❄️ BAB 16 - Segan Beranjak

3.3K 700 72
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 17 Juli 2019 (BAB 16)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 16 - Segan Beranjak

***

Bantu saya temukan typo.

***

[DULU - Sultan El Firdausy]

"Kamu kapan terakhir buka Instagram?" tanya Astrid di kursi penumpang tram sebelahku. Perjalanan menuju Ankara baru dimulai sejak kami bertolak dari flat seusai aku kembali dari kampus.

"Semalam. Kamu juga kan yang buka," jawabku. Ngantuk sekali. Semalam lembur.

"Asli nggak ada postingan wajah kamu di umpan instagram. Semua tentang buku. Padahal follower kamu udah nyaris seratus ribu, Mas."

"Terus buat apa? Itu juga karena dulu kita sempat viral saja. Dan aku tidak suka. Pakai instagram seperlunya saja kalau ada informasi penting tentang buku. Aku juga sesekali buat unggahan di story. Sebagai penanda ke pembaca kalau instagram itu masih dipegang oleh pemiliknya saja. Supaya mereka tidak merasa mengikuti akun kosong karena aku tidak banyak membuat unggahan di umpan."

"Oh, gitu. Tapi follower aku juga banyak."

"Kamu senang?"

"Ya untuk hiburan saja."

"Tapi aku lihat unggahan terakhir kamu udah lama sekali, ya, Trid?"

"Aku ngikutin kamu. Dan ternyata tenteram juga nggak banyak notifikasi. Sekarang lebih kondusif notifikasinya. Aku juga sudah menghapus banyak foto yang tidak penting. Lihat deh, sekarang cuma ada dua puluh tujuh foto saja. Sisanya ya masih ada. Kamu nggak marah kan kalau aku masih unggah foto, kadang-kadang?"

"Nggak marah. Asal hati-hati. Media sosial sekarang menjadi salah satu tempat fitnah dunia yang besar sekali, Trid. Makanya aku kadang lebih betah pakai WhatsApp saja dan aplikasi berita."

Astrid membuka bungkusan kukis almon yang ukurannya sebesar koin. Beli banyak camilan dia. Biarin lah, yang penting dia seneng mau pisahan nanti.

"Kita sempat lumayan viral ya waktu nikah muda dulu? Aku kadang suka mikir. Akan seperti apa kalau saat itu aku tetap di Indonesia. Keputusanmu ada benarnya juga."

"Kan aku sudah bilang," kuambil satu kukis untuk mencicip, "Aku nggak ingin menjadi role model banyak orang. Nggak ingin mendapat banyak sorotan hanya karena aku anak seorang Kiai tersohor yang menikahi cewek yang kalau kata media, baru mangkat hijrah, di usia masih sangat muda. Pengikut di Instagram kita mungkin memang banyak. Tapi mereka tidak lebih hanya sekadar penasaran saja. Bukan benar-benar ingin mengikuti keseharian kita. Atau segala hal tentang kita."

Astrid terkekeh kecil, "Mungkin yang ngikutin akun kita berharap akan ada wejangan atau unggahan galeri romantis kita ya, Mas?"

"Mungkin. Tapi soal itu biar aku saja yang ngerasain. Orang lain tidak perlu tahu."

"Ngerasain apa?"

"Petualangan membersamai perubahanmu," jawabku sekenanya, "Dan menguji sebarapa sabar aku akan itu."

"Terus?"

"Apanya?"

"Kenapa kamu bilang orang lain tidak perlu tahu bagaimana petualanganmu itu? bukan berarti aku pengin kamu berbagi keseharian, ya. Kamu udah pas seperti sekarang. Nggak perlu unggah ini itu."

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang