Bambam rasa hidup yang indah dan bahagia itu adalah seperti ini,
Duduk manis di depan televisi yang menayangkan film kartun dengan ditemani segelas susu hangat juga setoples camilan.
Uh sangat menyenangkan. Apalagi ditambah hari ini adalah hari Minggu. Lengkap sudah kenikmatan yang dia dapatkan.
"Bam." Bambam mendengar suara kambing di atas kepalanya. Oh bukan, itu suara kekasihnya, "Kau dengar aku?"
"Iya aku dengar." jawab Bambam dengan malas.
"Mana sopan santunmu?" tanya si kekasih dengan datar.
"Iya Bambam dengar hyung."
Bambam tidak mengerti, kenapa kekasihnya ini orang yang begitu kolot. Dia selalu melarang Bambam memanggil diri sendiri sebagai aku dan lebih senang mendengar Bambam memanggil dirinya dengan namanya sendiri.
Bambam hanya sedikit bodoh untuk mengetahui alasan sang kekasih dibalik perintahnya.
"Kenapa belum mandi juga?"
"Memangnya kita mau kemana sih hyung?" Bambam balik bertanya dengan nada kesal. Gara-gara kekasihnya, dia jadi tidak bisa menikmati hari liburnya.
Kekasih Bambam -atau kita panggil saja dia Mark, karena memang namanya adalah Mark- hanya menghela napas, anak nakal ini memang benar lupa atau hanya pura-pura bodoh.
"Hyung kemarin sudah bilang kalau hari ini kau akan belajar mengemudi. Lupa?"
"Lho? Bambam 'kan tidak ada bilang iya, hyung."
Mark mengeram kesal, Bambam ini kenapa sulit sekali untuk belajar mengemudi sih?
"Belajar mengemudilah Bam, jangan terus menerus merepotkan Jackson. Kau sering sekali mengganggu acara kencan Jackson dengan Yugyeom hanya untuk meminta Jackson menjemputmu."
Bambam di tempatnya hanya memutar bola mata malas. Mark Tuan ini benar-benar orang yang cerewet. "Kalau Jackson hyung sudah tidak mau mengantar jemputku, 'kan masih ada hyung yang akan selalu mengantar jemputku." jawab si pemuda berkaki jenjang itu.
Mark hilang kesabaran, dia akhirnya menarik tangan Bambam membuat Bambam mau tidak mau ikut tertarik dan membuatnya jatuh ke lantai dengan posisi yang masih duduk. Tidak sampai disitu, Mark juga menyeretnya layaknya dia adalah sekantung sampah.
Mark menariknya menuju pintu. Tidak tidak tidak! Mark pasti akan membawanya ke tanah lapang untuk belajar mengemudi.
"Mark hyung! Tidak mauuuuu! Lepas hyung! Sakit!" Bambam berteriak, suaranya nyaring sekali.
"Mau sampai kapan kau akan terus merepotkanku dan orang lain?!" suara Mark naik satu oktaf. Bambam tersentak mendengar bentakan Mark.
Dia merepotkan Mark?
Jadi selama ini Mark merasa terbebani olehnya?
Gerakan keduanya terhenti. Mark mendadak kaku dan berhenti menyeret tubuh Bambam. Sedangkan Bambam berubah mendung. Tangan yang tadinya ditarik oleh Mark kini melemas dan jatuh begitu saja di samping tubuhnya.
"Benar," Bambam mengangkat wajahnya dan beradu pandang dengan Mark tengah menatapnya penuh rasa terkejut akan ucapannya sendiri, "Aku memang selalu merepotkan. Sudah seharusnya aku tau diri, aku bukan siapa-siapa disini. Aku hanyalah pemuda malang yang kebetulan di pelihara oleh seorang pria kaya raya sepertimu." setelah berkata seperti itu Bambam menundukkan kepalanya. Dia menangguk tapi wajahnya menyiratkan rasa sedih dan terluka disaat yang bersamaan.
Mark terkejut mendengar kata-kata Bambam, "Tidak sayang, tidak. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Kau boleh terus bergantung padaku, kau boleh terus merepotkanku. Tolong jangan dengarkan kata-kataku yang tadi. Aku benar-benar tidak bermaksud begitu." Mark membingkai wajah Bambam dengan kedua tangannya. Dia bisa melihat air mata Bambam jatuh membasahi pipi chubby favoritnya.