Warning! Epilog memakai sudut pandang Claeren/Clae/Noel.
Selamat membaca...
***
Aku pergi menuju istana. Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi kami. Hari ini, kami akan berkumpul bersama.
Aku memanggil kepala dayang istana yang tidak sengaja kutemui. "Di mana Ryea?" Yah, sekarang aku bisa dengan bebas memanggil Ryea dengan nama yang kuberikan ini. Semua atas kerja keras Ryea yang mengubah peraturan yang menurutku sangat memuakkan dan tidak berguna ini dari kerajaan.
"Yang Mulia Ratu sedang sibuk mengerjakan tugas Beliau. Apa mau saya panggilkan?"
"Tidak, tidak perlu. Aku akan menunggu yang lain saja dulu. Kalau yang lain sudang datang baru beritahu Ryea." Ya, aku tidak ingin mengganggu Ryea. Dia pasti sedang sangat sibuk. Lebih baik biarkan dia bekerja lebih dulu.
Aku pun berjalan menuju taman yang menjadi tempat kami selalu berkumpul. Di dekat taman itu ada sebuah danau dengan jembatan yang indah memutus danau itu. Aku pun berjan ke sana.
Aku tiba di tengah jembatan. Aku menopang kepalaku dengan tangan kiriku. Aku menatap datar ke permukaan air danau itu yang sangat biru. Bunga-bunga tumbuh indah dan terawat di danau ini. Banyak hal yang sudah berlalu. Tentu ada yang baik juga ada yang tidak baik. Namun bagiku, semua sama saja semenjak aku mendengar kabar itu dari mulut Ryea secara langsung.
Di saat aku memikirkan semua kenangan buruk yang ada sampai sekarang, seseorang menepuk pelan bahu kananku. Aku menoleh dan menemukan si bocah brengsek di sana. Seperti biasa, raut wajahnya tidak pernah berubah, selalu datar.
Aku kembali memperhatikan air dan bunga yang ada di danau. "Kau terlalu dingin padaku paman." Lihat, sampai sekarang dia masih saja menyebutku paman dengan wajah datarnya iu. Dia mengataiku kejam, tapi, bukankah dia yang lebih kejam dariku.
"Yang lain belum datang?" Dia ikut memperhatikan danau yanh ada di bawah kami.
"Ya. Hanya ada kita berdua saat ini. Ryea sedang sibuk mengerjakan tugas-tugasnya. Aku menyuruh kepala dayang istana agar memberitahunya setelah semua tiba."
Terjadi keheningan. Bagi kami, keheningan ini biasa-biasa saja. Kami tidak pernah canggung dengan keheningan yang ada di antara kami. Tapi, bagi Ryea pasti sangat canggung. Dia akan mencari topik baru agar keheningan ini menghilang. Sama seperti saat pertama kali itu. Saat aku dan bocah brengsek ini pertama kali berkenalan. Mungkin lebih tepatnya dikenalkan oleh Ryea.
Aku beralih dari menatap danau menjadi menatap cincin yang ada di jari manis tangan kiri si bocah brengsek. Cincin itu benar-benar tidak kusangka akan ada di sana. "Aku benar-benar tidak menyangka." Aku membuka suaraku setelah kembali beralih menatap entah apa yang ada di depan.
Aku bisa merasakan si bocah brengsek sedang menatap ke arahku. Sepertinya dia bingung dengan ucapanku. " Aku tidak menyangka, kau akan bertunangan dengannya dan akan segera menikah." Aku menyambung perkataanku.
Lagi-lagi, aku dapat merasakannya ikut menatap entah apa yang ada di depan kami. "Ya, aku juga tidak menyangka." Wah, ini benar-benar mengejutkan, kukira dia akan mengacuhkan perkataanku.
Banyak hal yang sudah berubah, contohnya seperti yang kukatakan tadi peraturan kerajaan yang dibuat oleh Ryea. Gadis bernama Sanga yang berpetualang dan akan sekali-kali kembali ke kerajaan ini. Kedekatanku dengan si bocah brengsek. Dan juga, bocah brengsek ini yang akan segera menikah.
"Bagaimana dengan paman?" Si bocah brengsek membuka suara setelah keheningan sesaat. Benar-benar jarang dia melakukan ini. Apa efek dari akan segera berumah tangga, ya?
"Aku tidak mengerti maksudmu." Ya, seringkali ucapan bocah brengsek ini tidak dapat dipahami karena terlalu singkat juga tidak jelas. Bahkan Ryea juga mengatakan hal yang sama sepertiku.
Dia menghela napas kasar. Aku tahu bahwa itu adalah kebiasaannya ketika kesal. Kadang dia kesal harus mengulang apa yang dia katakan. "Apa paman tidak ingin menikah dan ingin terus sendiri? Banyak perempuan yang tertarik pada paman. Bahkan orang itu juga. Sepertinya dia menyukai paman. Kasian sekali dia terus menanti paman." Rekor! Ini rekornya berbicara denganku.
Aku mengerti siapa yang dimaksud si bocah brengsek ini padaku, Olderia Earinza. Sejak lama aku tahu kalau dia menyukaiku. Tapi, aku hanya menyukai Ryea. Meski Ryea akan segera menikah, aku tetap tidak bisa menyukai orang lain selain dirinya.
"Ya, aku tahu kalau dia menyukaiku. Tapi, seperti yang kau tahu. Aku hanya menyukai Ryea. Aku tidak bisa menyukai orang lain selain dirinya."
Si bocah brengsek kembali menghela napas kasar. "Makanya, buka hatimu untuk orang lain, sama sepertiku."
Aku tersenyum miring menanggapi kata-katanya. "Kau tidak perlu berbohong padaku. Kau masih merasa sakit hati saat tahu Ryea bertunangan bukan?"
Ya, itu kabar mengejutkan untuk kami semua. Bukan hanya bagiku dan juga bocah brengsek, tapi Olderia dan Sanga juga. Kami benar-benar tidak menyangka Ryea akan bertunangan dengan pangeran ketiga Kerajaan Adore. Saat itu Ryea menghadiri undangam pesta yang diselenggarakan oleh kerajaan itu sebagai Ratu dari Kerajaan Legia. Di sanalah Ryea bertemu dengan pangeran itu. Yah, mereka memang menjadi dekat sejak saat itu, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bertunangan tepat satu setengah tahun yang lalu. Itu benar-benar berita yang sangat buruk untukku.
"Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana kau dan Sanga bisa sampai bertunangan dan akan segera menikah. Padahal sifat kalian benar-benar kelihatan tidak dapat bersama. Jangankan bersama, berbicara saja tidak." Aku mencoba mengalihkan pikiranku sendiri dengan berbicara dengan bocah brengsek.
"Urus saja urusanmu sendiri." Sudah kuduga dia akan berbicara seperti itu. Setiap ada pertanyaan bagaimana dia dan Sanga dapat bertunangan dia akan diam ataupun berbicara seperti ini. Aku penasaran, tapi, hatiku benar-benar sakit sampai-sampai aku tidak mau mencari tahu tentang apapun lagi.
Terjadi keheningan lagi. Kali ini, tidak ada yang berbicara lagi sampai Olderia dan Sanga datang. Kami menunggu Ryea sambil duduk lebih dulu.
Makanan ringan dan teh disediakan selagi kami menunggu. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hanya minum ataupun memakan makanan yang disediakan. Itu adalah peraturan tidak tertulis yang hanya ada di antara kami berempat. 'Tidak akan ada pembicaraan sebelum Ryea datang.' Peraturan itu ada karena baik aku ataupun si bocah brengsek yang akan memulai pembicaraan. Sedangkan Olderia dan Sanga tidak pernah bisa memulai pembicaraan karena canggung dengan kami.
Sampai sekarang, Ryea tidak pernah mengetahui tentang ini, dan semoga dia tidak akan pernah mengetahuinya. Karena penyebab sebenarnya adalah, dirinya sendiri.
END
~31 Mei 2020~
Sekarang kalian pilih, mau aku beri chapter bonus pertemuan Snowrya dengan tunangannya, atau kita bahas fakta-fakta yang ada di The Real Princess tapi kurang jelas. Bakal aku tulis nanti sih, suatu saat. Entah kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Princess [END][REVISI]
FantasyKerajaan Legia terkenal dengan kebiasaan mereka mengurung putra dan putri mahkota mereka di sebuah menara. Tidak ada siapapun yang pernah melihat mereka kecuali raja dan ratu. Mereka tidak tahu, kebiasaan itulah yang akan membawa masalah pada mereka...