Samudra sedang berbicara dengan seorang nelayan lokal. Iseng Samudra bertanya mengenai gadis-gadis cantik yang masih lajang di desa ini. Akhirnya setelah Samudra rasa cukup berbasa-basi, ia menyebutkan ciri-ciri fisik gadis cantik yang menjadi incarannya.
"Oo, gadis itu. Dari ciri-cirinya, kalau tidak salah dia Jingga kembang desa sini." Senyum manis melengkung di bibir Samudra. Pria itu mengusap dagunya, sambil mengangguk-angguk.
"Jadi Pak, dia sudah punya pasangan belum ya?" tanya Samudra, kalau Jingga misalnya sudah punya pacar, ia harus berjuang keras untuk mendapatkan gadis incarannya itu.
"Yang Bapak tahu sih dia belum punya pasangan. Kriteria gadis itu soal pasangan terlalu tinggi makanya sampai sekarang belum menikah juga, padahal gadis seumuran dia sudah pada menikah semua," kata Bapak nelayan itu.
"Bapak aku bisa minta bantuan?" Bapak nelayan itu tersenyum jahil melihat Samudra begitu antusias sekali menanyai perihal Jingga.
"Kamu naksir ya sama dia?" Wajah Samudra terasa panas, telinga dan pipinya memerah. Seorang playboy seperti dirinya bisa malu juga saat ada seseorang yang bisa menebak apa yang terjadi pada perasaannya.
"Ahh, maklum sajalah Pak anak muda." Gantar teman dekat Samudra yang semula hanya asik menghisap rokok ikut menimpali. Ia melirik Samudra, si nahkoda kapal yang sepak terjangnya dalam menaklukkan hati wanita itu sudah tidak diragukan lagi.
Jangankan gadis yang masih lajang, wanita yang sudah bersuami pun pasti tidak akan mampu menolak pesona seorang Samudra jika pria itu sudah mengeluarkan rayuan maut dan sikap manisnya dalam memperlakukan wanita.
Gantar berani bertaruh jika gadis yang menjadi incaran Samudra kini akan bertekuk lutut pada Samudra. Apa lagi jika gadis itu sudah merasakan kehebatan Samudra saat di ranjang.
"Aku mau menitipkan surat, harap Bapak berikan suratku nanti pada gadis itu," ucap Samudra, untuk pelancar usahanya Samudra memberikan pejer beberapa lembar uang untuk Bapak nelayan itu.
Tentu saja Bapak nelayan itu menerima pejer yang diberikan Samudra dengan senang hati. Apa lagi tugasnya gampang hanya mengantarkan surat untuk Jingga.
*****
Jingga yang sedang merebus air untuk menyeduh teh, terkejut ketika ibunya memanggil. Lekas Jingga menghampiri karena tidak ingin diomeli.
"Kenapa Bu?" tanya Jingga.
"Ini loh mang Tatang ada nganterin surat buat kamu. Katanya ada laki-laki yang suka sama kamu. Kamu ada dekat dengan laki-laki?" tanya Ibunya penuh selidik, alis Jingga tertaut selama ini ia tidak dekat dengan pria mana pun.
"Tidak Bu. Aku tidak dekat dengan laki-laki mana pun," sahut Jingga sambil menggeleng, ia menerima surat yang diberikan ibunya dengan terheran-heran.
"Ya sudah, kamu baca itu surat," kata ibunya, ia sudah jenuh mengurus percintaan anak gadisnya itu. Khayalan Jingga begitu tinggi mengenai laki-laki idamannya, dinasehati agar tidak berekspektasi terlalu tinggi anak gadisnya itu tetap tenggelam dalam imajinasinya.
*****
Isi surat yang dikirimkan pada Jingga, berisi mengenai ungkapan perasaan serta kekaguman seorang laki-laki padanya. Isi surat itu juga menerangkan, jika Jingga ingin menemuinya maka datanglah ke pelabuhan sore ini.
Mendapatkan surat mengenai ungkapan hati seseorang Jingga tentu saja amat sangat penasaran. Gadis itu putuskan untuk menemui si pengirim surat. Jingga mengenakan pakaian terbaiknya, entahlah Jingga sekarang merasa agak gugup juga.
Di pelabuhan Longsari Jingga berdiri menghadap laut, membiarkan angin laut membelai pipinya. Jingga berkhayal kalau pria yang akan menemuinya kini merupakan pangeran impiannya dari negeri seberang.
"Hai. Aku tidak menyangka kalau kau akan datang." Jingga menegang mendengar suara itu, ia mengenalinya. Jingga rasa ia pernah bertemu dengan pemilik suara itu.
"K-kau...." Mata Jingga melotot horor, pria yang berdiri di depannya kini adalah pria brengsek yang mengambil keperawanan bibirnya waktu itu.
"Kenapa terkejut? Apakah kau terpesona dengan ketampananku?" tanya Samudra dengan rasa percaya diri, Jingga mencebik, gadis itu memutar bola matanya.
"Tampan? Cih! Apa kau tidak memiliki cermin? Ketimbang tampan wajahmu itu lebih mirip dengan tempurung kelapa." Jingga mengejek Samudra, ia kesal dengan mata jelalatan pria itu.
Wajah Samudra memerah, baru kali ini ada seorang gadis mengejek wajahnya. Samudra berpikir ia harus memberi pelajaran pada Jingga, bibir merah gadis itu yang tadi mengejeknya menjadi perhatian Samudra, ia pernah mencicipinya. Kali ini akan ia lumat bibir merah itu sampai bengkak.
Samudra menarik Jingga, untungnya Jingga sudah dapat membaca apa yang akan dilakukan pria brengsek itu padanya. Jingga berontak, ia berusaha melepaskan diri dari dekapan Samudra yang kurang ajar. Jingga berhasil menginjak kaki Samudra hingga pria itu mengaduh kesakitan.
Jingga melangkah mundur, tak sadar gadis itu jatuh ke laut. Jingga menjerit panik, Samudra melihat gadis incarannya jatuh ke laut langsung menceburkan diri untuk menolong Jingga.
Samudra meraih tubuh gadis itu, membawanya untuk naik kedaratan. Jingga yang panik tak sadar kalau dirinya memeluk erat Samudra.
"Sudah puas memelukku?" Jingga membuka matanya tak sengaja tatapannya beradu pandang dengan manik mata Samudra yang bewarna coklat. Posisi mereka kini sangat dekat, bahkan dada Jingga menempel pada dada bidang pria bertubuh atletis itu.
Napas mereka pun seolah bertabrakan, Jingga dapat merasakan napas Samudra membelai wajahnya. Merasa ada kesempatan Samudra mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir gadis itu. Jantung Jingga berdebar kencang saat wajah Samudra semakin dekat. Jingga tak berkutik, ia seolah kehilangan akal sehatnya. Sampai kemudian bibir Samudra mendarat di bibir merahnya.
*****
Kolaborasi bareng Kak deviariadne
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Samudra
RomanceKetika seorang pria yang sudah mengambil kesucianmu, meninggalkanmu dan memintamu untuk menunggu dia kembali. Jingga gadis polos yang telah dibutakan oleh cinta, meski berat merelakan pria yang dicintainya untuk pergi. Hari-hari berlalu Jingga teta...