XX

4 1 0
                                    

"Nilai terbesar kedua jatuh kepada Nadya dengan nilai 95, dan terbesar pertama yaitu Iqbal dengan nilai 98." ucap Pak Raga.

Seluruh siswa Mipa 2 pun bertepuk tangan.

"Mimpi apa Keysha gue 95? Meninggal aja gue."

"Heh, malah meninggal." ucap Keysha.

"Untuk Iqbal dan Nadya, saya harap kamu persiapkan diri untuk seleksi besok." ucap Pak Raga. "Oke karena bapak ada urusan, kalian di perbolehkan istirahat lebih dulu." lanjut Pak Raga melenggang pergi keluar kelas.

Iqbal pun melangkah menuju bangku Nadya. "Yaya mau ke kantin?"

Nadya sedang merapihkan bukunya. "Mau sebentar."

"Ohh sekarang dua sejoli nih, gue ditinggal oke." Keysha menyambar.

"Jomblo sih lu." ucap Iqbal terkekeh.

"Ledek teruss..." jawab Keysha sembari mencibir.

"Ayo yang, panas disini." ucap Iqbal yang menarik tangan Nadya dan meinggalkan kelas. Keysha geram dengan Iqbal.

****

Vano berjalan menuju kantin untuk membeli satu orange juice. Kebetulan saja Vano melihat ada Nadya disana yang sedang memesan.

"Ya mau gue bawain?" tanya Vano menawarkan bantuan nya karena melihat Nadya yang kesusahan membawa makanan dan minuman di tangannya.

"Makasih, nggak usah No, gue bisa bawa sendiri." jawab Nadya menolak secara halus.

"Biar gue yang bawa."

Iqbal langsung mengambil makanan di tangan Nadya.

"Nggak usah deket pacar gue." ucap Iqbal dengan nada menggertak.

Nadya pun langsung menandakan kepada Iqbal agar mereka kembali ke tempat duduknya. Iqbal menghiraukan Vano dan lebih memilih untuk menaruh makanannya.

"Itu Vano anak IPS kan?" tanya Iqbal menatap Nadya. "Kayaknya suka sama kamu." lanjut Iqbal.

"Yang penting Yaya kan suka nya sama Iqbal." sahut Nadya tersenyum sembari memakan mie ayam nya.

"Percaya sih." ucap Iqbal terkekeh. Nadya pun ikut terkekeh.

"WOI!"

Rey menggebrak meja dimanaIqbal dan Nadya duduk.

"Uhuk..uhukk..sat, Rey, gue keselek bego." ucap Iqbal yang terbatuk-batuk.

"Ya maaf bro refleks." sahut Rey dengan santai nya langsung duduk. Iqbal melanjutkan makannya lagi.

"Sama siapa Rey? Sendiri?" tanya Nadya yang melihat sekitarnya.

"Sama Keysha, lagi pesen dia."

Nadya mengangguk-angguk. Tak lama, Keysha pun datang.

"Hai Yaya, Iqbal."

Keysha langsung duduk di samping Nadya.

"Kalian berdua pacaran juga nih?" tanya Nadya seperti mengintrogasi.

"Kepo lu mak lampir." sahut Rey.

Iqbal pun menyambar. "Mak lampir pala lu botak. Mau gue bogem hm?"

"Ampun om Iqbal." ucap Rey terkekeh.

"Ah iya, kan bentar lagi kan naik kelas 12. Kalian ada rencana kuliah dimana?" tanya Keysha.

"Kalo gue sih kayak nya di Jakarta aja deh, deket deket aja." ucap Nadya.

"Gue sih udah tau kalo lu, Ya. Kalo lu, Bal?" tanya Keysha lagi melirik Iqbal.

"Gue di Semarang." sahut Iqbal tersenyum tipis.

"Loh jauh banget, nanti si Yaya lu putusin?" Keysha mengerutkan dahinya dan melirik Nadya yang seketika ekspresi nya berubah.

"Nggak lah, kan bisa ldr an, gue juga bakal sering balik ke Jakarta." sahut Iqbal lagi.

"Ehem, Keysha, gue sama Iqbal ke perpustakaan dulu ya, besok kan mau seleksi." ucap Nadya yang sudah berdiri dan tak lama Iqbal pun berdiri. "Kita duluan ya."

Nadya dan Iqbal pun meninggalkan kantin lalu berjalan menuju perpustakaan. Sesampainya diperpustakaan, Nadya dan Iqbal pun langsung mengambil buku yang dicari nya.

"Aku kesini ya." ucap Nadya kepada Iqbal.

Iqbal mengangguk. "Hati hati ya sayang." ucap Iqbal tersenyum manis sembari mengacak rambut Nadya. Nadya yang diperlakukan seperti itu pun, senyumnya mengembang.

Nadya pun berjalan menyusuri rak buku yang ia cari dan akhirnya ia menemui nya. Tapi sayangnya, buku itu tidak bisa digapai nya.

"Duh siapa yang taruh di atas sih." Nadya bergerutu sambil berjinjit berusaha mengambil buku itu. Tak lama, ada sesosok tangan kekar dari belakang nya, matanya bertemu dengan sepasang mata berwarna coklat. Lagi dan lagi Vano yang membantu nya.

"Buku yang lu cari kan?" ucap Vano memberikan buku nya. Nadya pun langsung mengambilnya. "Lain kali kalo kesusahan minta tolong." lanjutnya.

Nadya mengangguk. "Thanks ya Van." ucap Nadya tersenyum manis.

"Yaya.."

Ada suara yang memanggilnya dari belakang, Nadya pun menoleh, begitupun Vano. Iqbal pun menghampiri Nadya dan langsung menggenggam tangannya.

"Ngapain deketin cewek gue?" tanya Iqbal yang maju selangkah tepat dihadapan Vano.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY PERFECT BOY {Na Jaemin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang