangan ini.
Takut akan tumbang, Dini segera mencari tempat duduk di tepi kolam, meninggalkan meja yang sudah bersih dari kotak dan peralatan. Terlihat panitia lain begitu apik membersihkan lokasi kegiatan agar rapi seperti semula. Mereka tak menghiraukan Dini yang tengah duduk dengan peluh dingin mengucuri keningnya, meski berkali-kali ia seka.
Segera Yusuf yang sedari tadi memperhatikannya, datang menghampiri.
"Dini"
Sapa singkatnya, mengagetkan Dini yang tengah berusaha untuk tetap kokoh dalam posisi duduknya. Terlihat Dini tengah menyeka keningnya yang berkeringat sebesar biji jagung.
"Eh, iya ... Yusuf, Dini izin duduk bentar ya"
"Kamu sakit? Ke UKS dulu aja, atau mau pulang lebih awal?"
"Cuma kecapean doang kayanya, Dini duduk disini aja gapapa kok"
Dini merasa malu pada Yusuf. Ia tak ingin image yang telah ia bangun selama ini seketika hancur saat Yusuf tau ternyata seorang Dini hanyalah gadis lemah, sangat tak cocok dijadikan kriteria wanita idaman. Tak kan terbayangkan oleh Dini. Eh, bukankah kejadian waktu itu telah memporak-porandakan image-nya? Ah sudahlah, lupakanlah hal itu!
Ingin rasanya Yusuf bersikeras meminta Dini untuk beristirahat di UKS yang ada di yayasan tersebut, tapi dirinya takut jika Dini merasa tak nyaman jikalau ia paksa. Yusuf hanya mengangguk pelan berusaha memahami, ia membuang nafas pasrah. Namun sorot matanya masih memperlihatkan kegusaran.
Ia mengedarkan pandangan untuk mencari seseorang. Itu dia! terlihat Meliza tengah melepas pita dan spanduk yang merekat di tembok. Segera ia hampiri gadis berkhimar hitam itu.
"Za! boleh bicara bentar?"
Hampir sama dengan reaksi Dini, Meliza tak kalah terkejutnya saat dipanggil oleh Yusuf, hampir-hampir dirinya terperanjat. Tak lupa detak jantungnya yang memacu lebih cepat.
"Heh! Ehem ... afwan Yusuf"
Ucapnya sembari meletakkan pita-pita ke atas meja yang ada disana, tentunya dengan gelagat terkejut. Panggilan macam apa itu? Rasanya cukup jarang bahkan sampai tak pernah ada orang yang memanggilnya dengan dua huruf itu–Za, Meliza. Ia tak ingin berpikir lebih dalam lagi.
"Kayanya Dini lagi sakit, kalau dia masih disini dan ikut ngebantu, takutnya malah makin drop. Anti ..."
Meliza masih menanti kalimat selanjutnya dengan kernyitan tipis alis legamnya, walaupun mata mereka tak bertemu namun Yusuf menyadari perubahan gestur Meliza.
KAMU SEDANG MEMBACA
siap pak! 『ONGOING』
RomanceRamadini, gadis 17 tahun yang baru mendapatkan simnya sekaligus diberi hadiah motor baru dari sang orangtua. Siapa yang gak kegirangan coba, mendapat motor lalu langsung digunakan. Bukan hari sial atau apa, hanya saja Dini sedang tidak ditakdirkan b...