Up 3 part ternyata hehehe
Jam tangan Dini menunjukkan pukul 17.16 sore. Dengan gusar ia berjalan keluar dari mesjid karena rapat kedua baru selesai. Rapatnya yang pertama memang berlangsung 15 menit saja kurang lebih, karena hanya sekadar menginformasikan adanya perwakilan kelas XII yang akan menghadiri rapat kesepakatan dengan Kepala Sekolah dan Wakil Kesiswaan lusa besok.
Sementara rapat keduanya tadi disambung sepulang sekolah. Alhasil Dini pulang teramat sore begini. Untung saja ia sudah izin pada papa dan mama, jadi semoga saja takkan ada omelan yang menyambutnya sepulang nanti.
Tadi pun Wulan menawarkan boncengan pada Dini karena ia telah mendapat SIM baru dan juga motornya kembali. Tapi Dini meminta Wulan segera pulang saja karena merasa rapat sepertinya akan berlangsung lama. Kasihan juga Wulan menunggu sendirian di sekolah yang sudah sepi.
Dini hendak memesan Goojek karena motornya yang masih ditahan. Terlihat para panitia lain berpamitan pulang menggunakan motor mereka dan teman boncengannya, saat berpapasan dengan Dini yang sedang menunggu di pos satpam sekolah tersebut.
Tiba-tiba salah satu panitia perempuan dengan motor matic-nya berhenti di depan Dini dan menyapanya. Saat motor tersebut mendekat barulah tau siapa gerangan yang menyapanya.
"Loh Dini? Pulang bareng siapa?"
"Eh kamu Mel, ini ... Dini lagi nunggu goojek, tapi jaringannya jelek, jadi nunggu lama deh gegara belom dapet driver-nya"
"Ooh, kalo gitu pulang sama ana aja? Mau?"
Dini terdiam sejenak. Meliza benar-benar wanita yang baik. Tutur katanya saja begitu lembut dan ramah. Tak salah kalau teman-temannya yang lain menjodoh-jodohkan ia dengan Yusuf.
"Gak ngerepotin Mel? Rumah Dini kan di Thamrin, lumayan jauh dari sini" Jawab Dini yang sebenarnya tak mau menolak tebengan Meliza karena takutnya ia pulang ba'da maghrib. Hanya saja ia tak enak merepotkan gadis super ramah macam Meliza ini.
"Bagus kalo gitu Din, ana juga lewat situ. Rumah ana di jalan Merdeka. Udah yuk! Keburu Maghrib nanti Din!"
"Beneran?"
Meliza mengangguk mantap.
"Tapi Dini gak bawa helm, Mel. Dibundaran kan ada pakpol"
Meliza membalas dengan senyuman hangat. Segera ia mengambil sesuatu di dalam jok motornya. Ternyata gadis itu membawa 2 helm. Alhamdulillah
"Ini ana bawa 2 kok, hehehe"
Kemudian ia memberikan helm itu pada Dini. Dengan ragu ia mengambil helm tersebut. Dalam hatinya, Dini mengucap syukur berulang kali karena ada Meliza, jadi ia bisa sekalian menghemat uangnya. Dasar ya.
Saat Dini hendak naik ke boncengan, seorang lelaki dengan motornya datang dari arah belakang menyapa sopan 2 gadis tersebut.
"Dini? Meliza? Belum juga pulang?"
Deg
Seketika jantung Dini kembali berdegup kencang.
"Astaghfirullahal'azhim"
Ucapnya lirih sambil mengelus dada mencoba menormalkan degup jantungnya itu. Tanpa ia sadari, ucapannya tersebut masih dapat didengar oleh Yusuf dan Meliza.
Seketika Yusuf dan Meliza bingung mengapa Dini beristighfar.
"Maaf?"
Tanya Yusuf pada Dini dengan alis yang terangkat sebelah. Langsung saja Dini tergagap karena pertemuan matanya dengan seorang Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
siap pak! 『ONGOING』
RomansaRamadini, gadis 17 tahun yang baru mendapatkan simnya sekaligus diberi hadiah motor baru dari sang orangtua. Siapa yang gak kegirangan coba, mendapat motor lalu langsung digunakan. Bukan hari sial atau apa, hanya saja Dini sedang tidak ditakdirkan b...