Ti Amo Anch'io

588 36 2
                                    

Ini adalah sebuah cerita panjang tentang Mark Tuan yang diam-diam mengagumi pemuda manis bernama Kunpimook Bhuwakul Bambam. Pemuda yang dengan mudahnya merebut perhatian Mark dari sekitarnya. Pemuda yang dengan begitu saja berhasil mencuri hati seorang Mark Tuan.

Semua berawal ketika sang ibu memintanya untuk mengantarkan bingkisan oleh-oleh khas Taiwan ke tetangga mereka, rumah keluarga Bhuwakul. Karena pada saat itu Joey -adik bungsunya- sedang tidak di rumah, jadilah dia yang ditumbalkan oleh kedua kakaknya. Lagipula rumah keluarga Bhuwakul tidak jauh, hanya berbeda dua blok dari rumahnya.

Di sore itu Mark mengendarai sepeda milik Joey yang kebetulan berada di teras rumah. Sembari membawa bingkisan titipan sang ibu, Mark mengayuh sepedanya dengan perlahan. Suasana sore itu mendung-mendung tipis. Cukup menyenangkan untuk bersepeda karena tidak panas tidak juga berangin kencang.

Setelah melewati blok B, Mark mengarahkan sepedanya memasuki blok C. Rumah keluarga Bhuwakul ada di nomor lima, itu yang ibunya bicarakan sebelum dia berangkat tadi. Mark memperhatikan satu per satu rumah yang dia lewati, dan sampailah dia di depan rumah nomor lima. Rumah dengan halaman yang cukup untuk memarkir mobil pemiliknya. Dari luar gerbang saja Mark bisa melihat jika ada taman kecil di sana.

Rumahnya sederhana dan terlihat sangat membuat nyaman bagi siapa saja yang menghuninya.

Setelah memarkir sepedanya, Mark berjalan menuju gerbang rumah keluarga Bhuwakul. Menekan bel yang tersimpan apik di samping gerbang. Dua menit setelah menekan bel, seseorang terlihat ke luar dari dalam rumah.

Seorang pemuda dengan kaus kebesaran yang melekat di tubuh rampingnya. Pemuda itu berjalan mendekati gerbang, dapat Mark lihat bahwa pemuda itu mengenakan celana pendek selutut.

"Ya? Mencari siapa?" tanya si pemuda dengan ramah.

Mark mengangkat bingkisan yang dia bawa, "aku diperintah ibuku untuk mengantarkan ini untuk keluarga Bhuwakul." Beritahunya pada si pemuda.

Si pemuda mengangguk paham kemudian membukakan gerbang untuk Mark, "terima kasih. Apa ini dari bibi Dorine?"

"Ya," Mark menyerahkan bingkisannya pada si pemuda dan diterima dengan senang hati oleh si pemuda.

"Sampaikan terima kasihku padanya ya, hyung." Ucap si pemuda dengan antusias.

Mark mengangguk dengan senyum yang mengembang, "ya, akan aku sampaikan begitu sampai di rumah. Kalau begitu, aku pamit."

Sebelum Mark berbalik, si pemuda sudah lebih dulu menahan tangannya. "Aku Bambam, putra dari Tuan Bhuwakul."

Mark tersenyum, "aku Mark."

Sejak saat itu tanpa Mark sadari bahwa dia mulai terjerat oleh salah satu putra dari keluarga Bhuwakul.




Sekolah sudah sepi, bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Tapi Mark belum juga beranjak dari perpustakaan. Sebuah buku matematika yang terbuka menemani sorenya. Tangan Mark terus menyalin deretan angka yang ada di buku paket tebal itu ke buku catatannya.

Beberapa minggu lagi dia akan mengikuti olimpiade matematika di Jepang untuk mewakili sekolahnya. Karena waktunya yang semakin dekat, dia jadi semakin giat untuk mempelajari materi-materi yang sudah diberikan oleh gurunya. Juga mengisi semua lembar soal yang telah disiapkan untuknya.

Walaupun lelah, tapi semua ini demi nama baik sekolah dan tentu saja nama baiknya juga.

Jika biasanya dia akan menghabiskan waktu hingga malam untuk mengerjakan soal, maka hari ini adalah pengecualian. Khusus untuk hari ini, dia akan menghabiskan waktunya untuk bercerita panjang lebar pada seseorang.

MARKBAM-Oneshoot[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang