6)Siapa Yang Tidak Shock?

18.6K 1.5K 49
                                    


"Nana, bunda udah setuju dengan lamaran tante Fauza."

Pernyataan bunda ketika makan malam, pernyataan yang membuat nasi uduk ayam pedas favoritku itu terasa hambar. Apa-apaan sih bunda, sejak kapan bunda seperti ibu-ibu di dalam novel yang sering menjodohkan anaknya tiba-tiba.

Tunggu, menerima lamaran? Tolong katakan aku salah dengar.

"Bunda apa-apaan sih, Abang aja belum ada calon masa udah Nana langkahin." Protesku cepat, dan sialnya Bang Hadi tidak berpihak padaku.

"Abang enggak papa dilangkahi, Nana kan perempuan wajar nikah cepet."

Makin membuatku tidak berselera makan.

"Tuh, abang aja setuju, Na," tambah Bunda sambil tersenyum lalu dengan bahagia menyantap makanan.

"Nana mau kuliah, nda, bukan menikah."

"Loh bunda enggak larang Nana kuliah, lagipula menikah sambil kuliah itu seru, nanti skripsinya dibantu sama suami." Bunda tidak mau mengalah, aku juga tidak akan.

"Kalau suaminya paham, kalau enggak?! Nana enggak mau nikah dulu pokoknya titik!"

"Ini yang terbaik untuk Nana, bunda juga udah nerima cincin pertunangan kalian."

Mataku membulat sempurna, kalimat bunda malam ini tidak ada yang santuy, semua menegangkan dan membuat shock batin. Jadi aku sudah menjadi tunangan orang tanpa sepengetahuanku?

"Nana enggak kenal sama tante Fauza, Nda. Apalagi anaknya," rengekku.

"Enggak kenal makanya kenalan, Nanaaaa."

"Abanggg..." Aku menatap Bang Hadi dengan tatapan memohon.

"Abang enggak bisa bantu, abang ikut kata bunda dan enggak mau jadi anak durhaka." Penuh penekanan ketika Bang Hadi menyebut kata 'anak durhaka'. Memang ditujukan untuk mengingatkanku.

"Hihi, makasih, sayang. Kamu emang anak bunda." Bang Hadi menyodorkan kepalanya, kemudian tangan bunda mengelus dengan penuh kasih sayang.

Well, sekarang giliranku membuat berita unsantuy. Lihat saja, aku tidak mau mengalah. Enak saja, kalau ternyata anak tante Fauza itu sudah tua bagaimana? Sudah kepala empat misalnya.

"Tapi Nana udah punya calon sendiri," ucapku dengan nada seyakin mungkin. Berhasil, buktinya Bang Hadi keselek dan buru-buru meneguk air.

"Adek pacaran? Sama siapa? Siapa yang ngizinin?" Interogasi Bang Hadi secepat kilat, terdengar nada kurang suka disana. Bunda juga menatapku meminta jawaban. Berbohong tidak semenyenangkan itu, apalagi yang harus kukatakan sekarang?

"Po... Pokoknya Nana udah punya calon dan stop jodoh-jodohin sama orang yang enggak Nana kenal."

Aku melihat bunda tersenyum tenang, ini makin membuatku tegang. Bunda tidak pernah kehabisan akal, itu yang aku takutkan.

"Kalau gitu, bawa calon Nana kesini, bunda juga bakal bawa laki-laki yang udah mengikat Nana. Dihari yang sama."

***

"Cius lo? Ih mau dong gue dijodohin, " antusias Hawwa. Aku menceritakan perihal perjodohan tiba-tiba yang dirancang bunda. Padahal hari ini tidak ada jadwal ke kampus, sengaja pergi ke kos Hawwa untuk sekedar menghilang dari rumah.

"Yaudah nikah aja sana."

"Yee seenak jidat kalau ngomong, jodoh aja belum keliatan. Kalau ada sekarang langsung gue tarik ke KUA."

Accidentally ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang