V

32 2 0
                                    


****

"Emm, lu mau pulang bareng gue?" tanya Vano.

"Sorry Van. Gue ada kerja kelompok di rumah Iqbal." ucap Nadya menolak.

"Iqbal?" tanya Vano. Nadya hanya mengangguk. "Oh yaudah Nad. It's ok kok." ucap Vano tersenyum tipis.

"Yaya duluan." ucap Nadya lalu pergi meninggalkan Vano.

****

Setelah cukup lama menunggu Nadya. Akhirnya datang juga.

Terlihat Nadya datang dengan nafas terengah-engah.

"Sorry Bal, tadi di ajak ngobrol dulu sama Vano." ucap Nadya.

"Yaudah cepet naik, ngulur waktu aja." sahut Iqbal yang menyalakan mesin motornya. Nadya pun langsung naik ke atas motor.

Setelah beberapa menit di perjalanan, mereka pun sampai di depan perkarangan rumah Iqbal.

Ckittt...

Iqbal berhenti mendadak dan Nadya refleks memeluk Iqbal.

"Ups, maaf Bal." ucap Nadya yang segera menarik tangannya dan turun dari motor Iqbal.

Iqbal dan Nadya pun memasuki rumah Iqbal dan di sambut oleh Agatha–mama Iqbal.

Iqbal mencium tangan Agatha dan disusul oleh Nadya.

"Akhirnya pulang. Siapa tuh Ba?" tanya Agatha. 

"Dia Nadya, ma." jawab Iqbal.

"Nadya tante." ucap Nadya tersenyum.

"Pacar Baba?" tanya Agatha yang membuat Nadya menyernyitkan dahinya.

"Baba siapa tante?" ucap Nadya bertanya balik.

"Maksud tante, Iqbal." jawab Agatha.

"Yaya temen Iqbal tante." ucap Nadya tersenyum.

"Mama ngobrol nya lanjut di dalem. Masa anaknya nggak disuruh masuk dulu." ucap Iqbal yang menyela obrolan Nadya dan Agatha.

"Ayo masuk Nad," ucap Agatha yang langsung merangkul Nadya seperti sudah kenal lama. Iqbal hanya mengikuti dari belakang.

"Iqbal ganti baju dulu sana." ucap Agatha menyuruh Iqbal dan Iqbal pun langsung pergi ke kamarnya.

"Nadya sudah kenal lama dengan Iqbal?" tanya Agatha.

"Nggak kok tante, Yaya baru kenal." ucap Nadya tersenyum.

"Tapi kelihatan sudah lama dan kalian tuh lebih cocok dari temen." Agatha berbicara lagi.

Tiba tiba datanglah Jane-kakak Iqbal.

"Wih, siapa tuh ma? Pacarnya Baba?" ucap Jane heboh.

"Baru calon katanya." jawab Agatha.

"Eh bukan kok kak, aku temennya."

"Santai aja kali, lebih juga nggak dilarang."

Iqbal pun datang.

"Ehem ehem, nggak usah gibahin Iqbal gitu dong mah, kak." ucap Iqbal dengan percaya diri.

"Buset adek gue pede banget." celetuk Jane.

"Orang ganteng bebas kali." Jawab Iqbal.

"Ayo nad, jangan disini. Banyak setan." ucap Iqbal sambil mempertegas kata setan nya sambil menoleh ke arah kakaknya.

"Kampret lu dek." ucap Jane yang kesal dengan adeknya.

****

Iqbal dan Nadya berada di gazebo belakang rumah Iqbal. Iqbal yang sedang fokus mengajari Nadya yang masih belum paham dengan kimia.

"Paham?" tanya Iqbal menatap Nadya.

Nadya mengangguk dan masih tetap fokus kepada buku nya.

"Kalau belum, tanyain ke gue." ucap Iqbal.

"Udah kok Bal. Makasih by the way." jawab Nadya sambil tersenyum.

Nadya melirik jam tangan pink peach nya itu, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.15 wib.

"Iqbal, kaya nya gue cuma bisa sampai jam segini, bunda gue takut nyariin." ucap Nadya yang membereskan barangnya.

"Oh yaudah. Pulang naik apa?" Iqbal bertanya.

"Sendiri aja nggak apa apa. Naik taksi bisa kok." jawab Nadya yang berjalan menuju ruang tengah rumah Iqbal untuk pamit kepada mama nya Iqbal.

"Tante, Nadya pulang dulu, udah sore." ucap Nadya yang menghampiri Agatha dan menyalimi nya.

"Nggak makan dulu Nad?" tanya Agatha.

"Nggak tante makasih." jawab Nadya tersenyum.

"Oh oke. Di antar Baba kan?" tanya Agatha lagi.

"Nggak tante, Nadya naik taksi." ucap Nadya.

"Emang bener bener ya si Iqbal. Gimana mau punya cewek." ucap Agatha menggerutu. "IQBAL SINI!" teriak Agatha–Sang mama.

Iqbal berjalan ke arah Agatha berada. "Kenapa mama?" tanya Iqbal yang memainkan ponselnya.

"Antar Nadya pulang, masa di suruh naik taksi." ucap Agatha menyuruh Iqbal.

"Kan tadi dia yang mau ma," ucap Iqbal dengan tampang polos.

"Cepet ganti baju, antar dia terusnya." ucap Agatha.

"Siap bu bos." sahut Iqbal menurut kepada mama nya. Iqbal langsung mengambil jaket dan kunci motornya.

"Iqbal berangkat dulu mama." ucap Iqbal.

"Hati hati, jangan ngebut."

****

"Naik." suruh Iqbal yang sudah menyalakan motornya.

Nadya pun naik.

"Pegangan woy." ucap Iqbal lagi. Nadya pun memegang sisi jok motor.

"Bukan ke situ," ucap Iqbal yang menarik tangan Nadya dan menaruh nya di pinggangnya. "Pegangan yang bener nanti jatuh." ucapnya kembali.

Nadya hanya diam, sedang merasakan degupan jantungnya yang berdetak lebih cepat.

Bersambung.

MY PERFECT BOY {Na Jaemin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang