KATA Bunda, Allen adalah putranya yang paling kalem serta nurut. Walaupun Allen memiliki sifat buruk yakni main game, tetapi Allen tidak pernah membantah perkataan Dinar maupun Dirga. Otak Allen itu cerdas sekali seperti Aksa, mereka berdua hanya beda passion. Aksa di IPS sedangkan Allen di IPA.
Sejak zaman sekolah menengah pertama, Aksa selalu meminta Allen agar satu sekolah dengannya. Allen tidak tahu alasannya apa, ia menuruti perkataan Aksa agar Abangnya itu tidak ribut seperti petasan mercon.
Semuanya berawal karena Aksa hobi membully orang. Tidak melihat laki-laki atau perempuan. Tidak melihat efek yang pada akhirnya menimpa Allen.
Kelakuan Aksa di SMP itu masih batas wajar. Cukup Aksa menjahili murid-murid yang telah berurusan dengan Aksa sendiri. Dan bagi Allen, tingkat kejahilan Aksa di masa SMP itu masih mending dibanding di SMA. Karena sejak Aksa masuk SMA, tingkah semena-menanya semakin luar biasa. Bahkan sudah tidak bisa dibilang jahil, namun bullying.
"Len, dipanggil Kak Reno tuh!" Sebuah suara menyadarkan Allen dari lamunan. Allen melirik Pandu, teman sebangkunya.
"Ngapain?"
Pandu mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Allen. Ia lalu berbisik, "Lo ada masalah sama Kak Reno? Dia kelihatan emosi gitu,"
Allen menggeleng. "Gue nggak pernah cari masalah sama orang."
Pandu menghela napas. Ia mengenal Allen walaupun mereka baru dekat karena satu gugus. Namun yang Pandu ketahui, Allen itu tipe cowok kalem yang akan berubah protektif ketika orang yang disayanginya tersakiti. Hah, itu hanya sebagian pemikiran Pandu belaka. Dari novel-novel yang suka Pandu baca sih, Allen tipe seperti itu.
"Mana yang namanya Allen?!"
Sontak seluruh anak kelas 10 IPA 1 memusatkan perhatiannya ke arah pintu kelas. Di sana, berdirilah tiga siswa berpenampilan selengean. Seragam yang sebagian keluar dari tempatnya, rambut yang acak-adul serta wajah yang persis seperti khas anak badung.
"Woi!" Salah satu di antara mereka menggebrak pintu kelas. "Kalo ada orang nanya tuh dijawab! Pada punya mulut kan lo semua?!"
Di tempat, Allen mendengus. Tanpa membuang waktu lagi ia bangkit dari kursinya lalu berjalan ke depan menghampiri Reno, orang yang disebutkan oleh Pandu tadi.
Reno, laki-laki dengan wajah penuh bekas luka itu tersenyum miring.
"Lo Allen?" Allen mengangguk.
"Ikut gue."
Mereka berempat berlalu dari kelas.
"Allen, goblok!" umpat Pandu kesal karena sifat Allen yang penurut itu.
Walaupun terkadang Allen sukar menanggapi setiap curhatan Pandu, Pandu tetap khawatir dengan keadaan Allen nanti. Gitu-gitu juga Allen selalu memberi Pandu jawaban soal kimia, pelajaran paling muak bagi Pandu.
"Van, Pak Suman masuk nggak?" tanya Pandu pada ketua kelas.
"Assalamualaikum," Dan Pandu mengerang kesal karena orang yang dibicarakannya memasukki kelas.
👑
Sebelumnya Shara tidak pernah menangis hanya karena masalah sepele. Kecuali saat ia dijahili oleh Rashen. Tetapi kali ini ia menangis karena.... sebuah tip-x?
"Ngapain pake nangis segala sih, Sha?!" desisnya kesal seraya mengusap air mata secara kasar.
Mata dan hidungnya memerah. Pipinya yang tembam masih berbekas air mata. Hatinya dalam mode senggol bacok. Shara tidak mengerti dengan teman kelasnya. Setidaknya kalau ada masalah bilang langsung kepadanya, bukan dengan mengasingkannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akshara
Ficção Adolescente"Kan gue udah bilang. Jangan berani cari masalah sama gue. Nah, sekarang rasain akibatnya!" Shara mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak peduli dengan cairan hijau yang membasahi seluruh tubuhnya. Shara bangkit dari posisinya kemudian dengan cepat ia...