Happy reading
.
.
.Bobby dan Prita mendekati gue yang sedang duduk sendirian di kantin. Gue duduk sambil menikmati secangkir kopi susu instan.
Pikiran gue menrawang jauh, saat gue pertama kali jatuh cinta pada Mahesa. Lelaki tampan yang sialnya sahabat gila gue.
Perlakuan Mahesa yang cuek pada gue maupun Prita gak masalah bagi gue. Entah kenapa ada daya tarik sendiri. Pesona dia tidak kalah dengan Eleno.
Ah rasanya malu sendiri kalau gue pernah menyukai Mahesa. Malu karena kenapa gue bisa aja jatuh cinta sama dia.
"Cel, lo kenapa dah?" Tanya Prita. Gue memandangnya dan tersenyum. Memberikan sebuah undangan yang tertulis nama Mahesa dan Ivo.
"Ini?" Prita mengacungkan undangan itu dan gue mengangguk. "Lo patah hati?"
Gur tertawa dan menggeleng. Gue sadar banget, bahwa gak seharusnya cinta itu ada di diri gue. Gue akan menghilangkan rasa itu.
"Jadi?" Tanya Bobby yang menikmati kopi hitam miliknya.
"Gak ada yang spesial dan apapun itu. Gue gak patah hati juga. Gue cuma kepikiran kesana sama siapa" jawab gue menutupi diri sendiri.
"Kenapa gak sama bos?" Tanya Prita. Gue memutar bola mata malas.
Gue dan Eleno belum juga membaik. Kami masih gencatan senjata. Dia menyuruh gue ini itu dan gue melakukannya tanpa suara.
"Gak tahu. Eh gue balik ya, mau ke tempat lokasi syuting, si onta arab buat ulah lagi" kilah gue.
Sebenarnya gue tahu saat Mahesa masuk ke kantin tadi. Gue segera berdiri dan menyambar dompet fan hape tersayang gue.
"Lho Ta? Kok balik?" Gue mengangguk saat Mahesa bertanya.
"Mau ke lokasi syuting. Duluan Sa" gue setengah berlari menuju lift.
📁📁📁
Gue baru aja turun dari lift. Disana sudah ada wanita paruh baya sedang berdiri angkuh di depan meja Aneta. Aneta terlihat seperti ingin menangis. Gue menghampirinya.
"Mbak--" suara Aneta bergetar. Gue mengangguk.
"Kamu siapa lagi?" Tanya perempuan paruh baya itu pongah.
Ya Allah, kalau aja bunuh orang itu halal, udah gue bunuh yang kayak beginian.
"Dia sekretaris kan disini?" Gue mengangguk. "Kenapa dia berpenampilan seperti itu? Gak punya baju lagi?"
Aneta hanya bisa menunduk, gue memperhatikan pakaian yang dipakainya memang terlalu memperlihatkan lekuk ditubuhnya yang memang sexy dan menggoda.
"Kamu siapa?" Memperhatikan penampilan gue, lalu mengernyitkan keningnya.
"Sopan sih, tapi kuno" gue hanya diam tidak menjawab.
"Perkenalkan ibu, nama saya Lovata, saya asisten pribadi pak Eleno Rafif" perempuan paruh baya itu kaget.
"Saya ibunya El, dari tadi saya ingin masuk, tapi seketaris ini bilang saya tidak boleh masuk ke dalam atas permintaan El sendiri" penjelasan yang menggebu-gebu.
Gue memandang Aneta yang hanya bisa menunduk. Gue menghela nafas, lalu beranjak menuju ruangan besar milik Eleno yang bersebelahan dengan ruangan gue.
"Saya cek langsung" gue mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk" ada nada tak bersahabat terdengar di telinga gue. Pasti nih orang lagi emosi dengan orang.
Gue mengisyaratkan agar perempuan itu menunggu didepan pintu. Dia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Yes I Do (repost) tersedia e-booknya di playstore
Humor"saya Eleno Rafif CEO baru, pengganti pak Damar, kakek saya yang sudah pensiun" Seorang laki-laki berwajah tampan bak dewa itu berdiri tegap di depan gue. Gue mengerjapkan pelan menatap wajah tampannya. Memastikan wajah tampan itu tersimpan di otak...