XII

17 3 0
                                    


****

"Iqbal tante." ucap Iqbal sambil mencium tangan Mika.

"Pacar Nadya?" tanya Mika intens.

"Oh bukan bun, dia temen Yaya." Jawab Nadya kepada bundanya. Mika mengangguk.

"Saya pamit tante."

"Hati hati di jalan."

Iqbal pun meninggalkan perkarangan rumah Nadya.

"Dikira bunda Iqbal pacarmu, padahal anaknya sopan." ucap Mika sambil berjalan ke dalam rumah. Nadya hanya diam.

Saat mereka masuk ke dalam rumah, disambut Revan yangmeledek adiknya itu.

"Cie adek abang udah gede." goda Revan. "Bentar lagi juga dia yang antar jemput." lanjut Revan.

"Abang sok tau." ucap Nadya menjulurkan lidah. "Udah ah Yaya ganti baju dulu." lanjut Nadya yang berjalan ke kamarnya.

****

"Gimana sayang tanding nya?" tanya Agatha yang melihat Iqbal sedang duduk di sofa.

"Menang ma." jawab Iqbal.

"Cewek kamu nonton pasti?"

"Hah?"

"Nadya."

"Bukan cewek Iqbal ma,"

"Terus? Masa cuma temen."

"Hm, mama, kalau Iqbal suka sama orang wajar?" tanya Iqbal tiba tiba.

"Wajarlah, asal suka cewek aja. Jangan jangan kamu suka Nadya ya?" ucap Agatha menyelidiki Iqbal.

"Baba cuma nanya ma. Kok jadi Nadya." jawab Iqbal mendengus kesal.

"Mama siapin makan malem dulu deh." ucap Agatha yang pergi ke dapur.

Jane pun duduk bersebelahan dengan Iqbal. "Dek, gue mau cerita nih," ucap Jane kepada Iqbal.

"Hm."

"Jadi gini, gue lagi suka sama seseorang, dia baik banget sama gue sampe nganterin gue balik."

"Baik belum bisa menjamin bener sama lu kak." ucap Iqbal.

Biarpun Iqbal begitu cuek, kalau kakaknya bercerita pasti akan Iqbal kasih saran atau menjawab nya.

"Loh kok gitu?"

"Dia baik bisa aja buat deketin lu doang." jawab Iqbal yang sedang menonton tv.

"Ah lu mah nggak semangatin gue." ucap Jane. "Harus nya tuh, ayo kak semangat deketin balik! Gitu kek." lanjut Jane memperagai ucapan nya tadi dengan semangat.

"Hm."

"Ah gilak gue lama lama." ucap Jane yang langsung pergi.

****

Malam pun telah tiba, Nadya pun sedang mengerjakan tugas di meja belajarnya karena besok hari senin.

tok tok

"Masuk aja." ucap Nadya yang masih fokus mengerjakan tugasnya.

Seseorang pun nampak dari balik pintu. Revan.

"Dek, anter gue yuk?" ucap Revan menghampiri Nadya.

"Ogah udah malem."

"Ayo lah, mau anter tugas gue." ucap Revan memohon.

"Dih ogah. Itu tugas lu, gue juga ada tugas." jawab Nadya yang kekeh.

"Nanti gue beliin boneka gede dah." ucap Revan terpaksa untuk memancing adiknya itu.

"Serius?" tanya Nadya antusias. "Kalau gitu gue anter deh." ucap Nadya tersenyum lebar.

"Di sogok boneka gercep bener." cibir Revan.

"Oh yaudah nggak jadi." ucap Nadya yang ingin kembali duduk. Revan pun langsung menarik tangan nya membawa Nadya keluar dari kamar.

"Bercanda sayang, ayo."

Nadya dan Revan pun pergi setelah berpamitan kepada Mika dan Nathan. Setelah beberapa menit di perjalanan mereka pun sampai di tempat Revan berhenti. Sepertinya Nadya tidak asing dengan rumah ini.

"Bang ini rumah temen gue. Lu kenal?" tanya Nadya memastikan bahwa dia tak salah.

"Apa dah, orang ini rumah doi gue." sahut Revan melepaskan helm nya.

Nadya pun turun dari motor dan mengikuti abangnya. Revan pun memencet bel yang berada di dekat pagar.

Terlihat sosok paruh baya datang dari pintu rumah yang cukup besar ini.

"Eh yaya, ngapain malem malem kesini?" ucap Agatha. Ya tepat sekali, Nadya sekarang berada di rumah Iqbal bersama abangnya.

"Hum anu tan--"

Agatha pun membuka gerbangnya dan matanya tertuju pada Revan.

"Loh Revan juga disini?" tanya Agatha. "Kalian--"

"Saya sama Yaya adik-kakak tan." sahut Revan.

Agatha pun terkejut.


bersambung


MY PERFECT BOY {Na Jaemin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang