“Dia bergerak!” Seorang pemuda memekik kegirangan sembari memegangi perut buncit milik pasangannya.
Yang dielus perutnya hanya tersenyum simpul, “Kan aku sudah bilang, dia bergerak. Oh terkadang juga menendang.”
“Oh ya? Aku juga ingin merasakan tendangannya. Pasti menggemaskan sekali.” Mark—si pemuda yang memekik tadi— bertanya dengan antusias. Dia tidak sabar untuk ikut merasakan tendangan halus dari buah hatinya.
“Eum. Kau tahu, hyung. Rasanya itu sedikit geli dan um…”
“Apakah sakit?” Mark bertanya hati-hati.
“Tidak sakit, tapi lebih seperti nyeri. Tidak terlalu, mungkin karena aku kaget dengan tendangannya yang tiba-tiba hingga rasanya sedikit nyeri.” Jelasnya.
“Apa tidak apa-apa, Bam?” Tanya Mark pada pasangannya.
“Tidak, hyung. Justru aku senang sekali jika dia mulai menendang. Kau tahu itu artinya dia sehat dan aktif di dalam sana.” Bambam—yang sedari tadi mengobrol dengan Mark— menjawab dengan riang.
“Syukurlah, aku takut bila kau tersiksa karena tendangannya.” Tutur Mark jujur. Dia khawatir pada suami tercintanya ini.
Mereka-Mark dan Bambam- adalah pasangan suami-suami—benar, kau tidak salah baca— yang telah menikah selama lima tahun. Dan tahun ini menjadi tahun terbahagia untuk keduanya karena Tuhan memberikan kado terindah pada hari anniversary pernikahan. Tuhan rupanya sedang berbaik hati dan dalam mood yang baik. Dengan meniupkan ruh pada rahim Bambam.
Baiknya, Tuhan juga memberi keistimewaan pada tubuh Bambam. Bambam yang notabene adalah seorang pria, dengan keajaiban tangan Tuhan bisa memiliki rahim. Tuhan benar-benar sangat penyayang dan pengasih.
Ini sudah memasuki bulan ketujuh kehamilan Bambam. Dan kali pertama Bambam merasakan tendangan sang bayi adalah sekitar seminggu yang lalu saat dirinya sedang sendirian di rumah. Kala itu Mark sedang pergi dinas keluar kota jadi dia hanya bisa membagikan moment menakjubkan itu lewat sambungan video call. Bambam ingat, pada saat dia mengabari Mark, suaminya itu hanya melongo tak percaya, tetapi tak lama kemudian langsung berteriak dengan gemas.
Di kehamilan pertama, sangat wajar jika Bambam baru mendapatkan tendangan halus dari si bayi di bulan ketujuh. Itu hal yang lumrah.
“Kapan biasanya dia menendang?” Mark kembali membawa topik yang menurutnya sangat menggemaskan ini. Merasakan pergerakan dari sang buah hati sangatlah menggetarkan dirinya. Jantungnya seakan bekerja dua kali lipat saat memompa darah, ditambah darah-darah dalam tubuhnya langsung berdesir menyenangkan.
Uh, bagaimana jika dia merasakan tendangan yang sama menggemaskannya itu, ya?
Bambam terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, “Ketika aku sedang berbaring menghadap kiri, atau ketika aku sedang duduk-duduk santai sambil menyesap teh hangat,” pemuda itu melirik sang suami yang juga tengah menatapnya. “Tidak selalu pasti sih, tapi jika aku berbaring menghadap kiri biasanya dia akan menjadi aktif.”
“Kalau begitu, ayo kita coba!” Seru Mark antusias.
Bambam tersenyum kemudian membawa tubuhnya berdiri dari posisi sebelumnya, “Hyung buatkan aku teh hangat, ya? Aku sedang ingin minum teh.”
Mark mengangguk dengan semangat. Permintaan Bambam tidak pernah merepotkan siapa pun, termasuk dirinya.
Sementara Mark berkutat di dapur untuk membuat teh, Bambam melangkahkan kakinya menuju kamar mereka berdua. Dengan sebelah tangan mengangga perut buncit berisi bayi miliknya. Semakin hari langkahnya semakin memelan saja, belum lagi ditambah beban yang kini harus ia bawa kemana-mana. Tapi dia tidak boleh mengeluh, ini adalah hartanya yang paling berharga. Mana mungkin dia akan menyalahkan bayi mungil tak bersalah yang kini sedang berlindung dalam rahimnya?