Chapter 8

54 7 0
                                    

Happy reading 😘

*
*
*

Sebuah ballroom hotel telah disulap menjadi ruangan yang begitu elegan dan mewah. Bunga-bunga tersusun dengan cantik di berbagai tempat..disudut ruangan..di langit-langit..di setiap meja dan kursi..panggung kedua pasangan yang sedang berbahagia..

Perpaduan warna putih dan baby pink membuat suasana menjadi semakin romantis dengan hangat.

Pesta pertunangan antara Dafi dan Citra diadakan di salah satu hotel milik Divo. Para tamu yang hadir adalah kenalan dari kedua keluarga dan rekan bisnis sang sepupu, Divo.

Rafa yang hadir mengenakan setelan jas berwarna putih gading. Sangat cocok dengan kulitnya yang putih. Divo selalu menggodanya diiringi pujian untuk kekasih manisnya.

Namun Rafa tidak tahu jika keluarganya turut hadir disana juga karena undangan dari orang tua Dafi. Bagaimanapun juga keluarga mereka dekat jadi tidak mungkin tidak di undang.

Kebetulan juga Citra mengundang kakak seniornya yang adalah Angga, mantan tunangan Rafa.

Dafi yang melihat kedatangan mereka tidak mungkin untuk mengusirnya. Ia menghormati orang tuanya juga Citra yang sudah mengundang mereka untuk hadir.

Dafi langsung mengabari sang sahabat untuk menjaga Rafa. Ia tahu jika Rafa masih belum melupakan apa yang terjadi dulu.

Dian yang mendapat pesan dari Dafi buru-buru mencari Rafa. Namun saat menemukan keberadaan sahabatnya, semua sudah terlambat.

Dian melihat dari kejauhan jika tubuh sahabatnya sudah gemetar. Raut wajahnya menunjukkan ketakutan. Sepertinya Rafa menyadari kedatangan keluarganya.

"Aku disini." ucap Dian menenangkan Rafa dalam pelukannya. "Jangan takut."

Dian terus mengucapkan kata-kata  yang menenangkan. Dian mencari keberadaan Divo. Berpikir mungki saja Divo bisa menenangkan Rafa.

Siapa sangka jika kakak perempuannya melihat Rafa terlebih dulu.

"Aku pikir sudah mati." sarkas Sella.

Untung saja Divo segera muncul jika tidak pasti Dian akan melempar perempuan itu.

"Kak..bawa Rafa pulang saja. Dan ini." Dian memberikan botol obat pada Divo yang membuat Jian terkejut melihatnya. "Jika dalam perjalanan Rafa histeris tolong berikan ini padanya."
"Tunggu."

Jian menuntut penjelasan dari Dian. Jian sangat hapal jenis obat yang dilihatnya kini.

Obat penenang.

Bukan sembarang orang bisa memiliknya jika tidak mendapat ijin dari dokter.

"Tolong kak..tenangkan Rafa dulu." pinta Dian putus asa.

Sella yang melihat Rafa akan dibawa pergi tentu saja menghalanginya. Dirinya sangat membenci adik tirinya itu.

"Mau kemana hemm..!? Cih..tidak dulu tidak sekarang hanya diama dan menghindar saja. Gara-gara kamu, aku dan Angga selalu bertengkar. Dia yang memilihku tapi dia juga menyalahkanku!!" bentak Sella.

Rafa yang berada dalam pelukan Divo semakin gemetar ketakutan.

"Aku disini baby..jangan takut..tenanglah.."

Divo mengusap punggung Rafa dengan lembut mencoba membuat tenang kekasihnya.

"Bisa menyingkir Nona. Ada pasien yang membutuhkan pertolongan." ujar Jian.

Jian menyadari sikap Rafa yang tidak wajar ini. Ini pertama kalinya dirinya melihat namun ia yakin jika Rafa mengalami trauma di masa lalunya.

Jian tidak mungkin membiarkan seseorang yang mengalami trauma haru terus berhadapan dengan penyebabnya.

"Pasien?! Ck..apa dia gila!? Bagus jika dia gila. Masukkan saja ke RS jiwa." ejek Sella.
"SELLA!!!"

Teriakan Dafi tentu saja membuat orang-orang yang berada disana terkejut.

Dafi geram dan sangat marah dengan tingkah mantan kekasihnya itu.

"JANGAN BERKATA BURUK MENGENAI RAFA JIKA KAU DAN KELUARGAMU SAJA TIDAK TAHU APA-APA. KAK DIVO BAWA RAFA PERGI!!"

Sella masih bersikeras menahan Rafa yang ingin dibawa pergi. Divo dan Jian tidak bisa berbuat kasar pada Sella karena mereka berada di pesta orang lain.

"MENYINGKIR ATAU AKU AKAN MENYERETMU KELUAR DENGAN KASAR!!"

Sella yang mendengar perkataan kasar Dafi tentu saja tidak terima.

"Cihh..selalu membelanya. Dari dulu hingga sekarang. Tidak tahu malu. Menempel pada milik orang lain seperti pelacur saja."

Dafi tahu ucapan Sella ditujukan pada siapa. Bagi Dafi sendiri, dia adalah orang yang mampu menahan emosinya dengan sangat baik. Tapi tidak kali ini.

Plakk!!!

"Orang tuaku dan Citra salah mengundang kalian." geram Dafi.
"KAU PIKIR KAU LEBIH BAIK DARI RAFA!!? KAU!!! YANG SUDAH MEMILIKI KEKASIH BERSELINGKUH DENGAN TUNANGAN ADIKMU SENDIRI!!!" teriak Dian dengan emosi.

Dian yang dikenal ceria dan banyak senyum kehilangan kesabarannya. Sama seperti Dafi yang marah karena sahabatnya selalu dihina.

"KAU YANG PELACUR!!! KARENA DAFI TIDAK MAU BERCINTA DENGANMU, KAU MENGGODA TUNANGAN ADIKMU !! BAHKAN KELUARGANYA TIDAK PEDULI SAMA SEKALI CIHH!!!"

Dian benar-benar menghina dan merendahkan Sella dan keluarganya juga Angga.

"Orang tolol dan bajingan saja yang bisa terjerat hanya dengan wanita yang membukakan kakinya dengan mudah dan murahan!! Tidak punya otak!! Cocoklah kalian!! Pelacur dan bajingan!!"

Tentu saja perkataan Dian membuat Sella dan Angga menjadi pusat perhatian.

"JAGA MULUTMU!!" teriak Sella marah.
"Aku benar. Kau kesal dengan Dafi karena ia tidak mau diajak bercinta begitu juga dengan Angga yang ditolak ajakannya oleh Rafa. Tapi kalian menuduh Rafa dan Dafi ckck.." ejek Dian.

Selama ini Dian sudah menahan rasa marah dan kesalnya setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya.

Dafi boleh saja bersahabat dengan Rafa terlebih dahulu juga lebih mengenalnya tapi bagi Dian, dirinya yang selalu melihat keadaan Rafa yang benar-benar memprihatinkan.

Dian sering melihat Rafa yang berteriak histeris dalam tidurnya karena mimpi. Ia juga pernah mendapati sahabatnya yang mencoba mengakhiri hidupnya dan beruntung dirinya selalu tepat waktu untuk menghentikan tindakan nekat sahabatnya. Juga menangis dan mengurung diri dalam kamar tidak ingin bertemu dengan siapa pun.

Tentu saja Dian memaksa saat tanpa sengaja Dafi keceplosan menyebut mengenai keluarga Rafa. Lalu cerita mengalir dari mulut Dafi mengenai masa lalu Rafa yang sangat banyak mempengaruhi diri Rafa sekarang.

Untung saja Dafi menahan Dian yang saat itu juga ingin membuat perhitungan bagaimanapun juga Rafa sudah seperti keluarganya sendiri. Orang tuanya sangat menyayangi Rafa melebihi dirinya yang anak kandungnya. Tapi bagi Dian, ia tidak merasa iri melihat orang tuanya lebih memperhatikan orang lain.

"Kak..bawa kak Rafa pergi cepat." cemas Citra yang sudah melihat Rafa pucat.

Sella masih menghalangi orang-orang membawa Rafa darisana. Dafi yang sudah kehilangan kesabarannya sudah tidak peduli. Di dorongnya Sella dengan kencang hingga terjatuh lalu berteriak memanggil keamanan untuk menyeret Sella dan keluarganya keluar darisana.


***********

See you at next chapter 😘

✅Ice DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang