CHAPTER. 5

76 8 0
                                    

CHAPTER 5

____

Brandon mengamati wajah Garnayse yang terlihat begitu tenang dan damai. Tubuhnya kini berbaring di sebuah brangkar dan hendak untuk di obati dengan salah satu dokter di Daerah 4, yaitu Liana. Jupiter sendiri yang memberikan tugas untuk menemani Garnayse hingga proses pengobatan selesai.

Liana menatap wajah Brandon dari seberang tempat Garnayse terbaring. Tak pernah Liana lihat tatapan berbeda dari Brandon yang tertuju pada Garnayse. Sungguh berbeda.

Liana mendengus geli dan tertawa pelan sehingga menyita pandangan Brandon.

"Ada .... yang lucu?" Tanya Brandon seraya mengedarkan pandangan ke sekitar ruang perawatan yang hanya da mereka bertiga. Suasana pun sunyi.

Liana menghembuskan napas cepat dan pendek untuk menutup aksi tawa nya melihat ekspresi unik Brandon. "Kau yang lucu."

Kedua alis Brandon saling bertaut. "Aku? Apa yang lucu dariku?"

Liana melirik Brandon dengan lirikan jenaka tanpa mampu menghapus senyum lebarnya seraya memasang sarung tangan karet. "Kau mengenal gadis ini?" Tanya Liana.

Brandon menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya."

Liana manggut-manggut. "Caramu menatapnya seolah kau mengenal baik dia. Kau sangat mengkhawatirkannya seperti kau mengkhawatirkan sahabatmu."

Brandon tertegun dengan ucapan Liana. Benarkah ia menatap Garnayse seperti itu?

Di saat ia terlarut dalam pikirannya, ternyata Garnayse sudah tersadar. Gadis itu membuka kedua matanya perlahan dan rasa perih mendera perutnya. Garnayse meringis kesakitan dan spontan meremas pinggiran kasur perawatan.

Liana mengusap kening Garnayse. "Tenanglah, Garnayse. Tenang."

Brandon menatap Liana. "Lanjutkan."

Liana berjalan ke arah Brandon, berbisik tepat di telinganya. "Kau tahu kita tak punya persediaan obat bius. Bagaimana bisa aku menjahit luka nya?"

Brandon mengerjap. Ia menatap wajah pucat Garnayse yang mulai berkeringat dingin. "Kau harus melakukannya dengan cepat. Kau sudah menjalankan beberapa tes terhadapnya dan dia aman."

"Dia akan membutuhkan banyak darah. Dia kekurang--"

"Ambil darahku. Kau tahu benar apa golongan darahku."

Liana mengerjap tak percaya setelah mendengar ungkapan spontan dari Brandon.

"Lakukan, Liana." Bisik Brandon.

Liana tidak mempunyai pilihan lain. Wanita itu kembali melangkah ke sisi Garnayse dan menyiapkan beberapa peralatan steril. Garnayse yang saat itu sudah mampu membuka kedua matanya hanya bisa pasrah dan terdiam sejenak.

"Garnayse, luka di perutmu perlu di jahit. Kalau tidak di jahit, maka aku tak bisa menghentikan pendarahannya untuk waktu yang lama." Jelas Liana menatap wajah pucat Garnayse.

Garnayse menghela napas. "Lakukan saja."

"Tapi, kami tidak mempunyai obat bius. Luka ini membutuhkan sekitar lima jahitan. Apa kau sanggup?" Tanya Liana sungguh-sungguh.

Jujur, Garnayse benar-benar terkejut. Mendengar tidak adanya obat bius, rasanya ia ingin mati saja. Jantungnya berdebar tak karuan di tambah lagi keringatnya yang semakin bercucuran. Di tempat ini justru jauh berbeda dan jauh lebih buruk tentang pengobatannya ketimbang di Sentral City yang segalanya dapat di lakukan dengan cepat menggunakan alat canggih.

GarnayseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang