Charging [046%]

67 12 13
                                    

Sabar yang berbatas? Itu hanya menahan emosi semata.

"Malam ini ada death race di jalan kembar, lo pada mau ikut?" tanya Jonathan tatkala mereka berkumpul di Cafetaria. Terdengar seperti sebuah tawaran yang menarik namun tidak ada seorangpun nan bergeming.

"Males." Gerka menyahut.

"Balapan kali ini bahaya, gak ada aturan main, semua aturan seolah hilang di telan bumi." Hadrian menyahut dengan sebuah sedotan terjebak di mulut.

"Tapi bayaran nya sepadan!!" Jonathan mengambil alih atensi dengan menggebrak meja nan menjadi pemisah di antara mereka.

"Ngomong nya santai aja kali nyet!!" Devano menyergah kala Jonathan menunjukan sisi bar—bar nya di tengah umum. "Eh kalau lo masih sayang nyawa, gue saranin jangan ikutan balapan kek ginian!!"

"Hmm, gue lagi butuh duit!!" Bintang berujar, mengambil alih atensi. "Mungkin gue bakal ikutan, kalau harga nya sepadan!"

"Mantep!!" Jonathan menjentikan jemari.

"Lubang hidung lo mantep!! Ini bahaya tau!!" Hadrian berujar menengahi kesesatan ini. "Eh, Nath kalau lo mau mati jangan bawa—bawa anak orang, kasian bokap nyokap dia, bikin nya susah!!"

"Ah bokap nyokap gue bikin gue waktu mereka SMA!" celetuk Bintang dengan polos nya. "Hm jadi gue rasa kalo gue mati nih mereka bakal bikin anak lagi, kualitas nya udah teruji, bukti nya mereka punya anak pinter kek gue!!"

"Geser otak lo." Gerka menggelengkan kepala nya pelan hingga ia mendapati sosok Harris nan sedari tadi terdiam di tengah keramaian ini, tak bergeming.

Melihat hal itu Gerka pun menyenggol sikut Hadrian pelan. "Eh, dari tadi si Harris nunduk mulu kek lampu belajar, kenapa sih?!" bisik Gerka.

Hadrian menaikan salah satu alis nya dan menoleh ke arah objek yang Gerka maksud. "Mikirin nenek nya yang lagi pubertas kali, cuekin aja, nanti kalau kita nanya di sangka ikut campur lagi."

"Ngomongin orang nya bisa di perhalus dikit kagak?" tanya sebuah suara menarik ke dua pemuda nan tengah bergosip menghentikan aktivitas. "Dari tadi gue denger lo pada kambing."

"Eh ya maaf, lagian lo dari tadi nunduk aja kek lampu belajar, Ris!!" Hadrian tertawa hambar sembari menyikut Gerka yang sedari tadi terdiam.

"Gue lagi banyak pikiran." Harris mulai membuka suara.

"Hm, kapan sih lo gak ada pikiran? Pasti ada aja masalah nya." Gerka bergeming sembari menghisap minuman nya hingga Hadrian kembali menyikut.

"Lo lagi ada masalah apaan sih?" Jonathan bertanya, mulai menaruh rasa simpati.

Harris hanya menghela napas berat dan membenarkan posisi duduk nya. "Belakangan ini gue merasa lemah, gue jadi takut sama aturan, sama gak bisa nolak permintaan apalagi dari cewek!!"

"Gue rasa kondisi mental lo mulai membaik." Bintang berpendapat dengan jemari menopang dagu. "Dari apa yang gue liat lo itu mulai mampu mengendalikan rasa cemas lo, lo juga udah gak arogan sama sadis lagi."

"Gue sependapat!!" Gerka menganggukan kepala nya paham. "Gue rasa lo mulai sadar, secara non medis, dan gue yakin lo hampir sembuh."

"Apa selama ini gue keliatan sakit di mata kalian?" Harris bertanya dengan netra menabrak wajah dari setiap insan manusia di sana.

"Ya bukan sakit sih, kita nyebut nya, lagi 'jatuh' itu aja!" Gerka berujar, berusaha meluruskan keadaan sebelum ada ke salah pahaman di antara mereka.

SAVE US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang