17) Cemburu

21.1K 1.7K 134
                                    

Notes : appreciate banget sama komen kalian, pas baca senyam-senyum sendiri.

Ohya jangan lupa kalian semua wajib vote dan komen bagi yang masuk ke lapak ini😂

...

Bunyi alarm membangunkanku, mataku terbuka perlahan dan mendapati Pak Harris yang masih terpejam di samping. Perasaan aku tidur diatas sofa semalam–lebih tepatnya diatas paha Pak Harris, kenapa sekarang diatas kasur?

Menyentuh dahi, aku tersenyum sekilas mengingat Pak Harris yang mengecupnya singkat ketika mataku tertutup. Itu bukan mimpi bukan? Kalaupun iya, kupastikan itu adalah mimpi terindah.

"Pak, bangun udah subuh."

"Hmmmm."

Pak Harris mengucek kedua matanya lalu mendudukkan diri dan menengadahkan tangan berdoa. Doa setelah bangun tidur pastinya, sebagai bentuk rasa syukur pada Allah atas kesempatan untuk kembali hidup dan berusaha menjadi lebih baik dari pada kemaren.

Setelah salat subuh dan mengaminkan doa yang dipanjatkan Pak Harris, aku membantunya melipat sajadah dan meletakkannya diatas tempat khusus untuk peralatan salat.

"Hana," panggilnya, padahal mukena belum sempat kubuka.

"Iya."

"Sini. Ada yang mau saya bicarakan."

Aku bergegas menuju sofa, mendudukkan diri tepat disampingnya. Menunggu Pak Harris membuka mulutnya dengan penasaran yang sudah menumpuk, kira-kira apa yang ingin dibicarakan olehnya?

"Ayo muroja'ah hafalan surat an-Naba," ucapnya sukses membuat mataku membulat seketika, bukannya sudah lupa semua Ayatnya tapi ada beberapa yang samar dalam ingatan. Beginilah jadinya kalau menghafal namun tidak diulang-ulang.

"Kirain bapak mau ngasih tau apa gitu."

"Sudah jangan banyak alasan, ayo mulai."

Tanpa membantahnya lagi, aku membuka mulut mengucapkan kalam ilahi dengan hati-hati.

"Audzubilla himinasyaitha nirrajim, bismillahirrahma nirrahim..."

Butuh waktu dua puluh menit untukku mengulang hafalan, ditambah beberapa perbaikan dari Pak Harris. Mulai dari panjang pendek hingga makhrajul hurufnya.

"Makanya sering diulang-ulang, sering dibaca dalam salat jangan qulhu Allahu ahad melulu."

"Iya, iya... Makasi, bapak sayang." ujarku tersenyum lebar, Pak Harris malah membuang muka kearah lain.

"Dikasih tahu malah bercanda," ucapnya datar.

"Siapa yang bercanda? Saya memang sayang sama bapak. Bapak sayang enggak sama saya?"

"Sayang, sayang, sana mandi!" jawabnya tidak lupa menyentil keningku. Aku mengelusnya pura-pura kesakitan.

"Disentil mulu." protesku sambil manyun.

Accidentally ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang