❄️ BAB 20 - Sarung Longgar

4K 702 94
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 4 Agustus 2019 (BAB 19)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***

*Bantu temukan typo.

***
Bab 20 - Sarung Longgar

***

INDONESIA

[Sekarang - Sultan El Firdausy]

Malam itu terasa istimewa. Berada di rumah seolah semua yang menjadi masalahku benar-benar tertinggal di kejauhan sana. Entah kenapa seperti kembali utuh. Sekali lagi seperti kecamuk itu dan semua kecemasannya hanya akan terasa di sana. Tidak berlaku di sini.

Aku keluar dari kamar mandi. Satu bak air hangat sudah lebih dari cukup untuk menyegarkan badan. Ada yang sudah menyiapkan banyak air panas untuk mandi aku dan Astrid rupanya. Rumah langsung disterilkan dari kebisingan. Padahal sebelumnya ada beberapa orang yang hendak berkunjung, tapi dihalau oleh Abi agar bertemu denganku subuh nanti saja. Sekarang sudah pukul dua pagi, tanggung sekali kalau pun aku harus tidur.

Fathan diculik ke kamar Abi. Sementara itu di kamarku sudah ada sarung dan kaos bersih yang agaknya disiapkan oleh Astrid untuk salin. Apa ini tanda perdamaian? Atau dia hanya sedang berusaha menjalankan kewajibannya atasku? Tapi orangnya mana?

Setelah berpakaian aku keluar kamar. Ada Mas Mahfuz yang sedang berjalan membawa asbak berisi puntung rokok yang hendak dikosongkan. Tidak ada yang berani merokok di dalam rumah selama Fathan di sini.

"Lihat Astrid, Mas?" tanyaku.

"Sama Mbakmu, di kamarnya Imam," jawabnya sambil lalu.

"Oh," aku lalu menyusul. Dan benar dia sedang di dalam sana dengan Mbak Ani juga. Sementara Abi dan Bu Farah entah sedang apa di kamar setelah menculik Fathan. Tapi sepertinya anakku itu terbangun dari tidurnya. Seolah tahu kalau sudah dibawa pulang.

Dik Imam sedang berbaring di tempat tidurnya memakai selimut bergambar Spiderman. Agak murung memang sejak tadi bertemu.

Ketika aku masuk Mbak Ani langsung bergegas keluar sambil menepuk lenganku. Aku duduk di kursi yang tadi ditempati kakak iparku itu. Persis bersebelahan dengan Astrid.

"Adek udah enakan badannya?" tanyaku sambil menyentuh dahinya memeriksa.

"Sampun, Mas," santun sekali bocah ini.

"Alhamdulillah. Rajin minum obat, ya? Insyaallah besok udah sehat lagi," kukatakan dengan tersenyum.

"Sekarang Adek istirahat, ya. Tidur lagi aja. Harusnya tadi nggak usah ikut ke depan. Bobok aja di sini. Masih lemes kan katanya," Astrid berkata begitu.

"Nah, dengerin apa kata Mbak," aku mendukung.

Dik Imam mengangguk. Dia sebenarnya masih agak canggung denganku. Karena intensitas perjumpaan kami sangat jarang. Malah bisa dikatakan dia lebih akrab dengan Astrid. Tapi aku yakin setelah ini dia akan lebih terbiasa denganku. Aku punya cukup waktu di sini.

Lalu aku dan Astrid keluar dari sana. Berpapasan dengan Abi yang membawa selimut ke kamar Dik Imam. Sepertinya Abi mau menemani.

"Fathan mana, Bi?" tanya Astrid.

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang