Charging [030%]

57 19 19
                                    

Tinggalkan semua, enyahlah kesedihan dan merangkaklah menuju kebahagiaan.

•••

"Jane!!"

"Harris?!" Jane mengerjap tatkala mendapati sosok Harris di hadapan nya dengan wajah tegang. "Ehh ini gak seperti yang lo liat, Harris."

"Apaan? Lo mau nampar Rain kan?!" Harris menduga dengan tatapan bengis menusuk permukaan kulit Jane. "Lo gak usah berkelit Jane, gue gak suka!!"

"Lo kenapa jadi bentak gue kek gini sih?" Jane menatap netra gelap Harris dengan tatapan tidak percaya. "Apa yang lo liat ini gak valid sama kenyataan nya!!"

"Lo gak pernah berubah, Jane, lo gak bisa menerima kesalahan diri lo sendiri!!" tutur Harris menarik air mata Jane untuk jatuh.

"Harris, gue bisa jelasin!!" Jane menghapus air mata nya yang jatuh secara sekilas. "Lo dengerin dulu penjelasan gue, Harris! Lo harus percaya kalau tadi itu—"

"Lo mau nampar Rain!!" potong Harris. "Hm ... sekarang apa?! Apa lo mau bilang kalau gue salah liat, atau gue cuman berhalusinasi gitu?!"

Jane menggeleng pelan sembari menggigit bibir bagian bawah nya lirih. "Gue bisa jelasin, kenapa lo gak ngasih gue kesempatan buat ngejelasin?"

"Sori Jane, tapi gue udah capek." Harris menurunkan lengan Jane nan datang mengenggam dengan lemah lembut. "Gue udah capek ngikutin permainan lo."

"Harris—"

"Udahlah Jane, fakta udah terungkap dan lo gak bisa menutupi semua itu dengan opini semata." Rain berujar seolah tengah menengahi perdebatan panas di antara mereka.

"Diem lo kantong angin!!"

"Jane!!" gertak Harris menuntut gadis itu untuk terbungkam seribu bahasa. "Jangan kata—katain Rain kek gitu, gue gak suka!!"

"Buta lo Harris, udah buta lo!!" Jane pergi beranjak dari tempat tersebut tak ingin memperpanjang masalah dengan sang sahabat. 

•••

"Bangsat, bajingan, laknat, tercela, terkutuk, kambing kenapa tuh mak lampir balik lagi ke sini?!" Jane mendengus kesal tak mempedulikan tatapan datar Elena yang sedari tadi menusuk permukaan kulit nya.

"Rain ini siapa sih?" Elena membuka suara menarik Jane yang tengah melampiaskan emosi untuk diam dan memberikan jawaban berupa sebuah kepastian.

"Dia mantan Harris waktu SMP!" aku Jane. "Ya, harus gue akui sih dia itu anak nya anggun, cantik, ramah, santun tapi bakat silat lidah nya ngalahin lidah gue yang udah pake sabuk hitam!!"

"Lo kata karate, sabuk hitam?!"

"Ah udahlah, inti nya gue sebel sama itu makhluk!!" geram Jane sembari menyobek dan mematahkan apapun di atas meja nya.

"Gue mau nanya, hubungan lo sama Harris itu apa?"

"S—sahabat."

"Gue nanya lagi, kenapa lo jadi sebel sama tuh cewek?" tanya Elena dengan penuh selidik.

"Gue cuman gak suka."

SAVE US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang