4. Kehidupan Baru (3)

2K 186 10
                                    

Melihat ayahnya yang tidak kembali, Riku menjadi khawatir. Ia lantas nekat pergi ke kediaman Nagi untuk bertanya pada kakaknya perihal sang ayah. Cuaca sangat dingin, terlebih saat itu malam sudah tiba. Namun demikian, Riku tetap mencari Seto.

Riku tidak peduli dengan dadanya yang semakin sesak. Ia bertekad untuk segera sampai di kediaman Nagi. Pandangan Riku mulai mengabur saat halaman rumah Nagi mulai terlihat.
Penjaga pintu melihat Riku yang berlarian, segera melapor ke dalam rumah, sementara rekan kerjanya berlari mendekati Riku.

Dada Riku semakin sesak, nafasnya semakin berat, penglihatannya semakin gelap. Tangannya ia ulurkan sambil memanggil satu nama, sebelum semuanya menjadi gelap.

Nagi dan kakaknya segera berlari ke luar rumah saat mendapat laporan dari penjaga. Mereka terkejut saat penjaganya yang lain berlari sambil membawa Riku dalam punggungnya.

Dokter keluarga segera datang dan memeriksa keadaan Riku. Selang oksigen dipasang untuk membantu Riku bernafas. Selimut tebal, dipakaikan pada tubuh Riku yang dingin.

Nagi menatap Riku dengan sedih, deru nafasnya yang berat seolah menyayat hati Nagi. Nagi dan kakaknya paham, hal apa yang membuat Riku nekad berlari ke rumahnya di cuaca yang dingin malam ini. Nagi dan kakaknya tidak tahu harus menjelaskan apa ketika Riku sadar nantinya.

3 hari, Riku tak sadarkan diri. Setelah sadar, Riku hanya merasa asing dengan ruangan yang di tempatinya.

"Riku" panggil Nagi ketika melihat Riku membuka matanya.
Riku menoleh ke arah suara dan melihat Nagi yang berdiri dengan cemas di dekatnya.

Hari demi hari berganti, kondisi Riku kian membaik. Tapi, Riku menjadi pendiam. Senyum manis dan tawanya menghilang. Meski dikatakan membaik, Riku tidak bisa meninggalkan tempat tidur karena tubuhnya lemah. Riku menolak makan dan bicara. Ia hanya ingin ayahnya kembali.

Rasa kesepian karena ditinggalkan, melanda hati Riku. Ingatan saat kecil ketika ditinggal kakak kembarnya dan kematian kedua orang tuanya, merayap dalam hati Riku. Perlahan Riku mulai ketakutan. Takut sendirian, takut ditinggal untuk ketiga kalinya.

Air mata Riku kembali turun, Riku terisak dan terus terisak. Membuat dadanya kembali sesak. Riku ketakutan. Tubuhnya meringsek di sudut tempat tidur. Memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya. Ia menangis ketakutan.

Nagi memasuki kamar yang disediakan untuk Riku, ia begitu terkejut saat melihat Riku yang menangis dan ketakutan di sudut tempat tidur.

"Riku, kau baik-baik saja?" tanya Nagi sambil mendekati Riku.
Riku membelalakkan matanya dan menepis tangan Nagi, lalu mulai menangis dan berteriak.
Mendengar suara teriakan dari kamar Riku, Seto bergegas masuk, dan melihat Riku yang menangis ketakutan. Dilihatnya Nagi yang berusaha menenangkan Riku, tapi Riku menolaknya.

Melihat hal itu, Seto segera mengambil alih. Secara bergantian mereka berusaha menangkan Riku. Meski berontak, akhirnya Riku tenang setelah Seto dan Nagi memberinya pelukan.

Keesokan paginya, Riku tersadar. Dilihatnya Nagi dan Seto yang tidur menemaninya.

"Nagi, Seto-niisama" panggil Riku lirih. Dua orang yang namanya disebut terbangun dan bergegas mendekati Riku.

"Riku, kau baik-baik saja?" tanya Nagi.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Seto.

"Aku baik-baik saja, maaf membuat kalian khawatir" balas Riku lirih.

"Beristirahatlah, aku akan meminta pelayan membawakan sarapan untukmu. Nagi, kau jaga Riku dengan benar" ucap Seto kemudian meninggalkan mereka.

Dengan telaten Nagi dan kakaknya merawat Riku yang sedang terpuruk dan lemah.

Twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang