Delapan : Sialan!

321 20 22
                                    

Warning! Part ini banyak mengandung kata-kata yang bikin dosa. Jadi harap bijak dalam membaca. Kalo keceplosan atau terlanjur kebaca jangan lupa langsung istighfar dan bertobat pada Allah serta mohon ampun pada-Nya.

Btw, udah pada sholat shubuh belom...? sholat gih, gak baik nunda-nunda waktu sholat. Prioritaskan Allah daripada wattpad ya.. jangan baca wattpad dulu, baca qur'an dulu.. kalo Rufah sih tenang, lagi nggak sholat soalnya, hehehe 😆😆😆.

💊💊💊

Sialan!

Zara menghela napas panjang setelah mengumpat untuk yang entah sudah keberapa kali dalam lima jam tiga puluh menit terakhir ini. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya, meski tak ada satupun operasi ataupun keadaan darurat lainnya. Hari ini ia tak ada jadwal shift tapi ia harus mengikuti rapat dengan dokter lainnya. Apalagi ia sebagai ketua stase bedah tentu tak dapat mangkir dari rapat ini walaupun kalau dia diberi pilihan mengoperasi empat orang non-stop, ia tak akan berpikir panjang dan langsung mengiyakan opsi itu disamping memang tugasnya sebagai seorang dokter bedah. Bodo amat deh ama tanggung jawab. Tapi orang gila mana coba yang mau duduk diam pura-pura mendengarkan orang ceramah selama lima jam full. Kajian mamah dedeh saja kalah.

Sialan!

Ia paling tak suka berdiam diri dan duduk diam di ruang rapat serta mendengar ceramah ketua rumah sakit jelas menjadi musuh bebuyutannya semenjak menjadi dokter kepala stase bedah. Zara akan mudah mengantuk dan paling anti dengan pidato yang lebih terdengar seperti dongeng pengantar tidur di telinganya. Ditambah suhu ruangan ber-AC yang disetel pada nominal 16 derajat celcius jelas membuat matanya memberat karena kantuk. Dan bila sudah terasa panas di pantatnya karena terlalu lama duduk ia akan menyumpah serapahi ketua rumah sakit dengan makian dan umpatan yang ada diotaknya karena berbicara panjang lebar dan berbelit-belit.

Heol! Tinggal bilang kalo rumah sakit akan mengirim tenaga medis ahli ke Cina saja musti muter-muter segala. Sialan!

Zara jadi punya ambisi buat ngerampas naskah pidatonya dan merobeknya jadi serpihan-serpihan kertas yang nggak berarti. Kalo perlu Zara bakar sekalian tuh kertasnya. Atau biar Zara aja yang bicara didepan sana, dan Zara yakin 100% tanpa ragu, rapat akan selesai dalam waktu lima belas menit. Kesel Zara tuh. Bokongnya udah panas. Dosa nggak sih kalo Zara berdoa supaya ada satu aja, nggak lebih, pasien yang mengharuskan dioperasi darurat. Zara minta satu pasien aja nggak lebih. Biar deh dia pegel-pegel kalo ganjarannya dia nggak ikut rapat sialan ini.

Rapat tadi memang membahas tentang pengiriman tenaga medis ahli ke wilayah negara konflik—sebuah agenda tahunan, dan tujuan kali ini adalah Uygur. Satu daerah antah berantah yang bahkan namanya saja baru kali ini Zara dengar. Namun berdasarkan hasil googling singkat menyebutkan bahwa tempat ini berada di Xinjiang, RRC. Salah satu etnis masyarakat di Cina yang tengah mengalami konflik internal, jadi hal semacam ini dampaknya merembet menjadi krisis pangan, kemudian berubah menjadi krisis kesehatan yang mana kesemua-muanya itu merupakan krisis kemanusiaan. Usut punya usut ternyata kegiatan kali ini akan bekerja di bawah naungan organisasi PBB, UNHCR dan WHO.

Zara sendiri belum pernah bekerja sejauh itu dari wilayah rumah sakit tempat ia bekerja saat ini. Pernah sekali ia terlibat sukarelawan di salah satu daerah bilangan Jakarta tapi itukan sewilayah aja, bahkan bisa dibilang itu tetangga komplek karena emang faktanya komplek samping rumahnya itu tempat Zara jadi sukarelawan. Zara paling cuma jalan kaki kalo rindu rumah buat pulang. Nggak sampe keluar pulau apalagi sampe minggat ke China. Ditambah yang bikin ngeri itu bukan penyakit atau virusnya, tapi orang-orangnya yang dapat status komunis dari pemerintahan China. Dalam kata lain, mereka itu... Teroris!

The Doctor and The ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang