Kabar yang mengejutkan Snowrya di pagi yang sejuk ini adalah, nyonya pemilik toko ternyata adalah ibunya Revir! Bagaimana mungkin Snowrya bisa mempercayainya. Kepribadian Revir yang membuat Snowrya kesal itu berbanding terbalik dengan nyonya pemilik toko yang ramah. Snowrya juga baru mengetahui kalau ayah Revir menghilang entah kemana.
Snowrya mengetahui banyak tentang keluarga Revir berkat kebaikan hati nyonya pemilik toko yang mengundangnya untuk sarapan bersama sambil bercerita macam-macam hal. Snowrya sendiri menghindari topik yang berkaitan dengannya. Dan tampaknya Snowrya berhasil.
Setelah selesai sarapan, Snowrya pun pamit pulang ke rumahnya. Saat Snowrya akan pergi entah kemanapun kakinya berjalan, Revir tiba-tiba datang menghentikan Snowrya.
"Tadi malam, kenapa kau...?" Revir menjeda kalimatnya, membuat Snowrya memiringkan sedikit kepalanya dengan tatapan bingung.
"Ya, aku kenapa?"
Revir menatap datar, sangat datar. Setelah seperkian detik barulah Revir melanjutkan kata-katanya, "Tidak. Tidak jadi."
Awalnya Snowrya merasa sedikit bingung dengan Revir, tapi perasaan itu segera dia enyahkan. Sambil menggidikkan bahu Snowrya berkata pada Revir, "Hm… Ya, sudah. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa." Snowrya pun pergi meninggalkan Revir yang masih menatap datar dirinya.
Sesaat kemudian Snowrya merasa aneh dengan kata-kata yang dia tujukan kepada Revir tadi. Tapi Snowrya tidak tahu, bagian mana dari kata-katanya tadi yang membuatnya terasa aneh.
Snowrya yang terus memikirkan kata-katanya tadi tidak menyadari kalau dirinya berjalan memasuki jalan-jalan kecil yang jarang dilalui orang. Tanpa sengaja Snowrya menabrak seorang gadis yang lebih muda darinya sampai-sampai dia dan gadis itu terduduk jatuh di atas tanah. Setelah berdiri, Snowrya membantu gadis itu berdiri dengan mengulurkan tangan kanannya. "Apa kau terluka?"
Gadis itu dengan ragu menyambut uluran tangan Snowrya. Setelah berdiri, dia mengeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Snowrya memperhatikan gadis di hadapannya. Gadis itu memiliki rambut pendek keriting berwarna coklat gelap. Manik matanya berwarna coklat keemasan. Snowrya merasa pernah melihat gadis di hadapannya ini di suatu tempat.
Saat Snowrya ingin bertanya apa mereka pernah bertemu, gadis itu mencengkram lengan baju Snowrya. Gadis itu menatap wajah Snowrya dengan ekpresi ketakutan. Snowrya pun tersentak melihat raut wajah gadis itu.
Dengan suara bergetar gadis itu berkata ketakutan pada Snowrya, "To... tolong!" Tangan Snowrya terulur ingin menyentuh pundak gadis itu untuk menenangkannya, tapi sayangnya tangan Snowrya terhenti karena 2 orang pria yang tiba-tiba ada di depannya dengan terengah-engah.
Dua orang itu menatap garang ke arah Snowrya dan gadis itu, sementara gadis itu semakin mengeratkan cengkramannya pada lengan Snowrya.
"Akhirnya kau tertangkap juga." Salah satu dari 2 orang itu, yang berbadan kekar, berbicara. Snowrya menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya.
Dengan senyum ramah yang dibuat-buat, Snowrya berbicara pada mereka. "Kalian siapa, ya? Ada perlu apa?"
Mereka menatap tidak suka pada Snowrya. "Minggir kau, Bocah! Kami ada urusan dengan anak di belakangmu itu," kata yang satunya lagi yang memiliki perawakan kecil seperti anak-anak.
Tangan Snowrya terkepal menahan amarah. Mana mau Snowrya dikatakan bocah pada orang yang lebih cocok dikatakan itu daripada dirinya. Lagi pula tinggi Snowrya itu rata-rata.
Snowrya tertawa hambar dengan pelan. "Kalau kalian menginginkan gadis ini, kalian harus melewatiku dahulu." Snowrya tersenyum dengan kedua mata melengkung. Snowrya pun mengingatkan pada dirinya sendiri untuk hanya memakai elemen angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Princess [END][REVISI]
FantasyKerajaan Legia terkenal dengan kebiasaan mereka mengurung putra dan putri mahkota mereka di sebuah menara. Tidak ada siapapun yang pernah melihat mereka kecuali raja dan ratu. Mereka tidak tahu, kebiasaan itulah yang akan membawa masalah pada mereka...