Hari ini mentari sedang bahagia sepertinya. Entah kenapa siang ini begitu panas, cuaca sangat mendukung untuk duduk diam di dalam ruangan ber-AC. Bambam mengibaskan tangannya dengan perasaan campur aduk. Dia berusaha mengipasi wajahnya yang tiba-tiba merasa kepanasan menggunakan tangannya.
Sementara tangan kirinya sibuk menipasi wajahnya, tangan kanannya aktif menscroll timeline instagram miliknya. Semua beritanya sama. Isinya sama saja, semua orang membahas tentang hubungan masa lalu seorang Mark Tuan, si member tertua di grupnya.
Tidak ada yang salah seharusnya. Itu 'kan masa lalu Mark, bukan masa lalunya. Tapi bagi Bambam, membuka masa lalu Mark sama saja membuka luka lama di hatinya.
Ketika Bambam maupun Mark sudah mengubur dalam-dalam kenangan itu, kenapa ada segelintir orang yang dengan begitu egoisnya membuka lembaran lama. Bambam tidak menyalahkan siapapun, justru sebaliknya, dia menyalahkan diri sendiri. Kenapa dia masih saja merasakan hantaman yang teramat di hatinya saat kenangan itu kembali muncul ke permukaan.
Ditengah-tengah acara scrolling timelinenya, satu pesan masuk muncul di ponsel pintar Bambam. Nama Mark Tuan mengisi layar bagian atas ponselnya. Tidak ingin langsung membukanya, Bambam kembali melanjutkan kegiatan yang sebenarnya sangat menyakiti hatinya.
Tting.
Kembali notifikasi berisi pesan baru masuk ke ponselnya, dari pengirim yang sama dan Bambam yakin isinya pun tidak akan jauh berbeda. Jadi Bambam lebih memilih untuk mengabaikannya. Toh Mark mungkin sudah tau sedang apa dia sekarang.
Sepuluh menit tidak ada lagi pesan masuk, tapi berganti dengan getaran yang lebih lama dan nada dering yang berbeda.
Mark Tuan is calling....
Bambam mendesah lirih, untuk apa orang ini menelpon. Bambam sedang tidak ingin berbicara apapun dan pada siapapun. Dia hanya ingin sendiri dan meratapi ini semua sendirian.
Getaran itu terhenti dengan sendirinya. Tapi tak lama ponsel Bambam kembali bergetar. Layar yang tadinya menampilnya deretan postingan dari banyak akun, kini menampilkan sebuah panggilan.
Mark Tuan is calling...
"Tidakkah kau ingin mengangkatnya?" Bambam menoleh dan mendapati Jackson tengah menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Mark hyung sedang sibuk, jadi tidak mungkin dia ingin berbicara denganku." balas Bambam dingin.
"Untuk apa dia menghubungimu hingga berkali-kali bila dia ternyata sedang sibuk? Tidakkah kau tau bagaimana dia begitu khawatir padamu saat ini?" Jackson bertanya dengan tajam, dia hanya ingin Bambam bersikap dewasa dalam mengambil keputusan. Ini masalah mereka berdua, sudah seharusnya mereka yang menyelesaikan, bukannya malah Mark yang berjuang sendirian.
Bambam mendengus, "Aku tau apa yang harus ku lakukan." Setelahnya dia pergi begitu saja dan memasuki kamarnya.
..
Ini sudah kesekian kalinya Mark menghubungi Bambam, dan semua panggilan maupun pesannya tidak ada yang mendapatkan respon sama sekali. Mark yakin bahwa Bambam sengaja mengabaikannya. Mereka sempat bertukar pesan sebelum berita itu muncul kepermukaan.
Mark mencoba menghubungi Bambam kembali disaat sebelah tangannya fokus mengemudi. Dia harus pintar-pintar membagi konsentrasinya, jika tidak maka katakan selamat tinggal pada dunia. Dan kau akan menemukan tulisan di koran maupun televisi Mark Tuan tewas dikarenakan kecelakaan.
"Sial." mulutnya terus mengeluarkan umpatan. Tidakkah dia tau bahwa apa yang keluar dari mulutnya adalah sebuah doa?
"Ayolah bayi besar, kenapa kau tidak juga mengangkat panggilanku?" gusarnya sesaat setelah nada sambung terputus dan malah terdengar suara perempuan yang memberitau bahwa nomor yang baru saja Mark hubungi tidak mennjawab panggilannya.