Assalamualaikum, follow dong 😅
***
Setelah midterm mata kuliah Antropologi, kepalaku dihantam soal-soal dari mata kuliah lain yang mulai ujian tengah semester juga. Tidak terasa semua mata kuliah telah usai. Ujian kampus boleh saja siap tapi tidak dengan ujian hidup.
Katakan aku memang setuju bertunangan dengan Mas Hanif sebagai bukti baktiku terhadap bunda, tapi hati tidak bisa berbohong bukan? Aku belum memiliki rasa untuknya. Banyak yang bilang cinta akan datang sendiri, cinta akan tumbuh seiring bersama.
Entahlah... Tanggal pernikahan sudah ditentukan, bunda dan tante Fauza memilih hari ulang tahunku sebagai tanggal akad. Tidak tahu harus senang atau sebaliknya, menerima semuanya dengan ikhlas adalah jalan terbaik. Lagipula selain Sang Pencipta hatiku ini belum ada pemiliknya.
Hari ini fitting baju di butik langganan tante Fauza, bunda berhalangan menemaniku karena ada urusan mendadak. Tidak diberitahu dan aku pun dengan entengnya tidak bertanya. Kata bunda mobil tante Fauza dan Mas Hanif yang akan menjemputku siang ini.
Beradalah aku disini, diteras rumah. Menunggu setelah berkemas. Tidak akan kubiarkan diri ini dihinggap kebosanan, aku menyibukkan diri dengan menonton video singkat dan memanjakan mata dengan melihat foto di Instagram. Entah kenapa, seru juga melihat aktifitas pasangan yang menikah muda.
Halah, mentang-mentang kau juga akan menyandang gelar itu sebentar lagi, Hana. Yang ditampilkan di media sosial kan hanya yang bagus dan menyenangkan saja. Belum tentu dalam kehidupan nyata semenyenangkan itu.
Bunyi klakson mobil menarikku kembali untuk tersadar, mobil Jazz hitam terparkir di luar pagar. Begitu kaca belakang diturunkan, kepala tante Fauza menyembul dengan senyum menawan ditunjukkannya. Segera aku melangkah kesana setelah membalas senyum itu.
"Assalamualaikum, tante." Lidah ini belum terbiasa mengucap kata 'Mama' walaupun sudah berulang kali tante Fauza mengingatkan. Aku menyalami tangan lembutnya sebagai bentuk kesopanan.
"Wa'alaikumussalam, sayang." Balas tante Fauza kemudian mencium kedua pipiku bergantian. Mataku sempat menyensor penampilan ibu yang akan menjadi calon mertua ini, begitu elegan dan terlihat bahwa selama ini ia hidup lebih dari bercukupan.
Kaca mobil depan masih tertutup membuat dahiku sukses mengerut, tante Fauza yang sepertinya telah menangkap ekspresi sekilas ku itu langsung mengetuk. Begitu terbuka menampakkan sesosok makhluk hidup ciptaan Allah yang tidak kusangka-sangka. Kenapa bukan Mas Hanif disana?
"Lho, Pak Harris?"
"Hana, jangan kecewa ya sayang, Hanif benar-benar sibuk. Makanya Mama ajak Harris. Lagipula badan kedua anak Mama sama," jelas tante Fauza dengan nada tidak enak. Aku sedikit kecewa, tidak, maksudku ini bukan kepentinganku sepenuhnya. Omong-omong Pak Harris kan juga orang penting dan sibuk.
Berusaha memaklumi kesibukan Mas Hanif, aku menampilkan senyum untuk memudarkan rasa tidak enak tante Fauza.
"Hana ngerti kok tante."
"Alhamdulillah kalau Hana paham, ayo kita masuk!"
Mobil berjalan setelah kedua pintu tertutup rapat, sesekali aku mencuri pandang ke arah spion atas, Pak Harris terlihat fokus menyetir disana. Suasana ini benar-benar aneh, aku akan fitting baju tapi dengan kakak calon suamiku.
Ponsel yang berada dalam genggamanku bergetar pertanda ada pesan WhatsApp yang masuk. Mas Hanif rupanya, ia mengirim permohonan maaf dan stiker love yang banyak. Aku meresponnya dengan mengirim stiker senyum saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Imam
RomanceSayed Harris, dosen tampan namun mendapat julukan 'singa' dari mahasiswanya terutama Raihana Aisha. Bukannya menjuluki sembarangan, itu karena Hana kerap mendapatkan sikap menyebalkan dari sang dosen yang seolah memiliki dendam kesumat terhadap diri...