Chapter 10

98 22 19
                                    

Warning! Chapter ini dikhususkan untuk kilas balik Sanga dan memakai sudut pandang Sanga. Silahkan membaca agar tahu masa lalu Sanga dan apa yang dipikirkannya tentang Snowrya.

Selamat membaca...

***

Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Yang aku ingat, aku sudah menjadi gelandangan sejak aku bisa mengingat. Aku tidak tahu siapa orang yang sudah membesarkanku, yang aku ingat hanya aku yang terlunta-lunta mencari makan agar bisa terus hidup.

Aku hidup dan tinggal di kota Vixilde. Itu adalah satu-satunya kota yang ada di bagian selatan Kerajaan Legia. Kota yang besar yang dipenuhi orang-orang sepertiku. Orang-orang yang lebih rendah dan susah dibanding rakyat biasa.

Kota Vixilde adalah sebuah kota kumuh yang tidak bisa kau bayangkan betapa kumuhnya itu, yang tidak ada seorang pun yang mau berwisata ke tempat seperti ini. Bayangkan tempat pembuangan sampah, seperti itulah kotaku, bahkan lebih parah dari pembuangan sampah.

Memang kadang ada orang yang mau pergi ke tempat kumuh seperti ini untuk mencari budak agar bisa dijual kepada bangsawan. Banyak orang yang berharap agar dipilih menjadi budak, termasuk aku sendiri. Menjadi budak tentu lebih nyaman dibanding tinggal di kota ini. Setidaknya kau punya tempat untuk tidur dan punya sesuatu untuk dimakan. Tidak seperti di tempat ini. Kau bisa mati kapan saja jika kau sedang tidak beruntung.

Hari ini sepertinya aku sedang beruntung. Seorang pedagang budak datang dan memilihku untuk dijual. Aku akan baik-baik saja selama aku diam dan menuruti apa kata mereka.

Aku dibawa ke kota Retial, itu adalah ibukota. Ibukota benar-benar berbeda dengan kotaku. Disini sangat rapi. Penuh dengan orang-orang. Bau-bau bercampur menjadi satu. Terlihat sangat sejuk.

Aku dan budak lainnya dibawa ke ruang bawah tanah di suatu bangunan. Kami dimasukkan ke dalam satu penjara yang penuh dengan orang. Kami diberi makan roti yang keras sehari sekali. Bagiku itu sudah cukup. Aku bahkan tidak bisa membayangkan aku dapat memakan makanan setiap hari walau cuma sekali.

Satu bulan sejak mereka membawaku kemari seseorang datang. Kami disuruh untuk duduk dan kami tidak diperbolehkan untuk berdiri. Orang yang datang itu adalah seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua dariku dengan rambut lurus berwarna coklat terang. Dia memakai gaun berwarna coklat seperti rambutnya dan kuning. Di sebelahnya seorang pria gemuk yang berumur sekitar 35 tahunan memakai jas berwarna hitam. Sepertinya dia adalah ayah perempuan itu.

"Nah, pilihlah yang kau mau Evelyna sayang." Pria itu berbicara pada perempuan itu.

Perempuan bernama Evelyna itu tampak berjalan-jalan melihat kami. Apa salah satu dari kami akan mendapat majikan dan keluar dari tempat sempit dan remang ini?

Evelyna berhenti tepat di depanku. Manik mata kami saling bertemu. Aku bisa melihat manik matanya yang berwarna coklat keemasan sama sepertiku. Aku tidak pernah melihat warna manik mataku, aku hanya mendengarnya dari orang-orang yang ada di sini.

Evelyna tersenyum. Dia kemudian menoleh ke arah ayahnya dan menunjukku dengan telunjuk tangan kirinya. "Aku memilihnya."

Pria yang selalu membawakan kami roti membuka pintu penjara dan menarikku dengan kasar. "Mulai sekarang dia adalah majikanmu. Kau harus baik-baik terhadapnya! Jangan melawannya! Kau harus memanggilnya nona!" Dia berbisik pelan di telingaku saat membawaku pada orang yang telah memilih dan membeliku. Aku mengangguk pelan.

Pria gemuk, ayah nona Evelyna itu, mengeluarkan kantung berisi uang dan menyerahkannya pada pria yang membawaku keluar. Dia tampak menimbang-nimbang kantung uang yang diberi ayah Evelyna. Kemudian dia tersenyum lebar. "Senang berbisnis dengan Anda, Baron Carter."

The Real Princess [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang