Chapter 7

75 10 1
                                    


"Terima kasih untuk partisipasinya."

Rafa mengakhiri seminarnya lalu membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan podium menghampiri rekannya yang sedang menunggu tidak jauh dari sana.

"Terima kasih kerja kerasnya dr. Rafa. Seminar Anda sangat menarik." puji Mia, seorang perawat yang menemani Rafa selain Dito.
"Thanks."
"Langsung pulang Fa..??" tanya Dito.
"Terus mau kemana lagi..!!" ketus Rafa. Untung saja Dito dan Mia sudah biasa.
"Kita makan terlebih dahulu.." ajak Dito.
"Sudah selesai..??" tanya Divo yang tiba-tiba muncul dan langsung memeluk pinggang kekasihnya setelah memberikan kecupan singkat di pipi.
"Kami ingin makan terlebih dahulu. Ingin ikut..??" jawab Rafa dengan lembut membuat Dito dan Mia curiga.
"Oh baiklah. Mau makan dimana..??"
"Di dekat sini saja. Ayo!!" Rafa mengecup cepat bibir Divo sebelum dirinya pergi terlebih dulu.

Dito dan Mia dibuat terkejut dengan adegan barusan. Bahkan saat mereka makan keduanya lebih tertarik dengan interaksi Rafa dan pria yang baru dilihatnya itu.

"Sepertinya ada yang harus dijelaskan disini." ucap Dito membuat Rafa dan Divo berhenti saling menyuapi.
"Ingin tahu saja.." kesal Rafa.
"Ishhh kau ini Fa..kita 3 tahun saling kenal dan sebagai rekan kerja.."
"Ck..dia kekasihku..Divo Rasendra.

JEDERR

Bagai petir di cuaca yang cerah. Keduanya sontak membelalakkan matanya. Meski mereka sudah menerka-nerka tapi sikap Rafa yang selalu to the point itu membuat yang mendengarnya masih saja terkejut.

"Tidak usah berlebihan. Seseorang punya kekasih itu wajar." ucap Rafa datar dan cuek.

Ya memang wajar jika seseorang mempunyai kekasih..tapi ini seorang Rafangga Andreas..!!!

Rafangga Andreas..dr. Rafa yang dikenal orang-orang dengan kecuekkannya dan sikap dinginnya itu kini memiliki kekasih. Dan tidak menutup-nutupi hubungannya di depan orang banyak.

Dito yang yakin seisi Rumah Sakit pasti akan heboh mendengarnya. Ia melirik ke arah Mia yang masih dengan tampang syoknya. Tak lama wanita itu mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Pantas saja dr. Seto kamu tolak langsung ternyata selera priamu seperti kekasihmu ini." celetuk Dito.
"Jelas saja aku menolaknya. Dia sudah anak dan istri masih berani memintaku untuk menikah dengannya." kesalnya dengan kepala bagiannya.
"Hahaha.."

Baik Dito maupun Mia tentu tahu bahkan seluruh karyawan di Rumah Sakit. Rafa membanting tubuh kepala bagiannya dengan keras ke lantai lalu menyuntiknya dengan obat bius dosis tinggi hingga tidak sadarkan diri selama 3 hari.

"Kamu akan menginap..??" tanya Rafa yang sudah dalam pelukan hangat kemasih tampannya bersiap untuk tidur.
"Tidak. Aku akan pulang setelah baby tertidur.."
"Emm..baiklah."
"Baby..aku akan pergi ke Singapura untuk perjalanan bisnis. Ini akan memakan waktu lama hingga beberapa bulan."
"Baiklah. Aku akan menunggu."
"Aku akan merindukanmu baby.."
"Me too.."

Divo mengeratkan pelukannya menyalurkan perasaannya pada Rafa. Rafa menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik kekasihnya menyesap aroma maskulin darinya.

Rafa kadang iri dengan kedua sahabatnya dan juga kekasihnya. Mereka sama-sama pria tapi entah kenapa dirinya tidak terlihat maskulin seperti ketiganya malah lebih terlihat err..manis dan imut.

"Kehabisan uang hingga makan siang di tempat kerja kekasihmu." sindir Jian yang sedang membawa nampan makanan lalu duduk bergabung dengan Rafa dan Divo.
"Menemani kekasihku."
"Ck..kekasihmu itu tidak perlu ditemani. Dia aman di Rumah Sakit ini. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya." ejek Jian. Divo hanya mengangkat bahunya tidak peduli.
"Aku sudah dapat undangan dari sepupumu."
"Ah..datanglah. Aku akan mengajak kekasihku."
"Dia akan hadir.."
"Hemm..?? Dia..?? Siapa..??"
"Raisa."
"Ohh.."

Jian sempat melirik Rafa yang cuek. Seolah dirinya tidak berada disana. Divo yang mengetahui sahabatnya kurang nyaman karena obrolan barusan hanya terkekeh.

"Tenang saja Ji.. kekasihku bukan tipe pencemburu. Dia memang posesif tapi tidak akan cemburu buta hanya karena seseorang dari masa lalu.
"Woahh benarkah itu dr. Rafa..??" tanya Jian yang kagum tapi dijawab dengan sikap dingin Rafa.

"Aku duluan ya..hati-hati dijalan." ujar Rafa lalu pergi setelah mengecup pipi Divo. Tapi beberapa langkah Rafa berhenti dan menengok ke meja tadi. "dr. Jian..hubungan itu dilandasi dengan kepercayaan dan kesetiaan selain perasaan itu sendiri. Jika itu hanya sebuah masa lalu dan tidak mengganggu masa sekarang maka tidak akan ada pengaruhnya bagiku. Selama hubungan kami tidak terganggu dengan masa lalu itu, aku akan diam saja."

Selesai mengatakannya Rafa lalu pergi dari kantin meninggalkan Jian yang terbengong.

"Woahh..kau mendapatkan jackpot sobat..!!" pekik Jian senang.
"Hahaha..ya kamu benar. Bisa dibilang aku yang bertekuk lutut padanya."
"Aku bisa melihatnya."

___________

Akhirnya bisa up 😄
Semoga terhibur 😉

Anin♡

✅Ice DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang