1. Seketaris Baru (SB)

3.5K 110 3
                                    

happy Reading

.

.

.

.

"Parfum?" endus-endus. "Udah wangi. make up? udah oke. Baju juga udah rapi" gue menengok kearah jam yang menunjukkan jam 6 pagi. gue berjengkit kaget.

"Matek, wes telat iki" gue berlari menuju depan kosan, menemukan abang ojol yang sengaja gue pesan.

gila ndrooo abang ojolnya ganteng, masih muda lagi. ya ampun bang, dedek mau nih jadi gebetan abang. ganteng banget lo bang. gak kuat ini pesonanya.

"mbak" bang ojolnya melambaikan tangan ke depan muka gue. gila gue sedari tadi bengong melongo, malu anjir. "Eh iya mas"

"mbak Lovata?" gue mengangguk, ya ampun bang, suaramu syahdu banget di telinga adek. "tujuan PT. Kurang Micin?" gue kembali mengangguk.

"hayuk mas, kita ngebut ya" bang ojol memberikan helm ke gue. gue duduk manis di belakang bang ojol. gila ndrooo harum banget bang ojol ini. "harum banget masnya?"

"hehehe.. sengaja mbak, kali aja dapat jodoh saya" cungg dia cari jodoh. "saya juga lagi cari jodoh lho mas, kali aja minat" tawar gue, bang ojol cuma ketawa doang, sambil ngebut sesuai permintaan gue.

empat puluh lima menit, akhirnya gue sampai di perusahaan yang selama ini menemani gue selama dua tahun gue merantau di kota orang. asli gue dari pulau Bawean. daerah jawa timur, lebih tepatnya di gresik.

"Boncel... untung banget lo gak telat" suara cempreng yang gue kenal banget, namanya Prita, sahabat terbaik gue di kantor ini. dia bekerja di bagian HRD. ada satu lagi cowok, eh dua sih sebenarnya, yang satu cowok tulen dan yang satu rada melambai. 

"Kurang ajar Lo manggil gue boncel Pri" Prita tertawa. Dia menyamakan tingginya dengan gue. "Lo cuma selengan gue boncel" minta di gapok tuh mulutnya.

"Kerdil" pengen gue hujat semuanya. Dia Mahesa lelaki yang ngakunya tampan tapi jomblo seumur hidupnya. Datang bersama lelaki setengah matang di sebelahnya. Bobby kita lebih suka panggil dia Bibi.

"Lo semua emang yang ketinggian bukan gue yang pendek". Mereka semua makin tertawa terbahak-bahak, Asu emang.

"Kanua endes Udin diangkat pak bos jadong asisten pribadi. Jam kerja Lo gak kayak kita yang stay di kantor" gak perlu kaget dengan bahasa amburadul campurannya si Bibi, emang begitu dia. Masih Manusia setengah matang, belum di godok jadi matang.

"Eh Bibi yang ada jam kerja gue nambah bego. Gue masih harus nyiapin semua keperluan dpak bos dirumahnya kalau perlu gue bakalan di panggil" mereka tertawa. "Mekong dah tuh asisten pribadi" gue geplak lengan Bibi.

Kami berpisah di bagian masing-masing. Bibi di divisi marketing, sedangkan Mahesa di divisi perencanaan dan Prita divisi HRD. Gue di lantai 5 sendiri tempatnya gue bersanding dengan bos besar pemilik perusahaan.

Tenang saudara, kalau kalian kira dua cerita big bos seperti di wattpad atau paling gak seperti mukanya song Jong Ki. Kalian semua salah besar. Lebih tepatnya big bos ini bapaknya bapak mereka. Bos gue udah tuir saudara, umurnya udah menginjak kepala 7 hampir 80. Mantul dah.

Gue datang lebih awal dan menyiapkan semua keperluan pak bos di mejanya sebelum beliau datang. Gue dapat kabar ada  sekertaris baru yang menggantikan posisi gue yang telah satu Minggu ini menjabat jadi asisten pribadi.

Setelah semua beres. Big bos masuk dengan gayanya seperti biasa, kali ini bersama sang istri yang masih terlihat cantik meskipun sudah kepala 7.

"Selamat pagi bapak, ibu" sapa gue ramah. Mereka tersenyum dan membalas sapaan gue. Ibu bos ini ramah banget, kadang gue pernah dibawain makan siang, atau kue bikinan beliau.

"Ah kamu rajin sekali Lova. Saya bawa sarapan, ayo kita makan dulu" ajak ibu Sita. "Tapi ibu, saya--"

"Udah Lova, ayo kita makan bersama sambil menunggu sekretaris baru datang" ajak Pak Damar. "Baik Pak, Bu. Saya ambilkan teh dulu" mereka mengangguk.

"Pa, itu nak Lova belum nikah kan?" Samar-samar gue dengar. Bukan niat menguping, tapi gue belum menutup pintunya rapat. "Kita jodohin aja sama anak itu"

Anak itu siapa? Perasaan anak pak Damar udah tua semua deh.

📁📁📁

Sekretaris baru datang membuat gue wow gitu. Gilaaaa bajunya Cung sexy abis. Gue mah apaan cuma remahan rempeyek doang. Gila dia dandan cantik gitu, dempulannya asoy Mak bisa buat nyemen tembok.

Wajahnya mendadak pias saat yang dia dapati wajah pak bos yang diluar ekspektasi dia. Gue menahan tawa gue sebisa mungkin. 

"Perkenalkan nama Saya Aneta" Pak bos beserta istri mengangguk paham. "Saya Damar, ini Istri saya Sita. Dan dia asisten pribadi saya Lovata. Kalau ada yang tidak di mengerti, kamu bisa tanya Lova"

"Baik Pak" 

Gue mengantarkan Aneta ke meja di depannya di sebelah ruangan kecil gue. "Ini ruangan kamu. Ruangan aku di sebelah sana" Aneta mengangguk. "Iya mbak"

"Mbak..." Gue menoleh "ya?"

"Aku kira bos nya muda dan ganteng banget" gue menahan tawa dan Langsung masuk ke ruangan gue.

Jam makan siang, kami berempat berkumpul di kantin. Acara makan seperti biasa, dibumbui dengan saling curhat dan gosip. Anita itu melenggang masuk dan banyak karyawan laki-laki mengikutinya dari belakang.

"Sapa?" Tanya Prita ke gue. "Sekretaris baru. Cantik ya?" Prita memandang gue aneh. "Cantikan juga gue Cel" gue mengangguk bersama kedua lelaki di depan gue.

"Haiy" sapa Aneta dengan centilnya. Dia duduk di dekat Mahesa. Mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Aneta, kamu?"

"Mahesa" jawabnya cuek tanpa menjabat tangan Aneta. Ya memang Mahesa paling cuek diantara karyawan laki-laki lain. Pria ganteng tapi cuek ya Mahesa. Ya gue pernah ada rasa dengannya, tapi itu dulu, sebelum gue tahu kalau Mahesa udah punya pacar.

 Ya gue pernah ada rasa dengannya, tapi itu dulu, sebelum gue tahu kalau Mahesa udah punya pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah punya pacar?" Tanyanya terang-terangan. "Hmm" cuek dan melanjutkan makannya. Gue melanjutkan sesi makannya.

"You gak mau kenalan ma eyke cyin?" Tanpa ba-bi-bu, Aneta langsung berdiri meninggalkan kantin.

📁📁📁

Boss Yes I Do (repost) tersedia e-booknya di playstoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang