Gadis berambut bluish white itu memandang bosan ke arah matahari terbenam di balik jendelanya. Tangan kanan yang digunakannya untuk menopang kepalanya itu tampak lelah. Sesaat kemudian gadis itu menghela napas panjang.
"Seorang putri tidak bertingkah seperti itu!" Seorang wanita berambut panjang bergelombang berwarna coklat gelap berdiri di belakang gadis itu. Wanita itu mengenakan gaun berwarna dark violet dengan taburan permata. Di kepalanya tampak bertengger mahkota besar nan indah. Siapapun pasti akan takjub melihatnya. Gadis itu pun berbalik ke belakang dan berhadapan dengan wanita itu.
"Apa yang terjadi pada gaunmu?! Dan dimana tiaramu?!" Wanita itu mengomeli gadis di hadapannya.
"Aman di dalam kotak kaca dengan mantra sihir di lemari." Gadis itu menjawab malas. Sekarang, hanya kaum bangsawan saja yang mempelajari sihir, sedangkan rakyat biasa tidak diperbolehkan untuk mempelajarinya.
"Putri Snowrya Fawn de Legia!"
"Apa?" Dengan tatapan jenuh gadis bernama Snowrya Fawn de Legia, putri Kerajaan Legia, menjawab bentakan yang diterimanya.
"Ry, kenapa kau seperti ini? Bertingkah lakulah yang benar." Wanita itu memanggil Snowrya dengan panggilan kesayangan juga menatap lelah ke arahnya.
"Aku bosan." Tubuh Snowrya terlihat lesu seketika.
"Bersabarlah sebentar lagi. Tiga hari lagi kau akan memasuki usia kedewasaanmu." Wanita itu duduk di sebelah Snowrya.
"Ibunda, untuk apa juga tradisi ini dijalankan? Aku tidak bisa melihat manfaatnya sedikitpun," keluh Snowrya kepada wanita itu yang notebene-nya adalah ibunda Snowrya, dan juga adalah ratu Kerajaan Legia.
"Ssstt... Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Tradisi ini sudah diturunkan sejak berakhirnya Perang Api dulu."
Perang Api adalah perang pertama yang dilakukan dengan menggunakan elemen. Disebut Perang Api karena pada perang itu elemen yang digunakan adalah api, dan itu adalah elemen pertama yang tercipta di dunia ini. Oleh sebab itu juga elemen api adalah elemen terkuat di antara ke empat elemen yang ada. Sebelumnya, orang-orang bertarung menggunakan sihir juga peralatan perang.
"Tradisi ini juga berguna untuk melindungi para penerus, masa depan kerajaan, dari orang-orang yang mengincar nyawa mereka," sambung ibunda Snowrya. Snowrya seketika cemberut mendengar jawaban dari ibundanya.
"Aku tidak akan apa-apa. Mereka yang ingin melakukan sesuatu padaku akan berubah menjadi patung es sebelum sempat menyentuhku." Snowrya mengatakannya dengan penuh percaya diri ditambah dengan senyum angkuhnya.
"Tetap saja kita harus berjaga-jaga." Ibunda Snowrya mengusap pelan rambut Snowrya. Yang diusap malah semakin cemberut.
"Aku bisa melindungi diriku sendiri. Dan apa gunanya para prajurit itu? Bagaimana jika ada yang menyamar menjadi diriku, karena tidak ada yang pernah melihatku selain kalian?"
"Ry, kau pasti tahu sendiri bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Kau adalah pemilik elemen es. Semua orang tahu itu. Tidak ada yang memiliki elemen itu selain dirimu."
"Bagaimana jika ada yang memilikinya selain diriku?" Snowrya bergumam dengan wajah masam.
"Jangan bergumam! Sekarang ganti gaunmu, dan pakai tiaramu. Waktunya makan malam." Snowrya pun berjalan gontai menuju lemari yang langsung terhubung dengan ruang untuk berganti pakaian, sedangkan ibunda Snowrya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku anak tunggalnya itu. Entah apa yang akan dikatakan penduduk Legia jika melihat putri Legia, calon ratu Legia, bertingkah laku seperti ini.
❄️❄️❄️
Snowrya berjalan menuju meja makan kerajaan. Meja makan itu berbentuk persegi panjang dengan corak emas dan ukiran-ukiran yang indah, tidak lupa lilin-lilin yang sudah menyala, juga piring, sendok, garpu, pisau, dan gelas yang tersusun rapi. Makanan pun sudah dihidangkan di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Princess [END][REVISI]
FantasyKerajaan Legia terkenal dengan kebiasaan mereka mengurung putra dan putri mahkota mereka di sebuah menara. Tidak ada siapapun yang pernah melihat mereka kecuali raja dan ratu. Mereka tidak tahu, kebiasaan itulah yang akan membawa masalah pada mereka...