Tujuh

1.9K 170 5
                                    

Jingga akhirnya menerima ajakan kencan dari Samudra. Kata-kata manis yang terucap dari bibir Samudra sedikitnya berhasil memikat Jingga.

Kembang desa itu dengan rok lebar bunga-bunga dan baju lengan panjang, serta rambut hitamnya yang dibiarkan terurai. Sudah siap berkencan dengan si nahkoda tampan yang entah berasal dari negeri mana. Jingga menolak bergandengan tangan dengan Samudra, ia masih menjaga jarak dari pria itu.

Mereka singgah disebuah rumah makan yang terkenal dengan kelezatan menu ikan bakarnya. Samudra yang teraktir, sambil menunggu pesanan datang. Jingga memilin roknya, ia merasa agak gugup ini kencan pertamanya. Jingga agak sedikit menyesal menerima ajakan Samudra.

Terbayang olehnya perlakuan kurang ajar Samudra yang dengan seenaknya main cium. Tanpa alasan yang jelas pipi Jingga memanas. Samudra yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik gadis itu mengernyit melihat pipi Jingga bersemu merah.

Jingga menepuk-nepuk pipinya, berharap rasa panas itu segera hilang. "Ada apa denganmu?" Suara berat Samudra menyadarkan Jingga dari pikirannya sendiri.

"Tidak ada!" Jingga menyahut ketus. Samudra tersenyum miring.

"Benarkah? Tapi entah kenapa, aku berpikir jika kamu sedang membayangkan ciuman kita waktu itu." Sial. Jingga menyumpah dalam hati, bagaimana pria mesum itu bisa tau?

Melihat Jingga menunduk dalam Samudra menyeringai, ingatannya langsung tertuju pada kejadian waktu itu. Dimana ia tanpa sengaja melihat celana dalam Jingga. Membayangkan apa yang tersembunyi dibalik celana dalam gadis itu membuat miliknya menegang.

Samudra menelan ludah, ingin segera ia bawa gadis ini ke ranjangnya. Dari pembawaan gadis itu selama beberapa kali mereka bertemu. Jingga sepertinya memiliki sifat pemberontak. Membayangkan Jingga akan menjadi agresif saat di ranjang. Membuat miliknya seolah akan meledak.

Andai saja ini bukan tempat umum. Samudra akan kembali mencicipi bibir manis gadis itu. Pikiran mesum Samudra buyar saat pelayanan warung membawakan pesanan mereka.

"Selamat menikmati hidangannya Tuan dan nona Jingga." Pelayan warung yang tak lain teman Jingga, tersenyum jahil melirik Jingga yang menunduk malu karena kepergok jalan berdua dengan seorang pria.

"Mari dimakan hidangannya. Apa perlu aku suapkan?" Samudra menggoda Jingga.

Jingga berdehem, gadis itu mengumpulkan kepercayaan dirinya kembali. "Sebenarnya. Apa tujuanmu mengajakku kencan?"

"Untuk mengenalmu lebih jauh. Aku tertarik padamu semenjak pertemuan pertama kita waktu itu," ucap Samudra dengan tatapan tajam. Jika saja pertemuan mereka diawali dengan sesuatu yang baik, mungkin Jingga akan terpesona pada pria itu pada pandangan pertama.

"Aku tidak ingin mengenalmu lebih dari ini." Jingga masih jual mahal, meski sebenarnya ia mulai tertarik pada Samudra yang berwajah tampan dan gagah. Pria itu seorang nahkoda kapal besar, dia pasti punya banyak uang. Persis seperti pangeran impian Jingga selama ini.

"Kenapa?" Samudra bertanya.

"Kamu pria mesum kurang ajar!" Ucap Jingga dengan mata melotot, hal itu justru membuat Jingga terlihat makin cantik di mata Samudra.

"Jangan salahkan kekurangan ajaranku. Salahkan bibirmu yang seolah mengundangku untuk menciumnya." Samudra mencolek dagu gadis itu. Jingga mendengus kesal.

"Kamu gadis desa tercantik yang pernah aku temui. Aku pikir terdampar di desa ini akan terasa membosankan, tapi saat melihatmu aku rasanya enggan meninggalkan desa ini tanpa membawa serta dirimu." Samudra mulai melancarkan gombalan mautnya. Tentu saja apa yang diucapkan Samudra itu dusta.

Samudra sudah mengarungi luasnya lautan semenjak remaja, sudah banyak perkampungan yang ia singgahi. Tentunya juga Samudra banyak berkenalan dengan gadis-gadis cantik dari desa-desa itu. Dan rata-rata Samudra selalu berhasil membawa mereka ke ranjangnya.

*****

Matahari sudah beranjak ke peraduannya, langit malam sudah menyelimuti perkampungan pesisir pantai ini. Bintang-bintang tampak menghiasi langit, malam ini langit cerah tanpa awan.

Bulan separuh tampak indah di langit malam desa Longsari. Beberapa kunang-kunang seolah berlarian, membuat malam ini terasa syahdu terlebih lautan nampak tenang. Tidak menunjukkan tanda-tanda akan datangnya badai.

Beberapa nelayan yang rajin walaupun malam sudah larut, memaafkan ketenangan laut untuk pergi memancing. Ada pula yang menangkap kepiting menggunakan perangkap khusus.

Samudra yang semula hanya duduk melamun, memutuskan untuk bergabung main gaple bersama para anak buahnya. Samudra mengusap dagunya, melihat anak buahnya membawa beberapa orang gadis dari rumah bordil untuk memuaskan hasrat seksual mereka.

Gadis itu dengan suka rela membiarkan tubuhnya digerayangi. Kedipan nakal dari salah satu gadis itu membuat Samudra berdecak. Pria itu berkacak pinggang. Matanya menyapu seluruh ruangan, matanya berbinar melihat botol miras jenis arak.

"Bos. Apa anda ingin mencoba salah satu gadis-gadis cantik ini?" Tanya salah satu anak buahnya.

"Tidak." Samudra menyahut singkat. Tentu saja reaksi yang ditunjukkan Samudra kali ini membuat para anak buahnya terheran-heran termasuk Gantar yang paling dekat dengan Samudra. Tidak biasanya pria itu menolak.

Jawaban Samudra barusan juga membuat kecewa gadis-gadis penyedia jasa layanan seksual itu. Padahal mereka berharap dapat merasakan kehangatan dari pria tampan seperti Samudra.

"Malam ini aku hanya ingin minum tanpa adanya seks," ucap Samudra, ia sama sekali tidak bernafsu untuk mencicipi salah satu dari gadis-gadis itu.

Yang Samudra inginkan tubuh moleknya Jingga. Samudra yakin gadis itu masih perawan.

*****

Novel Kolaborasi Ardev92






Menanti SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang