Empat: Perjodohan Sialan

669 21 0
                                    

Juga mohon maaf karena mungkin untuk beberapa cerita saya ada yg jarang up atau kalau sudah up lamaaaaaa bener.. itu karena saya satu bulan belakangan ini banyak sekali dipenuhi dengan tugas dan kesibukan. Meskipun libur tapi saya harus tetap belajar.. selain amanat dari guru-guru juga memang akan ada olimpiade tgl 20 Juni nanti. Cerita ini maupun cerita saya yg lain, hanyalah bentuk keisengan dan kegabutan saya di sela-sela padatnya aktivitas saya di kehidupan non-maya. Mungkin ada kesamaan tokoh atau adegan dengan cerita atau kejadian lain itu sepenuhnya diluar kuasa penulis. Maklum sajalah y saya hanya manusia biasa yg suka bikin salah dan tak luput dari yg namanya dosa. Yah jadi curhat kemana-mana.. langsung capcus ajalah y..

Sama satu lagi...

Dalam kesempatan ini saya meminta dukungan dan doa yg sebesar-besarnya karena tgl 20 Juni nanti Insya Allah saya akan mengikuti KSM (Kompetisi Sains Madrasah). Doakan agar lancar dan diberi kemudahan dalam mengerjakan soal tanpa kesulitan berarti. Sekali lagi mohon doanya. Terima kasih....

🌹 Happy Reading 🌹

12 Juni 2019, Rumah Sakit, Jakarta 12:00 WIB

Ruangan Zara nampak sepi tengah hari itu. Dokter yang menjadi partnernya sedang melakukan visit sebelum pergantian shift. Sedangkan Zara bisa berleha-leha di ruangannya karena sebelumnya ia sudah melakukan visit bersama dengan koas yang ia pegang. Hari ini tubuhnya berasa remuk karena sejak semalam ia terus lembur, bahkan tidur pun hanya sempat selama satu jam empat puluh lima menit karena pukul enam ia harus melakukan briefing sebelum operasi. Sembari menelungkupkan kepalanya di atas meja, Zara menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Hari ini ia akan memutuskan untuk pulang ke rumah sebab sudah hampir dua hari ini ia belum menengok rumahnya. Ia yakin Mamanya pasti akan berceramah panjang lebar mengalahkan Mamah Dedeh.

Langkah kaki terdengar mendekat disusul dengan sebuah suara yang membuat Zara memutar bola mata malas. “Pulang sono! Udah selesai juga shift-nya, sumpah gue gak tahan ama bau lo yang mirip kambing kurban.”

“Sialan lo, Vin!” balas Zara sembari melempar pulpen yang ada di atas mejanya kepada dokter Alvin, sedang yang dilempar hanya cengengas-cengenges nggak jelas.

Sebuah dering telpon menyita perhatian Zara, tanpa melihat nama pemanggil ia berdecak untuk membukanya. Dirinya sudah bosan dengan seseorang di seberang sana yang sejak dua jam lalu tak pernah berhenti menelpon ataupun mengirimkan pesan chat padanya.

“Lo gak bisa diem apa?! Jangan telpon gue!!” bentaknya kesal. Emosi dia, dari tadi nih orang nggak mau berhenti nelpon. Pulsa ama kuota mahal, Tong!

“ZARA!!!!!!” teriakan mercon dari seseorang di seberang sana membuat ekspresi Zara langsung berubah total. Kantuknya langsung hilang menguap begitu saja entah kemana. Sedang di seberangnya Alvin mengangkat sebelah alis heran dengan kelakuan Zara yang langsung duduk tegak dengan wajah serius, seperti seseorang yang keciduk nonton video yang iya-iya.

Zara menjauhkan ponselnya dari telinga untuk memastikan siapa pemanggilnya. Nama Kanjeng Ratu terpampang jelas di layar ponselnya, sontak membuat Zara mengumpat, “Mati! Mati! Mati!” sembari menutup mata.

“Zara?!” teriakan itu terdengar kembali dari ponselnya, padahal Zara tidak mengaktifkan loudspeaker tapi suara toa mamanya terdengar begitu nyaring. Segera Zara mendekatkan kembali ponselnya ke telinga, bersiap mendapat siraman rohani dari Mamanya.

“Kamu itu, udah berani bentak Mama kamu ya. Pake larang2 nelpon segala. Mau kamu mama kutuk jadi batu! Mana nyumpahin Mama cepet mati lagi.” Zara meringis mendengarnya. Ia kira tadi Gavin yang menelpon malah Mamanya Sang Kanjeng Ratu yang menelponnya, mana Mamanya denger Zara mengumpat lagi.

The Doctor and The ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang