Chapter 3

168 25 20
                                    

Snowrya sampai di depan pemakaman. Sebenarnya Snowrya ingin masuk, tetapi 2 orang prajurit menghalanginya. Dua orang prajurit yang sama saat Snowrya kabur dari menaranya.

"Kenapa kalian menghalangi jalanku?" tanya Snowrya dengan wajah cemberut.

"Kamu tidak boleh masuk. Hanya anggota kerajaan dan bangsawan saja yang boleh masuk. Lagi pula upacara pemakaman Raja dan Ratu belum dimulai. Saat itu kamu boleh mengikutinya di luar area pemakaman." Salah satu dari mereka berbicara pada Snowrya. Snowrya menatap mereka tajam.

Beberapa saat menatap tajam mereka Snowrya menghela napas, kemudian berjalan pergi. Snowrya tidak bisa menyalahkan mereka berdua karena mereka berdua tidak bersalah. Snowrya hanya bisa menyalahkan aturan yang ada di kerajaannya.

Snowrya pergi cukup jauh dari sana, ke tempat yang tidak ada orang. Kemudian Snowrya membaca kembali mantra persembunyian. Setelah sepenuhnya menghilang Snowrya berjalan masuk ke pemakaman melewati dua prajurit itu. Kali ini Snowrya sangat berhati-hati agar tidak menginjak ranting atau apapun itu yang dapat membuat suara, suara yang cukup keras untuk membuat dua prajurit itu sadar.

Snowrya menaiki sebuah pohon yang cukup lebat untuk menyembunyikannya.

"Angin bersamaku sebentar." Mantra elemen ini dapat membuat pembacanya terbang dalam waktu yang sangat singkat.

Dengan mantra elemen ini Snowrya terbang menuju salah satu dahan pohon itu. Snowrya pun menunggu di sana sampai upacara dimulai.

~//~

Upacara telah selesai, banyak orang yang kembali ke rumah mereka walau ada juga yang masih berada di pemakaman.

Dari atas pohon, Snowrya dapat melihat Uskup Agung sedang berbicara dengan Duke Ringkeroia, ayah Clae, sepupu Snowrya.

Snowrya tidak bisa mendengar percakapan mereka, hanya kata-kata 'tidak boleh diganggu siapapun' yang berhasil ditangkap oleh indra pendengaran Snowrya.

Snowrya membaca mantra persembunyian, turun dari pohon dan pergi dari pemakaman. Untuk apa juga Snowrya berdiam diri di sana. Snowrya tidak begitu peduli dengan percakapan Uskup Agung dan Duke Ringkeroia, urusan Snowrya di sana pun telah usai.

/~//~/

Uskup Agung tiba-tiba mendatangi kami, aku dan ayahku, sesaat setelah banyak orang yang pergi.

Kalau harus kukatakan aku sangat membenci makhluk di depanku ini, dia seenaknya sendiri. Dia pikir posisinya setara dengan Raja? Jangan bercanda!

"Po...pokoknya, tidak ada yang boleh mendekati Tuan Putri sampai hari kedewasaan." Sudah kubilang, makhluk di depanku ini sangat menyebalkan.

"Aku tidak terima! Punya hak apa kalian mengurung Putri Snowrya?!!"

"Kami tidak mengurungnya, ini demi kebaikan Tuan Putri." Aku semakin geram makhluk ini benar-benar minta dibunuh. Aku harus pergi sekarang sebelum aku benar-benar membunuhnya.

"Ayah, saya meminta izin kembali lebih dulu." Ayah tidak menjawab hanya tersenyum seperti biasanya dan mengangguk ke arahku. Aku pun menaiki kereta kuda berlambang keluargaku dan pergi dari sini.

Benar juga, aku lupa memperkenalkan diriku pada kalian karena sangat kesal dengan Uskup Agung sialan itu.

Namaku Claeren Ringkeroia. Keluargaku memanggilku Clae. Dan Ryea memanggilku Noel. Ryea adalah nama panggilan yang kuberikan untuk sepupuku.

The Real Princess [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang