Satu

6.2K 417 12
                                    

Sore itu pelabuhan Longsari nampak ramai seperti biasanya. Di keramaian itu ada sebuah kapal besar berlabuh yang nantinya akan membawa hasil perikanan ke desa Longsari. Sang nahkoda, bernama Samudra. Dunia pelayaran sudah bukan hal yang baru lagi untuknya.

Ia sering kali mengunjungi tiap desa berbeda dalam pelayarannya. Memang pada dasarnya begitulah seorang pelaut. Mengarungi samudera luas, tidak peduli dengan ombak serta badai yang datang menerjang.

Samudra, nama yang cocok untuk dirinya. Sang nahkoda berparas rupawan yang pastinya hanya dengan sekali menatap saja mampu membuat hati seorang gadis meleleh. Tidak ada yang mampu menolak pesonanya, bahkan seorang wanita yang sudah bersuami sekali pun.

Dan Samudra memang dikenal sebagai nahkoda yang ahli menakhlukan hati wanita. Tidak hanya piawai membawa kapal besarnya belayar, dirinya pun juga piawai mengumbar janji-janji dusta.

*****

Di desa Longsari, seorang gadis bernama Jingga terkenal karena kecantikan dan kelembutannya dalam bertutur kata. Sudah banyak pria yang datang melamarnya. Baik itu jejaka, duda, maupun pria yang sudah memiliki istri.

Para pria itu begitu tergila-gila pada paras cantik yang dimiliki Jingga. Matanya yang besar dan selalu berbinar. Rambut panjang yang tergerai indah selalu mengeluarkan harum bunga yang semerbak. Didukung tubuh semampai dengan kulit putih, semakin menambah nilai kecantikan yang dimiliki Jingga.

Namun Jingga selalu menolaknya dengan alasan ia belum siap untuk berumah tangga. Padahal usianya sudah 22 tahun, usia yang kebanyakan orang desa anggap sudah terlambat menikah.

Meski menyandang status sebagai kembang desa sering kali ada mulut nyinyir yang mengatainya sebagai perawan tua. Memang teman-teman wanita seangkatan Jingga sudah pada menikah semua, bahkan yang lebih muda darinya pun sudah ada yang berumah tangga.

Tapi Jingga memilih untuk menulikan telinga. Bagi Jinggga buat apa buru-buru menikah. Masa muda hanya sekali dan kita harus menikmati masa-masa kesendirian itu sepuas mungkin. Saat kita menikah nanti kita tidak akan pernah lagi merasa bebas seperti sebelum menikah.

Ada suami yang harus dilayani, pekerjaan rumah tangga yang pastinya akan terasa berat saat punya anak nantinya. Iya kalau punya suami yang pengertian, jika tidak maka kita harus menanggung beban pekerjaan rumah tangga itu sendirian.

Lagi pula terlalu mainstream bagi Jingga jika pria mengejarnya. Kecantikannya membuat para pria selalu memandangnya dengan tatapan memuja. Jingga ingin merasakan bagaimana rasanya mengejar laki-laki, ia juga ingin merasakan sensasi seperti apa menggoda laki-laki yang awalnya tak memiliki rasa padanya sampai dia berhasil menaklukan hatinya.

Di relung hati terdalamnya, Jingga selalu bermimpi akan datang pangeran tampan dari negeri seberang yang datang melamarnya. Ya Jingga tak mau jika hanya berjodoh pada lelaki sekampung. Membosankan baginya jika harus lahir, tinggal dan mati di desa yang sama.

Teringat pada percakapannya dengan salah satu temannya saat itu.

"Jingga, sebenarnya lelaki seperti apa yang kamu inginkan?" tanya sang sahabat sambil menggendong anaknya.

Gadis cantik itu tersenyum angkuh. "Sama pangeran dari kota besar."

Sahabatnya itu mencibir,"Dasar mimpi terus sampai ayam tak bisa bertelur lagi."

Jingga sangat jujur. Namun terbuai dalam angan indah.

*****

Lautan pada saat ini sedang mengamuk, hal yang lazim terjadi jika mendekati pergantian tahun. Tak jarang kapal dan perahu nelayan tenggelam ditelan ombak. Jika hal itu sudah terjadi, resiko terbesar adalah kehilangan nyawa. Jika selamat itu artinya keberuntungan.

Jika sudah seperti ini tidak ada nelayan lokal yang berani menangkap ikan ke laut. Kebanyakan dari mereka lebih memilih meliburkan diri sejenak sambil menunggu keganasan laut menjadi tenang kembali yang biasanya akan memakan hitungan bulan.

Samudra pun begitu ia tidak berani membawa kapal besarnya berlayar kembali. Terpaksa dirinya tinggal di desa Longsari sementara waktu bersama para anak buah kapalnya. Harap Samudra, laut secepatnya kembali tenang dari amukan ganasnya.

Di desa yang masih serba tradisional ini. Samudra yakin banyak ditinggali gadis-gadis yang kecantikannya pastilah natural bukan cantik karena riasan make-up. Usianya baru 30 tahun, wajar gejolak dalam diri pria itu masih membara.

Ah, rasanya Samudra tak sabar ingin berkenalan dengan gadis desa sini. Menjadi teman pun tak mengapa, bagus kalau ia bisa menjadikan gadis kenalannya nanti sebagai pacarnya. Lumayanlah bisa menjadi teman, untuk menghalau rasa sunyi yang menghinggapi hati.

*****

Kolaborasi MissBaper97  & deviariadne

Semoga menikmati ceritanya.




Menanti SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang