Aku sedang menunggu dia di kantin. 5 menit lagi istirahat terakhir akan berakhir dan dia masih tidak menunjukan batang hidungnya. Ahhh.. Siapa yang butuh batang hidungnya saja. Aku butuh melihat dia keseluruhan. Aisyah dan Bulan sudah dari tadi resah ingin pergi dari kelas. Tentu saja, 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi dan kami masih di kantin. Ohh!
"Udah ya Rain?. Sebentar lagi masuk. Aku gak mau terlambat karena alasan yang gak masuk akal." Bulan menarik aku dari kursi kantin.
"Nunggu siapa sih?" Aisyah yang ikut menarikku menjauh dari kantin ikut bertanya.
"Bukan siapa-siapa"
Aku tahu Bulan dan Aisyah tidak akan percaya pada jawaban ini, tapi mau diapakan lagi. Aku sudah menjawab dengan hal sama sejak tujuh pertanyaan yang sama itu terlontar 1 jam yang lalu. Mereka belum saatnya tahu berita bodoh ini.
Kenapa aku benar-benar tidak bisa menarik dia ini dari pikiranku. Sejak malam itu hingga sekarang, dipenghujung janjinya menemuiku senin ini, aku masih tidak berhenti memikirkannya. Bagaimana wajah orang yang aku cari selama ini. Aku benar-benar harus berusaha menjauhkan ekspektasi tentang wajah dan kepribadiannya. Ini tidak bagus untukku sendiri.
"Helloooo!" Bulan melambai-lambaikan tangannya di depanku. "Ini udah jam pulang. Masih mau di sini juga?"
Aku tersenyum menatap dua sahabatku yang sedang kebingungan ini. Aku menggeleng. Sedari tadi aku tidak memperhatikan materi yang diajarkan. Pikiranku masih jauh melayang ke dunia antah berantah dimana ada wanita bodoh yang jatuh cinta pada laki-laki bertopeng. Heyyy! Even Zorro wear it, he still loved by people right?.
***
Dari sejak senin berakhir tanpa pertemuan itu sampai saat ini aku benar-benar tidak bersemangat. Semua yang terjadi seperti berjalan di jalurnya sendiri dan aku memiliki jalur lain. Seperti saat ini, aku kembali duduk di kantin dengan Aisyah dan Bulan yang berada di jalur lain. Mereka sedang menertawakan sesuatu dan aku bahkan tidak tahu apa itu, tapi ikut tertawa. Sekedar membohongi mereka bahwa aku sedang berada satu jalur dengan mereka.
"Hey" Seseorang menepuk bahuku. Seseorang yang suaranya membuat aku pusing seketika.
Dia.
"Hai" Aku terkunci.
Pernah kau merasakannya. Seperti beberapa detik itu berjalan sangat lambat bahkan hampir membeku. Seperti kau bisa menikmati moment satu detik hanya untuk seumur hidupmu. Aku terkunci pada moment itu. Kau! Kenapa lama sekali.
"Aku Bumi"
Aku mengangguk. "Aku tahu"
Aku tahu darimana? Hanya tau. Ketika dia muncul seketika aku tahu. Semua terasa sama kecuali topeng itu. Suaranya, hatiku yang berdetak cepat, moment yang tiba-tiba terkunci, bentuk tubuhnya yang masih aku ingat, semua sama. I just know.
Dia mengeluarkan sebungkus coklat dari belakang tubuhnya. Menyodorkannya padaku.
"Permohonan maaf karna keterlambatan janjiku menemuimu"
Aku mengangguk. "Oke"
Dan dia tersenyum. Sekali lagi. Aku terkunci.
Dia berbalik berjelan ke arah teman-temannya di sudut kantin. Mereka semua menoleh padaku seperti memberi tatapan 'cie.. cie..'. I don't know how to say that, but it's really like that. Aku baru saja kembali memalingkan wajah ke Aisyah dan Bulan yang berkebalikan memberikan tatapan 'Apa yang tidak kau ceritakan, Rain' saat aku merasa ada seseorang yang berjalan cepat ke arahku.
"Hey" Dia mengucapkannya lagi "Again"
Aku menoleh padanya, memberikan senyumku.
" Dinner on this Saturday night, maybe?"
Aku setengah tertawa mendengarnya. "Oke" Aku mengangguk "Again"
Dia tertawa sambil mengangguk lalu berpaling dan berlari ke arah temannya. Aku benar-benar tertawa ketika dia memukul tinjunya ke udara, seperti sebuah celebration atas sebuah tembakan yang mengenai sasaran. Beberapa temannya ikut tertawa dan mengusap kepalanya seperti seorang ayah yang bangga atas apa yang dilakukan anaknya. Dan terakhir dari hari ini, dia menoleh sekali lagi dan tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Teen FictionDan hujan seperti membawakanku sebuah kisah yang tidak akan pernah aku lupakan