"Haahh… Huuhh…," bunyi suara napas Snowrya yang terengah-engah.
Saat ini Snowrya berada di tengah-tengah penduduk yang sedang berjalan-jalan di pagi hari, namun tidak ada yang menyadarinya. Tentu saja, karena mantra Snowrya masih bekerja. Kapasitas sihir milik Snowrya memang besar, berbeda dari kebanyakan orang.
Snowrya melihat sekeliling, hanya ada beberapa toko saja yang baru buka. Lalu tanpa sengaja, tatapannya menemukan sebuah toko yang menjual pakaian untuk rakyat biasa. Tanpa pikir panjang Snowrya berjalan masuk ke arah toko itu. Tapi sebelum masuk, Snowrya pergi ke jalan kecil di dekat toko itu kemudian melepaskan mantranya.
Memang kapasitas sihir milik Snowrya besar, tetapi Snowrya telah memakainya sejak dari gerbang istana sampai sejauh ini dengan kaki telanjang dan dari awal pagi tadi sampai sekarang. Wajar saja jika sekarang tenaga Snowrya hampir habis. Jika saja itu orang lain mungkin orang tersebut sudah pingsan atau bahkan mati.
Sebuah mantra hanya akan hilang jika orang yang membaca mantra melepaskan mantranya atau mati. Mantra kesunyian yang Snowrya pakai di menara sudah dia lepas sedari tadi sejak dia meloncat dari menaranya.
Perlahan tubuh Snowrya kembali terlihat. Saat seluruh tubuhnya telah terlihat, dengan cepat Snowrya masuk ke dalam toko itu. Di dalam toko itu hanya ada Snowrya, bahkan pemilik toko saja tidak terlihat.
Snowrya duduk di kursi yang ada menunggu sang pemilik toko. Tidak berapa lama kemudian, seorang laki-laki yang kira-kira seumuran dengan Snowrya keluar dari dalam.
Laki-laki itu berparas rupawan. Kulitnya putih bersih, garis wajahnya tegas, hidungnya mancung, tatapan matanya yang tajam setajam sebuah pedang, manik matanya yang berwarna merah seperti ruby dan rambutnya yang hitam acak-acakan itu entah kenapa membuat Snowrya merasa gemas terhadapnya.
"A… anu… Apa kamu pemilik toko ini?" Snowrya akhirnya bersuara seraya berdiri dari duduknya.
Laki-laki itu memandang Snowrya dengan tatapan menilai. Snowrya mengerutkan keningnya heran. Apa begitu cara orang-orang menatap orang yang pertama kali mereka lihat?
Sebelum Snowrya sempat menyatakan ketidaknyamanan atas tatapannya, laki-laki itu kembali masuk ke dalam. Snowrya yang sempat kebingungan menggembungkan pipinya kesal yang malah membuatnya terlihat imut.
Tiba-tiba, keluarlah seorang ibu-ibu dengan postur tubuh besar. Raut mukanya yang ramah membuat Snowrya tersenyum dengan sendirinya.
"Apa ada yang ingin kamu beli?" Ibu itu bertanya ramah disertai senyuman hangat. Saat itu pula Snowrya berpikir kalau ibu di depannya ini adalah pemilik toko.
"Emm… Apa aku bisa menukar gaun ini dengan pakaian yang nyonya jual?" Snowrya bertanya dengan gugup. Tidak boleh ada yang tahu kalau dia adalah putri Kerajaan Legia.
Nyonya pemilik toko memandang gaun tidur yang dikenakan Snowrya dengan tatapan menilai. "Darimana kamu mendapatkan gaun ini?"
Wajar saja nyonya pemilik toko bertanya, rakyat biasa tidak mungkin memiliki gaun tidur semewah itu.
"Emm... Seorang bangsawan baik hati memberiku gaun ini." Untung saja Snowrya sudah memikirkan jawaban jika saja nyonya itu bertanya.
Raut wajah nyonya pemilik toko menunjukkan ketidakpercayaan. "Lihatlah pakaian yang kujual, sangat lusuh. Bahkan jika semua pakaian yang kujual ini ditukar dengan dengan gaunmu itu tetap tidak sebanding. Kamu bisa menukarkan gaun itu dengan yang lebih bagus dibanding pakaian-pakaian yang kujual."
"Tidak apa." Snowrya menggelengkan kepalanya. "Aku hanya perlu satu pakaian dan sepasang sepatu." Snowrya tersenyum manis.
"Tapi aku akan merasa tidak nyaman." Snowrya berpikir keras bagaimana caranya agar nyonya pemilik toko mau menukarkan gaunnya dengan pakaian yang dia jual.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Princess [END][REVISI]
FantasyKerajaan Legia terkenal dengan kebiasaan mereka mengurung putra dan putri mahkota mereka di sebuah menara. Tidak ada siapapun yang pernah melihat mereka kecuali raja dan ratu. Mereka tidak tahu, kebiasaan itulah yang akan membawa masalah pada mereka...