Kuroo tahu bahwa dirinya sangat menyesali ucapannya yang mengabulkan permintaan [name] agar menghentikan pukulannya saat sedang belajar bersama untuk Ujian bulan kemarin, Kuroo sangat menyesalinya. Kenma yang berada di samping Kuroo hanya menghela nafasnya sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Kuroo yang terbakar.
Iya, terbakar api cemburu dengan kedekatan [name] bersama Bokuto, Hinata, dan Kageyama. "Shou-chan, Tobio-chan, ingin aku ajari bahasa inggris?"
"[Name]-senpai, mohon bantuannya" ucap Hinata dan Kageyama secara bersamaan. [Name] mulai membuka buku catatan Hinata dan Kageyama, menjelaskan dengan cara yang cukup singkat namun terkesan dimengerti oleh orang bodoh seperti mereka berdua.
"Hei, Hei, Hei, [Name]! Bantu aku juga! Bahasa Inggris! Hei, Hei, Hei."
"Baiklah, Kou-chan."
"[Name]-senpai, aku juga ingin belajar bahasa inggris darimu. Karena Kuroo-san berkata bahwa dirinya hanya mengandalkan ingatan dan perasaan jika menjawabnya."
"Bergabunglah, Lev-chan. Kuroo memang sangat tidak bisa diandalkan untuk mengajari bahasa inggris."
Beberapa perempatan siku muncul di dahi Kuroo serta aura hitam yang keluar dan berkobar membuat semua yang berada di gymnasium merinding ketakutan.
"Padahal mereka baru saja bertemu kemarin dan sekarang mereka sudah sangat akrab. Bahkan saling memanggil nama satu sama lain, tidak ada yang boleh merebut [name]."
"[Name] bukan kekasihmu, Kuroo."
"Kenma, semangatilah teman masa kecilmu."
"Kau tertular penyakit Bokuto. Aku tidak ingin ikut campur."
Aura hitam Kuroo semakin pekat ketika Hinata mulai memuji [name] dengan kalimat dan wajah polosnya sehingga mampu membuat rona merah di kedua pipi [name]. Semua anggota tim menjauh dari sekitar Kuroo yang terus-menerus mengeluarkan aura hitam pekat seperti ingin membunuh seseorang.
'Kuroo-san, menakutkan!'
[Name] memperlihatkan senyumannya ketika Hinata dan Lev berhasil menjawab pertanyaan yang mungkin hanya bisa dijawab oleh kacamata dari Karasuno. Namun, senyuman tersebut tergantikan dengan bibir sedikit terbuka ketika melihat Hinata dan Lev bergidik ketakutan. Dengan raut wajah datarnya, [name] menoleh kebelakang dan mendapati Kuroo dengan aura yang tentu saja masih belum bersahabat. Kedua iris [name] melirik tangan Kuroo yang menepuk ---tidak---mencengkram pundaknya.
"Apa? Meskipun kamu mengeluarkan aura seperti itu aku tidak akan takut, Kuroo."
Sadar dengan apa yang dilakukannya, Kuroo tiba-tiba melepaskan genggamannya dari pundak [name] sehingga menimbulkan satu pertanyaan yang sama dari semua anggota tim voli yang melihat perilaku aneh Kuroo. Sedangkan Kuroo hanya diam sambil melangkahkan kakinya menjauh dari gymnasium dengan raut wajah suram.
Di luar gymnasium, Kuroo tidak bisa berhenti menyalahkan perilakunya yang menurut dirinya sendiri perilakunya itu sangat menunjukkan sikap agresif. Aura hitam pekat pun tergantikan dengan aura kesuraman dan putus asa.
"Bagaimana jika [name] tidak menyukai sikapku tadi? Dan bagaimana jika [name] tahu bahwa aku menyukainya?"
"Memang menyukainya, kan?"
Kuroo terkejut mendengar suara familiar yang berada tepat dibelakangnya, "GAHH!! AOI??!! KENAPA KAMU MUNCUL DIWAKTU ANTARA TEPAT DAN TIDAK TEPAT?!"
"Hah? Aku kemari hanya ingin memberikan cookies untuk Yaku. Tenanglah, aku tidak akan menganggu waktumu."
"Kamu sudah menganggu waktuku sekarang. Cepat berikan pada Yaku lalu menghilanglah selamanya."
"Jahat! Punya dendam apa kamu denganku?! Dasar kucing hitam jelek!"
[MHS Project]
[High School Version]
[Kuroo Tetsurou x Reader]
[Haikyuu]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅] High School [Kuroo Tetsurou] [HQ] [✅]
Fiksi PenggemarIni cerita antara [name] bersama Kuroo Tetsurou yang bertemu dengan cara yang sedikit tidak terbayangkan namun cukup baik untuk dikenang. MHS Project High School Version Kuroo Tetsurou Version Story by AkariAFuku