(1) Pak 🦁

62.2K 2K 141
                                    

Assalamualaikum, selamat datang di cerita pertamaku.

Bagi yang pernah simpan cerita ini, hapus dulu dari library kemudian masukkan kembali. Maaf ketidaknyamanannya.

🦁 🦁 🦁

Aku terbangun dari tidur, itupun karena mimpi dikejar orang gila. Ya Allah, kejamnya hidup. Terasa lebih kejam tatkala manikku melihat jam besar yang menempel di dinding.

Duh, telat lagi. Padahal aku tidak maraton drakor semalam. Buru-buru aku berlari ke kamar mandi sekedar mencuci muka dan gosok gigi, harap-harap dosen 'yang maha benar' itu belum menapakkan kaki di dalam ruang.

Pernah mendengar aturan tak tertulis ini bukan? Pasal satu, dosen tidak pernah salah. Pasal kedua jika dosen salah maka kembali ke pasal satu.

Tiba di parkiran kampus, aku mencabut kunci motor dengan cepat. Tidak peduli lagi dengan kondisi kerudung coklat susu yang mungkin sudah terlihat tidak wajar, yang penting aku memakai ciput jadi tidak perlu khawatir akan telihat rambut.

Walaupun hanya sehelai, tetap disebut aurat.

Lupakan itu karena dalam otakku ini hanya ada satu gambar yang tercetak jelas sekarang, muka bapak singa dengan tatapan tajam lasernya. Membidik seperti ingin menerkam hidup-hidup. Oh ya, kalian tidak perlu kenal siapa bapak singa yang aku maksud. Persiapkan mental dan pastikan jantung sehat terlebih dulu saja.

Innalillahi, yang dibicarakan sudah berdiri di depan dengan spidol di tangan. Tepat setengah jam aku terlambat, menurut pengalaman minggu lalu, Jumi yang terlambat dua menit saja tidak diberi kesempatan padahal itu pertemuan pertama apalagi setengah jam. Tapi aku bela-belain tidak mandi demi mengikuti mata kuliah ini, langkah kaki ku mulai ragu.

Baru saja ingin membalikkan badan, Hawwa memanggilku sekeras toa. Dasar toa berjalan, sarapan paginya microphone kali ya. Ingin aku menyumbat mulutnya! Otomatis pak dosen singa itu melihat ke arahku, dan aku sudah tertangkap basah sekarang. Tamatlah riwayatku.

Tenang Hana, jangan panik. Menyunggingkan senyum super manis, berharap walaupun tidak akan mungkin terjadi Pak Harris akan luluh dan membiarkanku kali ini. Wait, Pak Harris diam membeku, apa senyummu berhasil, Hana? Tidak ingin membuang waktu sebelum kesadaran Pak singa kembali, aku memberanikan diri melangkah masuk namun baru saja kaki kanan melewati wilayah perbatasan ubin dalam dan luar, suara intruksi Pak Harris berhasil membekukan kaki ku ditempat.

Semua Mahasiswa yang duduk di kursi mereka menutup mulut rapat seolah sedang mempersiapkan telinga untuk mendengarkan kultum yang akan ditujukan untukku.

"Komnit!" Tatapan Pak Harris masih tertuju padaku, membidikku dengan ekspresi tidak suka. Sementara aku menunggu kalimat lanjutannya dengan jantung tidak karuan.

"I-Iya, Pak." Fadeel selaku Komisaris Unit sudah berdiri tegak di tempat duduknya.

"Bukankah saya sudah menyuruh kamu menutup pintu? Banyak nyamuk DBD sekarang."

What? Itu bukan pengusiran secara terang-terangan lagi, tapi aku sudah dianggap aedes aegypti. Tidak ada kesempatan kedua artinya, jangan tanya bagaimana geramnya aku, dasar tidak berperikemahasiswaan! Tentunya aku hanya berani mengatainya di dalam hati, bisa-bisa langsung dicoret nama di absensi jika nyata diluapkan.

Accidentally ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang