Charging [035%]

54 18 6
                                    

Tidak selama nya kata maaf dapat menyembuhkan luka.

"Thanks, karena lo mau dateng."

"Ada apaan lo ngajak gue dateng kemari?" tanya Elena penuh selidik tatkala mendapati sosok Devano di Cafe tersebut. "Ah, lo lagi ada masalah ya?!"

"Eh nanya nya satu—satu dong!" keluh Devano sesaat setelah gadis itu selesai meloloskan kata penuh tanda tanya. "Gue itu ngajak lo ke sini buat ngobrol Na, bukan mau main kuis tanya jawab!!"

"Ya udah, ada apaan?" ia berkacak pinggang.

"Duduk dulu napa .. gak capek?!" Devano mengerjapkan mata tatkala gadis di hadapan nya enggan untuk merehatkan langkah dengan duduk. "Gue gak akan merkosa lo kok, tenang aja."

"Kambing mulut lo!" Elena mendengus dan menyerahkan diri pada kursi tersebut, tidak mengindahkan tatapan intens yang menusuk dari sang lawan bicara. "Cepetan!!"

"Minum dulu dong!!"

"Ih banyak mau nya!" rutuk Elena dengan tatapan tidak luput pada sosok pemuda tampan tersebut. "Cepet, ada apaan ih?"

"Belakangan ini hubungan gue sama Harris mulai renggang!!" curhat nya mengundang dehaman singkat pada tenggorokan Elena. "Eh lo dengerin gue gak sih?!"

"Denger."

"Gue bingung harus gimana!!"

"Jalanin aja dulu." Elena memberikan solusi. "Belakangan ini Jane juga gak bisa ngontrol emosi, jadi gue rasa apa yang kita alami ini sama."

"Jane emosi?"

"Iya belakangan ini dia sering nangis sendiri." jelas Jane sesaat setelah suara Devano menggema memecah suara. "Ah, apa mungkin mereka lagi ada masalah?"

"Masalah?"

"Seburik itukah otak lo sampe gak bisa baca keadaan, masa lo gak ngerasa?!" Elena mengerjap tatkala Devano mengerjap pula.

"G—gue paham sih, tapi yang bikin gue gak paham itu, masalah di antara mereka!" ujar Devano berusaha meluruskan fakta berikut perkara di atas meja. "Maksud gue, apa mereka mulai sadar?"

"Sadar?"

"Sadar kalo hubungan mereka udah terlalu berlebihan buat di kategorikan sebagai sepasang sahabat doangan!" tutur Devano dengan lantang.

"Menurut gue sih masih wajar—wajar aja." Elena berpendapat sembari menyandarkan tubuh pada punggung sofa. "Menurut lo, mereka udah gak layak di sebut sebagai sahabat gitu?"

"Ya iyalah!!"

"Nah, terus cocok nya di sebut apa?!"

Devano mengerjap sejenak. "Ah udahlah gue jadi pusing kalau bahas rumah tangga mereka."

"Ngomongin rumah tangga, semalem Harris nginep di tempat Jane ya?" Elena bertanya.

"Iya, tapi gak lama kemudian dia balik ke base camp." Devano berterus terang. "Btw, sekali lagi makasih ya, karena lo udah mau dateng, gue kira lo gak dapet pesen gue."

SAVE US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang