Pantai dan Renjun.

44 11 1
                                    

;✧

Gue bangun pagi seperti biasa. Ini liburan, tapi gue udah selesai mandi. Pertama kalinya dalam hidup gue mandi lebih dari 1 jam. Sampai tadi Bang Iwan emosi, gedor-gedor pintu kamar mandi kaya takut gue ketiduran di dalem. Padahal gue sibuk. Sibuk mendinginkan kepala.

Beneran. Gue terus-terusan mengguyur kepala gue dengan air padahal shampoo yang gue pakai udah terbilas bersih. Kepala gue terasa mau pecah dan inilah satu-satunya cara mendinginkan kepala gue.

Setelah rapih dengan baju dan rambut yang sudah rapih juga, gue duduk diatas kasur dan bersender di tembok sembari memeluk kaki. Hobi baru gue; ngelamun, no life, cengok. Separah itu emang efeknya.

"Madi." Gue melihat ke arah datangnya suara. Bang Iwan. Ia tersenyum hangat ke gue dan duduk disisi kasur.

"Lo kenapa sih? Mau cerita gak?"

Gue kembali menyembunyikan wajah ke dalam lutut gue, enggan buat bercerita.

"Ya udah kalo lo gak mau cerita sama Abang."

Demi Tuhan gue sayang banget sama Bang Iwan. Bang Iwan dari dulu gak pernah memaksakan gue demi kekhawatirannya. Gue paham, Bang Iwan pasti khawatir.

Gue sibuk dengan lamunan gue lagi bahkan gue hampir ketiduran dengan posisi memeluk kaki sambil menundukan kepala.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu kamar gue yang disusul panggilan, "Arfa!"

"Eh gak usah diketok Njun langsung masuk aja!"

Aduh Bang Iwan! Ngapain sih? Gue lagi pengen ngelamun. Mau sendiri.

"Arfa?"

Gue membalas panggilan Renjun dengan senyum kecil dan kembali melanjutkan aktifitas gue yang sempat tertunda tadi.

Renjun duduk ditepi kasur gue dan langsung menghadapkan badannya ke arah gue yang sedang menunduk dalam ini.

"Lo-"

"Njun, maaf. Gue sebenernya lagi gak mau diganggu."

"Lo kosong gak hari ini?"

"Hah?" Apanih? Gue ngerasa dejavu.

"Lo ada acara gak malem ini?"

"Ada."

"Kemana?"

"Pulau Kapuk."

"Arfa!"

"Eh iya Njun. Gak ada."

Renjun cuma terdiam. Gue melihat ada semburat kasihan dimatanya.

"Maaf ya Njun."

"Gue dong yang harusnya minta maaf. Harusnya gue tadi gak usah kesini. Gue tau lo masih butuh sendiri. Nenangin pikiran."

Keheningan akhirnya memisahkan. Gue yang fokus kembali dalam pikiran dan Renjun yang sibuk menatap langit-langit kamar gue.

No ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang