Ketika siang telah berganti malam, kampung nelayan itu mulai sunyi. Jingga pun berniat untuk segera menuju dunia mimpi, namun baru sebentar saja berbaring. Jendela kamarnya diketuk, tak hanya sekali tapi berkali-kali.
Jingga mengumpat, gadis itu membuka jendela kamarnya dengan kasar. Jingga melongo melihat sosok yang ditangkap matanya, seraut wajah rupawan tertimpa cahaya rembulan bak seorang pangeran. Dia semakin menawan dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.
"Kamu!"
"Belum tidur?" Tanya Samudra, tatapan matanya tajam melihat kecantikan alami Jingga malam ini.
"Ini sudah malam, untuk apa kesini? Pergi sana!" Ucap Jingga pelan nyaris seperti bisikan, jika ada yang melihat kondisi mereka saat ini. Maka besok siap-siaplah, mereka akan jadi bahan gosipan satu kampung selama berminggu-minggu.
"Aku ingin mengajakmu ke tepi pantai menyaksikan rembulan yang sedang bersinar penuh, bukankah itu suatu hal yang romantis?" Jingga mengigit bibir bawahnya, entahlah, ucapan Samudra membuainya.
"T-tapi...." Ucapan Jingga dipotong oleh Samudra.
"Jingga.... Ayolah, untuk kali ini jangan tolak aku." Suara Samudra terdengar merdu mendayu menghipnotis Jingga sehingga membuat gadis desa yang polos itu tidak mampu untuk menolak ajakan dari sang nahkoda.
"Baiklah, tapi hanya sebentar saja," ucap Jingga, Samudra menyeringai penuh kemenangan.
"Keluar lewat jendela ini saja, nanti ketahuan Ibumu." Jingga menuruti apa kata pria itu, dengan mudah ia membawa tubuh indahnya melompati jendela kamarnya.
Kedua insan yang sedang dilanda rasa itu berjalan sambil bergandengan tangan, menuju ke satu tempat yang sama.
*****
Samudra dan Jingga duduk di hamparan pasir putih, riak air laut terlihat berkilau karena tertimpa cahaya rembulan. Angin berembus tenang sekali, membuat suasana menjadi syahdu.
Samudra menggerakkan tangannya untuk membelai rambut panjang Jingga, tatapan gadis itu tak lepas dari bulan yang terlihat sangat besar karena sekarang sedang purnama.
"Rembulan malam ini nampak cantik sekali, tapi lebih cantik lagi gadis yang kini duduk di sebelahku." Samudra mulai merayu, wajah Jingga memanas rona merah jambu mulai tampak di pipinya.
"Gombal," ucap Jingga sambil mencubit pinggang Samudra, pria itu meringis pura-pura kesakitan.
"Kamu tahu Jingga? Tanpa rembulan keindahan langit malam tidaklah sempurna, tapi...." Samudra akan memulai rayuannya kembali, namun suara Jingga menghentikannya.
"Anda rupanya sangat pandai merayu tuan," ucap Jingga dengan nada mengejek.
"Apakah menurutmu aku hanya merayu? Jingga...." Samudra membawa tangan Jingga menyentuh dadanya untuk merasakan debaran jantungnya.
"Kamu dapat merasakan sendiri detak jantungku." Perlakuan Samudra semakin membuat Jingga memanas, ia tak pernah seintim ini dengan pria mana pun, ini kali pertama ia dekat dengan pria.
Sial, pipinya terasa terbakar saat napas hangat Samudra menerpa wajahnya. Kembang desa itu kini telah terbuai oleh seorang nahkoda yang disangkanya sebagai pangeran impian dari negeri seberang yang dikirimkan tuhan untuknya.
"Aku jatuh hati pada pandangan pertama. Wajahmu selalu membayangi disetiap malamku. Aku tak tahu harus mengucapkan kalimat apa lagi, Jingga maukah kamu menjadi kekasihku?"
Deg....
Jingga merasa jantungnya akan melompat dari tempatnya, jadi begini rasanya dipanah oleh asmara? Seseorang tolong Jingga, dia sekarang kesulitan untuk mengambil napasnya.
"Jingga...." Samudra mengunci manik mata gadis itu, Jingga tak berkutik saat wajah Samudra semakin mendekat. Pria itu akan menciumnya kembali, haruskah Jingga memejamkan matanya dan pasrah menerima ciuman pria itu.
"Tidak!!!" Batin Jingga menjerit, gadis itu lekas mendorong Samudra, tanpa memberi jawaban atas pertanyaan Samudra barusan Jingga langsung kabur, ia tak mempedulikan suara Samudra yang terdengar nyaring saat memanggil namanya.
Ya tuhan, Jingga hampir mati karena jantungnya yang bedentam-dentam. Gadis itu terus berlari, berlari dan berlari untuk menghindari kemungkinan Samudra mengejarnya.
*****
Novel kolaborasi with Ardev92
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Samudra
RomanceKetika seorang pria yang sudah mengambil kesucianmu, meninggalkanmu dan memintamu untuk menunggu dia kembali. Jingga gadis polos yang telah dibutakan oleh cinta, meski berat merelakan pria yang dicintainya untuk pergi. Hari-hari berlalu Jingga teta...