"Kenapa kami gak tahu satupun cerita tentang kamu dan mas Bumi?"
Istirahat kedua, aku dan kedua sahabatku yang sudah dari tadi menantikan jam ini memutuskan untuk tetap di kelas. Tentu saja aku sudah tahu maksud dan tujuan mereka. Seperti sekarang, baru beberapa detik guru keluar dari pintu kelas, mereka sudah mencecar aku dengar pertanyaan yang mungkin sudah bersemayam sepanjang pelajaran.
"Karna memang ceritanya belum dimulai." Aku memandang mereka bergantian. "Baru akan dimulai." Aku tersenyum.
Mereka saling pandang. "Maksudnya?" Aisyah yang bersuara.
"Kita kenalan pas Acara perkenalan angkatan." Aku sekali lagi memandang mereka bergantian seperti berusaha mentransfer semua rasa yang terpancar dari mata ini pada mereka. "And here we are."
Aku tidak mengerti, dan tidak tahu apakah ini perasaanku saja atau tidak. Seperti kami berada di jalur yang berbeda. Seperti mereka pura-pura bahagia namun menyembunyikan pikiran mereka sendiri di hatinya. Seperti melihat mereka ingin membuka mulut tapi mundur ketika itu sudah berada di ujung lidah. Apalagi Bulan. Seperti dia punya pikiran sendiri, seperti ada yang ingin dia sampaikan namun menolak mengatakannya.
"Kenapa?"
Dan mereka berdua kompak hanya menggeleng. Mungkin ini hanya perasaanku saja.
"Kami senang." Bulan memberi senyuman 'percayalah' padaku. "Mas Bumi cowok yang baik untuk kamu"
Aku tersenyum. Ehh "Mas?" Aku mengernyitkan dahi. "Mas Bumi?"
Aisyah berdehem sambil mengangguk. "Kami sudah lama kenal Mas Bumi." Aisyah menoleh sebentar pada Bulan. "Dia sahabat Kak Awan"
Deg.. Deg..
"Ohh." Entah kenapa hanya itu yang bisa aku ucapkan untuk menganggapi berita ini.
"Pokoknya kamu hutang cerita sama kita mengenai kejadian malam itu yaa!" Bulan dengan cerianya memelukku dan Aisyah. Lama sekali. Aku benar-benar khawatir mengenai ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Teen FictionDan hujan seperti membawakanku sebuah kisah yang tidak akan pernah aku lupakan