11. Jangan Terulang Lagi

400 20 4
                                    

__________

Setelah pembicaraan selesai, para saudara dan ipar Bunda Rina memutuskan untuk segera pulang, mengingat 2 cucu mereka yang terlelap tidur di kamar Shadiq tiba-tiba terbangun dan merengek minta pulang. Hasan dan Husein, anak dari bang Harris–sepupu pertama Shadiq.

Masih jelas dibenaknya tadi, mendapati Nahla yang tengah ikut berbaring bersama 2 keponakan kecil mereka.

Tak terasa mereka sudah bukan anak kecil lagi. Mereka punya jalan hidup masing-masing. Masih tebersit obrolan pendek mereka berdua tadi.

"Kenapa gak ngasih tau dulu ke abang kalau Nahla udah punya calon?"

Nahla yang baru terbangun dari tidurnya pun masih mengerjapkan dan mengucek matanya, mencoba menormalkan pandangannya yang masih kabur.

Sambil menatap Shadiq, ia menjawab dengan santainya.

"Ooh bang Shad"

Shadiq mendelik ketika panggilan menyebalkan itu kembali ia dengar.

"Gak kenapa-kenapa kok, cuma mau bales dendam aja, hehehe"

Shadiq merasa jawaban dari sepupunya itu tak masuk dalam kategori humornya saat ini.

"Kenapa harus orang Melayu?"

Tanyanya sekali lagi.

Kali ini Nahla menampilkan wajah cemberut,

"Hmm? Tanya aja langsung sama Allah kenapa Nana dikasih calon orang Malay! Lagian abang kok nanya begituan sih! Rasis tau gak!"

Shadiq sedikit terperanjat dengan kalimat terakhir yang dilontarkan Nahla padanya.

"Dih rasis dari mana?!"

Sepertinya adu mulut yang biasa dilakukan jika dua insan ini bertemu akan segera dimulai.

"Jadi apa dong? Bilang aja bang Shadiq belum bisa move on! Ye kan?"

Ledek gadis yang setinggi bahu Shadiq tersebut.

"Udah lah! Yang jelas, abang kecewa Nahla gak ceritain ini sebelumnya"

Nahla memberi tatapan meledek. Sambil menyikut pelan lengan Shadiq.

"Beuh ... bilang aja takut ngelepasin Nana kan? Iya kan? Hahaha gengsi banget bilang takut kehilangan temen curhatnya selama ini"

Seketika Shadiq merasa malu disebabkan rasa gengsi yang ia pendam.

Begitulah, obrolan singkatnya dengan sepupu sekaligus telinga yang menjadi pendengar hampir segala perasaan hatinya. Bagaimana tidak, sedari kecil mereka selalu bersama. Bermain bersama, makan bersama, bersekolah bersama, hampir segalanya bersama. Mereka hanya berpisah saat hendak menempuh karier masing-masing. Shadiq menjadi polisi, dan Nahla menjadi bidan mengikuti jejak Tante Syifa.

Apapun yang dialami Shadiq hari ini, sepenuhnya ia yakin Allah memerintahkan padanya untuk memetik hikmah di setiap liku hidup yang ia jalani. Libatkan Allah selalu. Itu motto hidupnya.

Saat mobil keluarganya sudah tak terlihat lagi, Shadiq memutuskan untuk segera masuk ke rumah setelah mengunci pagar rumahnya. Rumah kembali hening. Hanya sekejap hening yang biasa tercipta di rumah ini hilang saat sanak keluarga mengunjunginya.

Shadiq melangkah menuju kamar tercintanya. Tiba-tiba sebuah suara muncul dalam benaknya, hingga hampir terasa nyata. Ternyata emang bener ya, kalo polisi itu gak punya hati!

Seketika ia terpaku saat hendak menarik gagang pintu kamar tersebut. Ia beristighfar pelan sambil memijat keningnya yang berdenyut. Shadiq menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Kapan Dini tak mengisi benaknya lagi? Semenjak pertemuan itu, rasanya hampir tiap saat bayangan bocah bar-bar yang tersembunyi di balik khimar lebar itu melintas dalam pikiran Shadiq.

siap pak! 『ONGOING』 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang