Ini bisa dibilang sequel dari part Langit Marah. Kalian nggak perlu baca ulang part Langit Marah karena part ini nggak sepenuhnya berpatok sama part Langit Marah. Tapi kalau baca dulu yang part sebelumnya juga boleh. Senyamannya kalian aja, ya😘
So, check this out ...
Tangan kanannya sibuk mengobrak-abrik isi tas dengan tak sabaran sedangkan tangan kirinya menahan ponsel yang menempel di telinga.
"Iya sebentar. Aku sedang mencari paspor milikku. Sepertinya tadi sudah aku masukkan ke dalam tas." Mulutnya terus berbicara, tidak membiarkan anggota tubuhnya itu beristirahat.
Satu jam dari sekarang pesawat yang akan dia tumpangi hendak lepas landas, tapi benda yang dia cari belum juga ditemukan.
"Sabar." Ucapnya geram, "Sumpah, aku merasa sudah memasukannya ke dalam tas. Tapi kenapa tidak ada?"
Ambil napas, hembuskan. Ambil napas, hembuskan. Begitu terus hingga dia merasa lebih tenang untuk berpikir. Jika dalam keadaan kalut, maka semuanya akan sia-sia. Apa yang dia cari tidak akan pernah ditemukan. Jadi, jalan satu-satunya adalah tenang sambil terus mengingat-ngingat di mana terakhir kali dia menyimpan paspornya.
Dia datang ke bandara dengan menggunakan taksi, lalu duduk sebentar di ruang tunggu sambil memegang paspor. Lima menit duduk sambil menikmati kopi hitam dinginnya, ia merasa kantung kemihnya sudah penuh dan memaksa untuk dikeluarkan isinya. Kemudian dia beranjak ke toilet masih dengan paspor di tangan. Setelah mengeluarkan air seni, dia mencuci tangan lalu pergi meninggalkan toilet untuk kembali ke ruang tunggu.
Matanya memejam, mencoba mengingat ke mana lagi dia setelah itu. Sampai—
"Mohon perhatian—"
Paspornya tertinggal di toilet dan kini ada di meja informasi.
□
□
□
Hari ini Bambam terbang ke Jepang. Setelah kepergian Mark tiga tahun lalu, Bambam memutuskan untuk mengikuti kata hatinya, pergi ke manapun dia ingin, membeli apapun yang sekiranya akan membuatnya senang. Sejauh ini orang-orang menganggapnya sudah kembali seperti semula. Hati dan jiwanya sudah sembuh, kenangan buruk di masa lalu sudah dia kubur dalam-dalam.
Namun apa yang terlihat tidak akan pernah sama dengan apa yang dia rasakan selama ini. Menangis tengah malam, meracau tentang betapa jahatnya semesta pada dirinya selalu Bambam lakukan. Dia tidak pernah pergi ke wat atau gereja untuk menangis meraung dan menyalahkan Tuhan atas semua kesedihan yang dia alami.
Bambam hanya diam di rumah, mematikan semua lampu dan kembali menangisi Mark sepanjang malam.
Beberapa teman dekatnya menyarankan untuk mencari pengganti, tapi sampai kapan pun Mark tidak akan pernah terganti. Bertahun-tahun hidup bersama, Bambam tahu sampai di mana batas kesabarannya dalam menunggu Mark kembali. Mungkin saat ini Mark masih ingin menyendiri, menenangkan dirinya sendiri sampai nanti waktunya tiba. Karena Bambam yakin, jika Mark tidak pernah pergi meninggalkannya.
Kini Bambam sedang duduk di kursi pesawat yang baru saja hendak mendarat di bandara Narita. Dia akan menghabiskan lima bulannya di Jepang. Ini adalah perjalanan dia untuk yang ketujuh kalinya. Sebelumnya dia sempat menghabiskan enam bulan di Kanada, tiga bulan di Los Angeles, tiga bulan di Hongkong, dua bulan di Sydney, empat bulan di Singapur, dan terakhir sebelum dia ke Jepang dia menghabiskan enam bulan di Thailand.
Berkeliling dunia adalah salah satu cara agar dia bisa sedikit melupakan keterpurukannya.
□
![](https://img.wattpad.com/cover/191836554-288-k343138.jpg)