Sejak saat itu Aleta sendiri bahkan belum dapat melihat Arion dengan mata nya sendiri. Mulai dari saat eskul basket berlangsung, club catur, termasuk ruangan OSIS sekalipun bayangan Arion saja tak dapat dirasakan.
Seperti menghilang namun daftar absen pria itu masih mulus tanpa izin atau sakit.
"Dia kemana?" tanya Aleta keempat kalinya saat bertemu Bryan di kantin.
"Gua kasih tau juga ntar dia ngamuk, lo mau diamuk sama dia?"
"Cuma mau bilang makasih, sama kasih sesuatuu...."
"Yaudah, kasih aja ke gua?" Bryan mengulurkan tangannya.
Aleta menggeleng kecil, di pandangan pertama Bryan mengenal gadis ini terlintas tiga kata ' Gadis keras kepala. ' Tapi Aleta cantik, jadi Bryan rela waktunya tersita sedikit buat jawabin Aleta yang udah beberapa kali kasih
pertanyaan tentang Arion."Lo mau kasih tau gua atau enggak?" rengek Aleta sudah kecapean.
"Oke, ada syaratnya."
"Apa?" tanya Aleta semangat.
"Kita pergi nonton." Bryan mengeluarkan dua tiket bioskop dari sakunya.
Aleta memutar bola matanya malas, harus diterima biar di tau Arion ada dimana, "Oke." sebenernya bisa aja Aleta kabur dari Bryan.
Janji tetap janji, Aleta nggak bisa kabur.Bryan mendekat ke telinga Aleta, membuat Aleta ingin menjerit saking merindingnya saat deru nafas Bryan mengenai wajahnya.
"Aduh, ini bisa nggak jangan bisik-bisik." keluh Aleta menghindar.
Bryan tertawa kecil saat kata-kata keluar dari mulut Aleta dengan jujur.
*
"Ketos apa ketus, dicariin dimana aja kok nggak ketemu?" kata Aleta saat berhasil menemukan Arion di perpustakaan.
"Nih buat lo, makasih ya buat 3 hari yang lalu." sebuah paper bag terulur dan disambut cepat oleh Arion tanpa rasa sungkan. Ia pikir, ia memang pantas mendapatkannya.
Gadis itu tersenyum sumringah, Arion mulai membuka isinya dan menyuruh Aleta duduk di bangku kosong samping kanan dirinya.
"Enak." komentar Arion singkat melahap kue brownies buatan Aleta.
"Gua pergi dulu, abisin ya."
"Tunggu." Arion menarik lengan seragam Aleta, "Lo tau gua disini?"
"Dari Bryan." jawab Aleta kemudian berlalu.
Pertanyaan Arion yang singkat, Aleta hanya mengangkat bahunya pasrah dengan ketos yang super irit ngomong itu. Mungkin perlahan Aleta bisa belajar bahasa limbad dari Arion.
Arion mengeluarkan ponselnya, menelpon Bryan agar segera datang ke perpustakaan secepat mungkin. Dimata Bryan, tidak ada informasi kalo tidak ada persyaratan. Sedikit ribet, tapi itulah Bryan yang Arion kenal sejak kecil.
"Ada apa bos? Bosen sama bukunya?"
"Kasih persyaratan apa lo?"
"Oh, Aleta ya? Gua ajak nonton lah."
"Kapan?"
"Nanti malem."
"Jam?"
"Jam 7."
"Selesai?"
"Jam 10an lah. Kenapa si, detail amat bos?"
"Gua ikut." Bryan memicingkan matanya, bahkan seumur hidup ajak Arion pergi keluar main adalah hal termustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE #1
Dla nastolatków"Gua itu bongkahan es, kalo nggak kuat?minggir." -Arion destama. "Tapi dia pangeran yang gagal dingin kalau lagi sama pacarnya." -Aleta aelius.