Prelude

1.5K 182 267
                                    

Kepalan tangan itu terus menghantam target tidak segan untuk menghajar, tidak segan lagi untuk menghabisi. Hatinya seolah mati menolak segala desahan mengemis sebuah ampunan. "Bukan gue, sumpah!"

Kepalan Harris menghujam tubuh Juan beberapa kali, tatkala sang korban masih dapat meloloskan kata. Beruntung karena di dalam genggaman sang petarung itu tidak terdapat sebuah senjata dalam bentuk apapun. Juan sudah terkapar tak berdaya, meninggalkan sensasi puas di dalam lubuk hati sang serigala SMU Bahari. "Gue nggak butuh ceramah lo, gue cuman butuh penjelasan kenapa lo bawa kabur duit itu?!"

"Mungkin gue bawa kabur duit lo, tapi gue bisa jelasin semua! Kasih gue kesempatan!" Juan mengaku sembari mengangkat ke dua belah tangan meminta ampunan.

Harris menghapus peluh nya dengan punggung lengan sekilas sebelum mencengkeram kerah seragam Juan kasar. "Oke dua belas detik ... sebaiknya lo bisa menggunakan waktu itu untuk menjelaskan semua!"

"Ada yang nyuruh gue!" Juan terengah, dengan beberapa luka pada tubuh pemuda itu cukup kelelahan untuk menahan rasa sakit. "Gue udah sempet nolak tapi dia ngancam gue dia akan nyulik adek gue, Harris!"

"Siapa?!"

"Gerka Aksara, anak SMU Cahaya, Ris!" Juan menghirup udara dengan rakus tatkala Harris melepaskan cengkeramannya cepat. "Tapi gue bakal ganti duit lo kok,"

"Gue nggak butuh duit lo, yang gue butuh itu cuman kejujuran lo sama yang lain!" pemuda itu mengedarkan pandangan pada ruangan berukuran luas dengan cahaya kontras memadai.

Aula sekolah.

Harris beranjak pergi setelah mendapatkan sebuah nama dari sang rekan walau dengan sebuah paksaan. Langkah lebar nya menyerukan sebuah suara memecah sunyi. Berbagai suara mengaduh mengiringi langkah, menarik Harris untuk menikmati pemandangan memilukan itu sejenak. "Lo bisa buka mata lo sekarang,"


Para pemuda nan terkapar itu saling melempar tatapan heran kala mendengar suara berat Harris melemah. "A-apa urusan lo sama mereka udah selesai, Harris?"

Harris menganggukkan kepalanya sekilas kala suara kecil sang sahabat menyapa indra pendengaran. "Masih ada sih, tapi kali ini gue butuh bantuan lo. Lo mau bantuin gue, 'kan?"

Jane menganggukman kepalanya ragu ketika netra Harris menusuk. "Gue bakal bantuin lo ... seperti janji kita waktu kecil, Harris,"

Harris mengeluarkan sebilah pisau lipat dari dalam saku tidak ada rasa canggung, karena di mata pemuda tampan itu benda tajam merupakan hal yang terindah. "Tunjukin orang yang udah berani nyentuh tubuh lo, Jane," ia berujar memecah sunyi untuk kesekian kali dengan suara nan lantang. "Gue yakin orang itu ada di sini, Jane, tunjukin ke gue mana orangnya!"

"Enggak!"

"Apa lo rela membiarkan orang yang udah kurang ajar sama lo berkeliaran dengan bebas?!" Harris meraih jemari Jane dan menyematkan benda tajam itu di sana.

Jane menggelengkan kepala seiring dengan isaknya yang tidak tertahan kala pisau tersebut hadir di dalam genggaman. "Gue nggak mau!"

"Kalo gitu bunuh gue!" Harris mengarahkan jemari Jane tepat pada dada bidangnya dengan tatapan mantap tidak menghiraukan pisau yang mulai melukai permukaan kulit.

"Harris!"

Isakan Jane semakin menjadi, tatkala ujung tajam dari benda  itu sudah tertanam dengan sempurna di dada Harris. "Ah, gue nggak peduli ... untuk apa gue hidup, kalo nggak bisa melindungi lo dari tangan kotor sampah SMU Bahari!"

SAVE US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang