CHAPTER 13

13 2 0
                                    

Kedatangan Garnayse di ruang makan yang menyerupai kantin berukuran sangat luas itu rupanya menyita perhatian beberapa orang. Entah karena wajah baru atau mungkin di antara mereka ada yang mengenali wajah Garnayse, namun tidak tahu siapa dia sebenarnya. Athena melangkah bersisian dengan Garnayse dan untung saja Athena mengerti apa yang dirasakan oleh Garnayse saat itu. Alhasil wanita itu merangkul pundak Garnayse yang ukuran tingginya hanya sejajar dengan lengan atas Athena.

Garnayse mengedarkan pandangannya dengan perasaan takut-takut. Mungkin saat ini dia terkesan seperti seorang gadis culun yang kaku dan pengecut, karena melihat ke mata orang yang berlalu lalang di hadapannya pun Garnayse merasa ragu. Gadis itu memilih untuk berpura-pura tak tahu dan menatap ke arah lain.

"Baby!"

Tak hanya Garnayse dan Athena yang menoleh ke arah seruan seorang lelaki yang penuh antusias itu, tetapi hampir satu penjuru kantin menatap dengan tatapan aneh ke arah sosok Tristan. Entah apa yang membuat lelaki itu begitu semangat dan melambaikan tangannya kuat-kuat ke arah Garnayse dan Athena.

Athena tersenyum lebar dan berpindah menarik tangan Garnayse untuk mempercepat langkah ke arah Tristan yang rupanya sudah menyiapkan tempat kosong untuk mereka berdua. Athena langsung melompat menerjang Tristan dan memberikan begitu banyak kecupan di seluruh wajah lelaki itu sembari mengalungkan kedua lengannya erat di leher Tristan. Garnayse sedikit terbelalak melihat itu dan mulai mengerti hubungan di antara mereka.

"Hei, abaikan saja."

Garnayse menoleh ke arah suara lainnya dan mendapati seorang lelaki bertubuh paling kurus di antara orang-orang yang ada dalam kantin tersebut. Laki-laki berkacamata itu membuat Garnayse berpikir keras, karena sebelumnya mereka sudah bertemu.

"Aku Yuri. Kau lupa atau Athena belum mengenalkan diriku?" Yuri tersenyum kecil. Senyuman kecil yang membuat lesung pipi tercipta di kedua pipinya.

Garnayse mengangguk. "Ya, Athena sudah memberitahukan namamu."

"Kalau begitu duduklah. Kau tidak mau melihat mereka berdua berpangku-pangkuan. Mereka tidak pernah melihat situasi sekeliling." Kata Yuri sedikit berbisik pada kalimat terakhir.

Garnayse duduk di tempat yang Yuri sediakan di sampingnya. Dengan penuh hati-hati gadis itu mendaratkan bokong kecilnya di kursi besi yang panjang dan lengkap dengan meja panjang terbuat dari besi. Di sampingnya, Yuri sudah memiliki nampan berisi makanan sederhana yang membuat Garnayse meneguk saliva. Gadis itu lapar dan baru ingat seharian ini dia belum memakan apapun.

"Ah ya," Yuri menepuk keningnya pelan dan menoleh untuk menatap Garnayse. "Aku hampir lupa. Ayo, biar kutemani kau mengambil makananmu." Ucap Yuri sembari berdiri dan diikuti oleh Garnayse.

Ruang kantin yang berada di lantai terbawah itu cukup luas dan mungkin bisa memuat 100 orang lebih. Dari yang Garnayse lihat, mereka begitu tertib dan tertata dalam proses pengambilan makanan sampai menyantap makanan bersama. Saling berbincang, tertawa, dan bercanda bersama sambil menikmati makan malam sederhana itu saja mereka terlihat begitu bahagia. Garnayse menghela napas. Sungguh berbeda keadaan di tempat ini dengan di rumahnya. Dia terbiasa makan sehari-hari dilayani oleh robot dan seringkali membuat masakan cepat saji menggunakan oven, kemudian hanya itu saja, Garnayse menyantap makanannya dalam keheningan dan kesendirian. Sungguh jauh berbeda, bukan?

Garnayse merasakan kehangatan dan kebersamaan serta kekompakan yang ada di tempat ini. Bagaimana bisa mereka menikmati makanan yang sebenarnya tak layak untuk disebut sebagai makanan dan menghadapinya dengan keceriaan serta senyuman.

"Hei, apa yang kau lihat?" Yuri sudah menyodorkan nampan kosong kepada Garnayse yang tatapannya tertuju pada keramaian yang tenteram di penjuru kantin. Gadis itu sampai kehilangan perhatian dari Yuri, karena terlalu larut dalam pikirannya.

GarnayseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang